Kazakhstan menahan 7.939 orang selama kerusuhan pekan lalu
10 Januari 2022 13:30 WIB
Seorang pria duduk di tanggal sebuah bangunan saat sebuah kendaraan, yang terbakar saat protes masal yang dipicu oleh harga bahan bakar yang meningkat, terlihat di latar depan, di Almaty, Kazakhstan, Minggu (9/1/2022). ANTARA/REUTERS/Mariya Gordeyeva/foc/cfo.
Nur-Sultan (ANTARA) - Pasukan keamanan Kazakhstan menahan total 7.939 orang atas kerusuhan pekan lalu, kata kementerian dalam negeri pada Senin.
Selama serangan terburuk dalam sejarah negara Asia Tengah pasca-Soviet itu, gedung-gedung pemerintah sempat direbut atau dibakar di beberapa kota pekan lalu ketika protes damai yang awalnya menentang kenaikan harga bahan bakar berubah menjadi kekerasan.
Pihak berwenang Kazakhstan menuding kekerasan itu dilakukan oleh "ekstremis" dan "teroris", yang beberapa di antaranya mereka katakan adalah orang asing.
"Saya pikir ada semacam konspirasi yang melibatkan kekuatan penghancur domestik dan asing tertentu," kata Menteri Luar Negeri Yerlan Karin kepada televisi pemerintah, Senin, tanpa menyebut nama tersangka.
Baca juga: Mantan PM: Pemimpin Kazakhstan harus netral dari faksi Nazarbayev
Mantan kepala Komite Keamanan Nasional Karim Masimov ditahan atas tuduhan makar pekan lalu, beberapa hari setelah Presiden Kassym-Jomart Tokayev memecatnya.
Tokayev juga telah memecat kabinetnya, mengeluarkan perintah tembak mati untuk mengakhiri kerusuhan, dan mengumumkan keadaan darurat di negara kaya minyak berpenduduk 19 juta jiwa itu.
Dia juga meminta blok militer pimpinan Rusia untuk mengirim pasukan, yang menurut pemerintah telah dikerahkan untuk menjaga objek-objek strategis.
Media Rusia dan pemerintah melaporkan 164 orang tewas dalam bentrokan tersebut, merujuk pada unggahan media sosial pemerintah.
Namun, otoritas kesehatan dan polisi tidak mengonfirmasi angka tersebut dan unggahan media sosial itu kemudian dihapus.
Sumber: Reuters
Baca juga: Presiden Kazakhstan tetapkan 10 Januari hari berkabung nasional
Selama serangan terburuk dalam sejarah negara Asia Tengah pasca-Soviet itu, gedung-gedung pemerintah sempat direbut atau dibakar di beberapa kota pekan lalu ketika protes damai yang awalnya menentang kenaikan harga bahan bakar berubah menjadi kekerasan.
Pihak berwenang Kazakhstan menuding kekerasan itu dilakukan oleh "ekstremis" dan "teroris", yang beberapa di antaranya mereka katakan adalah orang asing.
"Saya pikir ada semacam konspirasi yang melibatkan kekuatan penghancur domestik dan asing tertentu," kata Menteri Luar Negeri Yerlan Karin kepada televisi pemerintah, Senin, tanpa menyebut nama tersangka.
Baca juga: Mantan PM: Pemimpin Kazakhstan harus netral dari faksi Nazarbayev
Mantan kepala Komite Keamanan Nasional Karim Masimov ditahan atas tuduhan makar pekan lalu, beberapa hari setelah Presiden Kassym-Jomart Tokayev memecatnya.
Tokayev juga telah memecat kabinetnya, mengeluarkan perintah tembak mati untuk mengakhiri kerusuhan, dan mengumumkan keadaan darurat di negara kaya minyak berpenduduk 19 juta jiwa itu.
Dia juga meminta blok militer pimpinan Rusia untuk mengirim pasukan, yang menurut pemerintah telah dikerahkan untuk menjaga objek-objek strategis.
Media Rusia dan pemerintah melaporkan 164 orang tewas dalam bentrokan tersebut, merujuk pada unggahan media sosial pemerintah.
Namun, otoritas kesehatan dan polisi tidak mengonfirmasi angka tersebut dan unggahan media sosial itu kemudian dihapus.
Sumber: Reuters
Baca juga: Presiden Kazakhstan tetapkan 10 Januari hari berkabung nasional
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: