BPOM: Daya tahan vaksin penguat diketahui usai 28 hari penyuntikan
10 Januari 2022 17:14 WIB
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito (tengah) bersama Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki Hadinegoro (kanan) dan Direktur Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor BPOM Togi Junice Hutadjulu (kiri) memberikan keterangan pers terkait vaksin COVID-19 booster atau vaksin lanjutan di Kantor BPOM, Jakarta, Senin (10/1/2022). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/nym.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Penny K Lukito mengemukakan uji klinik terhadap daya tahan vaksin penguat (booster) antibodi diketahui 28 hari setelah penyuntikan.
"Uji klinik dilihat dari aspek keamanan dan imunogenisitas atau peningkatan kapasitas dan manfaat titer antibodi dilihat 28 hari usai pemberian booster," kata Penny K Lukito dalam konferensi pers yang digelar di Gedung BPOM RI, Jakarta Pusat, Senin siang.
Penny mengatakan saat ini ada lima jenis vaksin penguat yang mendapatkan izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA) yakni Coronavac dari PT Bio Farma, Pfizer, AstraZeneca, Moderna, Zifivax.
Sejak November 2021, kata Penny, BPOM dan sejumlah pakar dari perwakilan asosiasi sudah melakukan kajian keamanan khasiat dan mutu sebagai vaksin primer dan dievaluasi sebagai vaksin penguat.
Baca juga: ITAGI: Booster untuk pertahankan daya tahan tubuh
Baca juga: Vaksin Zifivax peroleh izin penggunaan darurat untuk booster
Hasilnya, kelima vaksin tersebut digunakan dalam dua metode pemberian, yakni homolog atau jenis vaksin yang sama dengan dosis lengkap vaksin primer atau heterolog yang merupakan jenis vaksin berbeda dari dosis lengkap vaksin primer.
Vaksin penguat yang masuk dalam kriteria homolog di antaranya CoronaVac, Pfizer, AstraZeneca dan Moderna. Sedangkan kriteria heterolog adalah Moderna dan Zifivax. "Moderna untuk homolog dan heterolog booster," katanya.
Penny mengatakan vaksin penguat Moderna dapat dikombinasikan untuk melengkapi vaksin primer AstraZeneca, Pfizer, dan Johnson and Johnson. Sedangkan Zifivax menjadi penguat pelengkap untuk Sinovac atau Sinopharm.
BPOM hingga saat ini masih menanti hasil uji klinik vaksin penguat heterolog merek Sinovac, sebagai salah satu vaksin dengan pengguna terbanyak di Indonesia.
"Kami sedang tunggu heterolog vaksin penguat Pfizer, AstraZeneca dengan vaksin primernya Sinovac," katanya.
Selain itu, BPOM menunggu hasil uji klinik vaksin penguat dengan vaksin primer AstraZeneca. Calon vaksin penguat heterolog yakni Sinovac dan Pfizer.
"Uji klinis Sinopharm juga masih berlangsung dan mudah-mudahan secepatnya data homolog dan heterolog keluar," katanya.*
Baca juga: BPOM terbitkan izin penggunaan darurat lima produk vaksin penguat
Baca juga: Kabar COVID-19 dunia, dari Finlandia sampai China
"Uji klinik dilihat dari aspek keamanan dan imunogenisitas atau peningkatan kapasitas dan manfaat titer antibodi dilihat 28 hari usai pemberian booster," kata Penny K Lukito dalam konferensi pers yang digelar di Gedung BPOM RI, Jakarta Pusat, Senin siang.
Penny mengatakan saat ini ada lima jenis vaksin penguat yang mendapatkan izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA) yakni Coronavac dari PT Bio Farma, Pfizer, AstraZeneca, Moderna, Zifivax.
Sejak November 2021, kata Penny, BPOM dan sejumlah pakar dari perwakilan asosiasi sudah melakukan kajian keamanan khasiat dan mutu sebagai vaksin primer dan dievaluasi sebagai vaksin penguat.
Baca juga: ITAGI: Booster untuk pertahankan daya tahan tubuh
Baca juga: Vaksin Zifivax peroleh izin penggunaan darurat untuk booster
Hasilnya, kelima vaksin tersebut digunakan dalam dua metode pemberian, yakni homolog atau jenis vaksin yang sama dengan dosis lengkap vaksin primer atau heterolog yang merupakan jenis vaksin berbeda dari dosis lengkap vaksin primer.
Vaksin penguat yang masuk dalam kriteria homolog di antaranya CoronaVac, Pfizer, AstraZeneca dan Moderna. Sedangkan kriteria heterolog adalah Moderna dan Zifivax. "Moderna untuk homolog dan heterolog booster," katanya.
Penny mengatakan vaksin penguat Moderna dapat dikombinasikan untuk melengkapi vaksin primer AstraZeneca, Pfizer, dan Johnson and Johnson. Sedangkan Zifivax menjadi penguat pelengkap untuk Sinovac atau Sinopharm.
BPOM hingga saat ini masih menanti hasil uji klinik vaksin penguat heterolog merek Sinovac, sebagai salah satu vaksin dengan pengguna terbanyak di Indonesia.
"Kami sedang tunggu heterolog vaksin penguat Pfizer, AstraZeneca dengan vaksin primernya Sinovac," katanya.
Selain itu, BPOM menunggu hasil uji klinik vaksin penguat dengan vaksin primer AstraZeneca. Calon vaksin penguat heterolog yakni Sinovac dan Pfizer.
"Uji klinis Sinopharm juga masih berlangsung dan mudah-mudahan secepatnya data homolog dan heterolog keluar," katanya.*
Baca juga: BPOM terbitkan izin penggunaan darurat lima produk vaksin penguat
Baca juga: Kabar COVID-19 dunia, dari Finlandia sampai China
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022
Tags: