Membuat otak rileks jelang ujian itu penting
12 Januari 2022 06:23 WIB
Murid-murid di Fulham Boys School melakukan ujian percobaan pada hari pertama setelah liburan Natal menyusul pengumuman pemerintah bahwa masker pelindung harus dipakai di sekolah menengah Inggris di tengah penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di London, Britain, Selasa (4/1/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Coombs/hp/cfo (REUTERS/KEVIN COOMBS)
Jakarta (ANTARA) - Membuat otak rileks sebelum ujian menjadi saran dari psikolog anak dan remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo khususnya pada remaja yang akan mengikuti ujian termasuk Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK)-Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
"Kalau saya ke anak-anak saya, 1-2 hari sebelum ujian drop everything. Jadi benar-benar rileks dengan catatan sudah belajar dari kemarin-kemarin. Jadi otak dikembalikan istirahat dulu supaya pada hari H bisa bekerja optimal," ujar dia dalam suatu konferensi pers virtual, dikutip Rabu.
Menurut Vera yang berpraktik di Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia itu, otak akan bekerja dalam kondisi seseorang rileks. Seringkali, ketika pasrah hasil ujian akan lebih bagus karena otak rileks.
"Jangan lupa otak bekerja saat rileks. Kalau terlalu tegang tidak bagus. Seringkali kalau ujian ketika pasrah hasilnya bagus karena otak rileks," kata dia
Di sisi lain, kebutuhan dasar seperti tidur, makan dan berolahraga juga perlu terpenuhi. Usahakan tidur cukup, makan teratur tiga kali sehari dan melakukan olahraga selama 30 menit setiap hari agar hormon stres keluar secara otomatis dari dalam tubuh.
Pada mereka yang stres umumnya terlihat dari sejumlah hal antara lain lebih murung dan emosional. Terkadang, memilih bermain game ketimbang belajar juga bisa menjadi jalan keluar di tengah stres yang menderanya.
"Remaja kemampuan untuk memikirkan efek jangka panjangnya masih terbatas, jadi lebih pilih apa yang menyenangkan untuk saat ini (akan dipilih)," ujar Vera.
Baca juga: Psikolog ungkap penyebab anak frustasi usai gagal ujian
Baca juga: Tiga langkah untuk tanamkan pola pikir "pro-growth" pada anak
Baca juga: Psikolog: Perhatikan kebutuhan tidur anak di masa pandemi
"Kalau saya ke anak-anak saya, 1-2 hari sebelum ujian drop everything. Jadi benar-benar rileks dengan catatan sudah belajar dari kemarin-kemarin. Jadi otak dikembalikan istirahat dulu supaya pada hari H bisa bekerja optimal," ujar dia dalam suatu konferensi pers virtual, dikutip Rabu.
Menurut Vera yang berpraktik di Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia itu, otak akan bekerja dalam kondisi seseorang rileks. Seringkali, ketika pasrah hasil ujian akan lebih bagus karena otak rileks.
"Jangan lupa otak bekerja saat rileks. Kalau terlalu tegang tidak bagus. Seringkali kalau ujian ketika pasrah hasilnya bagus karena otak rileks," kata dia
Di sisi lain, kebutuhan dasar seperti tidur, makan dan berolahraga juga perlu terpenuhi. Usahakan tidur cukup, makan teratur tiga kali sehari dan melakukan olahraga selama 30 menit setiap hari agar hormon stres keluar secara otomatis dari dalam tubuh.
Pada mereka yang stres umumnya terlihat dari sejumlah hal antara lain lebih murung dan emosional. Terkadang, memilih bermain game ketimbang belajar juga bisa menjadi jalan keluar di tengah stres yang menderanya.
"Remaja kemampuan untuk memikirkan efek jangka panjangnya masih terbatas, jadi lebih pilih apa yang menyenangkan untuk saat ini (akan dipilih)," ujar Vera.
Baca juga: Psikolog ungkap penyebab anak frustasi usai gagal ujian
Baca juga: Tiga langkah untuk tanamkan pola pikir "pro-growth" pada anak
Baca juga: Psikolog: Perhatikan kebutuhan tidur anak di masa pandemi
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022
Tags: