Jakarta (ANTARA) - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (Satgas) menegaskan bahwa kasus positif COVID-19 di Indonesia mulai nampak mengalami kenaikan dalam kurun waktu dua minggu terakhir.

“Saat ini, kasus positif di Indonesia telah meningkat selama dua minggu berturut turut,” kata Juru Bicara Satgas COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito dalam Konferensi Pers Untuk Penanganan COVID-19 yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.

Wiku menuturkan selama dua minggu, kasus orang yang terkonfirmasi terkena COVID-19 naik dari 1.200 kasus menjadi 1.400 kasus. Bahkan sudah mencapai 3.000 kasus pada minggu terakhir atau naik lebih dari dua kali lipat dari minggu sebelumnya.

Melihat jumlah kasus yang terus mengalami kenaikan, kondisi ini perlu diantisipasi lebih lanjut. Mengingat kenaikan pasca libur Natal dan Tahun Baru masih dapat terjadi pada minggu yang akan datang. Terlebih bila kasus positif dibandingkan dengan jumlah kasus sembuh dalam seminggu terakhir.

Baca juga: Satgas Bali siagakan 1.500 tempat tidur isolasi antisipasi Omicron
Baca juga: Kasus positif COVID-19 bertambah 802 orang, paling banyak di Jakarta

Menurut Wiku, nampak jelas bila kasus positif jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah orang yang telah sembuh dari COVID-19. Ia memberikan contoh pada tanggal 6 Januari 2022 lalu, kasus positif harian mencapai 553 kasus, namun angka kesembuhan hanya mencapai 209 kasus.

"Padahal data dalam tiga minggu sebelumnya, meskipun menunjukkan tren yang fluktuatif, penambahan kesembuhan pada umumnya lebih tinggi daripada kasus positif. Hal ini tentunya menjadi catatan kita bersama," kata dia.

Sehingga dalam menangani kondisi tersebut, pemerintah membutuhkan investigasi dan analisis yang mendalam dan berkaitan dengan proporsi varian-varian yang kini tengah beredar di masyarakat.

Berbagai data dan pengetahuan yang berhubungan dengan karakteristik penularan, gejala klinis, lama perawatan dan risiko kematian dari varian COVID-19 yang beredar menjadi penting sebagai basis perumusan sebuah kebijakan yang akan diambil nantinya.

Namun, dalam menganalisis berbagai aspek itu, tentunya perlu didukung dengan ketersediaan data yang valid dan kredibel secara real time presentatif yang dapat diupayakan oleh setiap fasilitas kesehatan saat melaporkan perkembangan kasus yang terjadi.

Baca juga: NTB intensifkan testing dan tracing cegah varian Omicron
Baca juga: Kasus positif di Kaltim bertambah empat kasus dan sembuh dua kasus

Menurut Wiku, diperlukan pula peran serta pemerintah daerah dalam menganalisis dan memantau kondisi kasus di daerahnya agar kenaikan kasus dari transmisi komunitas dapat segera teridentifikasi, tercatat dan tertangani tanpa meluas lebih lanjut.

Kemudian, Wiku juga menekankan kenaikan kasus positif masih banyak disumbang oleh para pelaku perjalanan luar negeri. Sehingga pemerintah harus memastikan karantina dijalankan secara ketat supaya kasus dapat terlacak hingga selesai.

Masyarakat juga diimbau untuk turut bersama-sama menjaga kondisi yang masih dapat terkendali ini dengan menunda perjalanan ke luar negeri bila tak ada kepentingan yang mendesak. Apalagi dengan adanya varian Omicron yang mulai banyak ditemukan dan adanya transmisi lokal.

"Mengingat kenaikan kasus yang terjadi di banyak negara di dunia, bukan berarti kita terlepas dari ancaman lonjakan ketiga. Terlebih pula, berdasarkan pengalaman kita selama ini, kenaikan kasus biasanya baru terlihat dua sampai dengan tiga minggu pasca periode libur panjang," tegas Wiku.

Baca juga: Satgas COVID-19 paparkan tiga alasan pemberian vaksin penguat
Baca juga: Menkes: Pemberian dosis penguat pertimbangkan ketersediaan vaksin

Baca juga: 117,3 juta warga sudah dapat suntikan dua dosis vaksin COVID-19