Medan (ANTARA News) - Sebanyak 124 ruang sekolah di empat kecamatan di Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara rusak akibat gempa berkekuatan 5,5 Skala Richter yang melanda daerah itu Selasa (14/6) pagi.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Drs Joskar Limbong, di ketika dihubungi dari Medan, Jumat, mengatakan, saat ini pihaknya masih terus melakukan pendataan berapa banyak sekolah di daerah itu yang rusak akibat gempa tersebut.

"Sampai saat ini data yang sudah kami dapat adalah 124 ruang sekolah rusak, baik rusak berat, sedang maupun ringan tingkat SD, SMP, SMA maupun SMK di empat kecamatan yakni Kecamatan Pahae Jae, Pahae Julu, Purba Tua dan Simangumban," katanya.

Secara rinci ruang sekolah yang rusak tersebut yakni di Kecamatan Pahae Jae sebanyak 91 ruang, 60 rusak sedang dan 31 rusak ringan. Kecamatan Pahae Julu 18 ruang sekolah rusak sedang, Kecamatan Simangumban 13 rusak, 7 rusak sedang dan 6 rusak berat dan di Kecamatan Purba Tua ada dua ruang sekolah rusak sedang.

Ia mengatakan, akibat gempa yang menyebabkan ratusan ruang sekolah rusak itu, memaksa siswa harus belajar di tenda-tenda darurat di berbagai tempat baik di halaman sekolah maupun disekitar lokasi penampungan pengungsi.

"Saat ini siswa-siswa SD dan SMP sedang mengikuti ujian kenaikan kelas. Karena kedaan ruang sekolah yang tidak memungkinkan, beberapa sekolah terpaksa melakukan ujian dengan menggunakan dua gelombang yakni pagi dan sore," katanya.

Kepala Dinas Pendidikan sumatera Utara, Syaiful Syafri, mengatakan, berdasarkan informasi yang diperoleh sedikitnya 1.500 siswa SD dan SMP di kabupaten tersebut terpaksa mengikuti ujian di tenda-tenda darurat akibat rusaknya bangunan sekolah mereka.

"Ujian kenaikan kelas kali ini harus dilakukan sebagian siswa di tenda-tenda darurat. Meski demikan saya mengimbau para siswa untuk tetap semangat belajar dan tetap menguji ujian kendati sekolah mereka roboh akibat gempa. Kita juga sudah memberikan bantuan peralatan sekolah berupa baju seragam dan tas sekolah sebanyak seribu paket," katanya.

Hingga Kamis (16/6), Pemkab Tapanuli Utara sudah mendata sebanyak 864 rumah penduduk rusak akibat gempa tersebut.

"Daerah yang paling banyak rumah warga rusak, yakni Desa Nahornop Marsada, Kecamatan Pahae Jae, sekitar 76 kilometer arah barat Kota Tarutung atau 365 kilometer arah Selatan Kota Medan. Hingga Kamis bantuan makanan berupa mie instan, minyak, beras, gula dan uang, terus berdatangan untuk membantu warga korban gempa," kata Kabag Humas Pemkab Tapanuli Utara Jahormat Lumbangaol.

Sebelumnya, staf Pelayanan Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan Albertus Simanullang mengatakan gempa Selasa (14/6) terjadi dua kali, yakni berpusat di 1,79 lintang utara (LU) dan 99,13 bujur timur (BT).

Gempa pada pukul 07.08 WIB itu terjadi di 30 kilometer tenggara Tarutung dengan kedalaman 10 kilometer di bawah tanah. Gempa kedua berpusat di 1,83 LU dan 99,07 BT atau 22 kilometer tenggara Tarutung dengan kedalaman 10 kilometer di bawah tanah.

Gempa tersebut tidak memiliki potensi menimbulkan gelombang tsunami.

(ANTARA/S026)