Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengemukakan pemberian dosis penguat antibodi kepada masyarakat Indonesia mempertimbangkan ketersediaan vaksin yang ada pada tahun 2022 ini di Tanah Air.

"Pemerintah akan memberikan vaksinasi 'booster' dengan mempertimbangkan ketersediaan vaksin yang ada di tahun ini," kata Budi Gunadi Sadikin saat menyampaikan keterangan pers yang diikuti dari YouTube Kemenkes RI di Jakarta, Selasa.

Budi mengatakan pemerintah sudah memiliki vaksin yang cukup dari kontrak pengadaan vaksin 2021 yang akan tiba di Indonesia pada awal tahun 2022 ini.

Baca juga: Menkes: Vaksinasi penguat dilakukan di fasilitas kesehatan pemerintah

Selain itu persediaan vaksin booster juga diperoleh dari tambahan yang cukup signifikan dari vaksin donasi dunia melalui program kerja sama Covax maupun bilateral.

Budi mengatakan Covax memberikan bantuan terhadap 20 persen dari populasi Indonesia. "Sudah dikonfirmasi akan ditingkatkan menjadi 30 persen dari populasi Indonesia, kira-kira setara vaksinasi untuk 27 juta orang atau kira-kira setara dengan 54 juta dosis vaksin gratis yang bisa diterima pemerintah," katanya.

Terkait kombinasi vaksin booster yang akan diberikan disesuaikan dengan pertimbangan kesiapan dari vaksin yang tersedia dan hasil riset dari peneliti dalam dan luar negeri yang sudah dikonfirmasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), kata Budi.

Baca juga: Menkes: Presiden minta angka stunting turun 3 persen tahun depan

Untuk peserta penerima vaksin primer Sinovac, kata Budi, akan diberikan takaran setengah dosis vaksin Pfizer sebagai penguat. Untuk penerima vaksin primer dosis lengkap Sinovac akan diberikan vaksin setengah dosis vaksin AstraZeneca.

Bagi penerima vaksin primer dosis lengkap Astrazeneca, kata Budi, akan diberikan vaksin penguat setengah dosis vaksin Moderna.

Budi mengatakan beberapa penelitian dalam dan luar negeri sudah menunjukkan bahwa vaksin penguat homolog atau jenis yang sama maupun heterolog atau kombinasi jenis yang berbeda menunjukkan peningkatan antibodi yang relatif sama.

Baca juga: Kemenkes akan fokuskan penanganan pasien Omicron melalui telemedisin

"Hasil penelitian dalam dan luar negeri juga termasuk yang dilakukan oleh tim peneliti dari Indonesia menunjukkan bahwa vaksin penguat setengah dosis menunjukkan peningkatan level antibodi yang relatif sama atau lebih baik dari vaksin penguat dosis penuh dan memberikan dampak Kejadian Ikutan Pacsa-Imunisasi (KIPI) yang lebih ringan," katanya.

Budi mengimbau agar program vaksinasi penguat ini diprioritaskan untuk kelompok lansia dan juga kelompok rentan atau imunokompromais.

"Vaksinasi 'booster' ini penting bagi seluruh rakyat Indonesia diberikan sebagai komitmen dari pemerintah untuk melindungi seluruh masyarakat Indonesia dari ancaman COVID-19 termasuk varian-varian barunya," katanya.

Baca juga: Menkes: Indonesia naik peringkat empat dunia vaksinasi COVID-19

Baca juga: Menkes: Peningkatan Omicron disumbang pelaku perjalanan luar negeri