Program Indonesia Mendengar perluas akses komunikasi disabilitas
8 Januari 2022 16:57 WIB
Tangkapan layar - Menteri Sosial Tri Rismaharini saat memberikan bantuan telepon pintar (Smartphone) kepada para penyandang disabilitas tuli di Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (8/1/2022). ANTARA/Asep Firmansyah/Youtube-Kemensos RI.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Sosial meluncurkan program Indonesia Mendengar sebagai upaya memperluas akses komunikasi dan informasi bagi penyandang disabilitas yang digelar di Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu.
Peluncuran program Indonesia Mendengar ini ditandai dengan penyerahan alat bantu dengar, peluit, tongkat adaptif, kursi roda, motor roda tiga, telepon pintar, tablet, hingga laptop bagi para penyandang disabilitas di seluruh Indonesia.
"Banyak permasalahan saudara-saudara kita yang disabilitas sehingga kemudian melahirkan ide. Ini bagian upaya kami bagaimana saudara-saudara disabilitas ini bisa terbantu dengan kegiatan ini," ujar Menteri Sosial Tri Rismaharini saat peluncuran.
Risma menjelaskan bagi para penyandang disabilitas tuli, Kemensos memberikan telepon pintar (smartphone) yang akan menjadi salah satu media berkomunikasi dengan masyarakat umum.
Telepon pintar itu, katanya, dibekali dengan aplikasi alih bahasa (suara ke teks), sehingga penyandang disabilitas dapat berkomunikasi dengan masyarakat luas.
"Jadi anak-anak ini memegang smartphone. Dia bisa ngikuti apa yang saya sampaikan. Jadi mereka bisa membaca di sini, sehingga mereka bisa mengikuti meskipun dia tidak bisa mendengar," kata dia.
Sementara bantuan peluit yang diberikan Kemensos dapat digunakan untuk menyampaikan sinyal jika para penyandang disabilitas membutuhkan bantuan.
Risma mencontohkan apabila terjadi kebakaran, banjir, atau peristiwa lain yang membutuhkan pertolongan, pemegang peluit tinggal membunyikannya. Risma akan menyosialisasikan kegunaan peluit ini kepada masyarakat umum agar mereka mengerti akan arti sinyal yang disampaikan.
"Kemudian juga peluit fungsinya kalau kamu dalam kondisi terpaksa bisa bunyikan peluit itu. Kalau kamu (penyandang disabilitas) dalam kondisi kesulitan untuk meminta pertolongan, kami akan coba sampaikan dan sosialisasikan sehingga semua orang mengerti kalau kalian meniup peluit kalian membutuhkan pertolongan," kata dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI TB. Ace Hasan Syadzily mengapresiasi upaya Kemensos dalam memberikan afirmasi bagi penyandang disabilitas. Penyerahan bantuan ini sebagai bukti negara hadir untuk masyarakat.
"Ini merupakan program yang sangat positif dengan menunjukkan kehadiran negara di tengah masyarakat, terutama bagi kelompok difabel. Kehadiran Kemensos dengan berbagai alat-alat bantu komunikasi yang diberikan kepada kelompok difabel, sangat bermanfaat bagi mereka," kata dia.
Dari data yang diterima Ace, saat ini terdapat sekitar 28 juta penyandang disabilitas di Indonesia, namun yang telah mendapat afirmasi baru sekitar 35 ribuan. Maka dari ia mendorong agar cakupan bantuan ditingkatkan.
"Berapa rasio kebutuhan difabel seluruh Indonesia dengan alat-alat bantu yang disediakan bagi kelompok difabel ini, ternyata memang masih jauh dari ketersediaan, tetapi dengan yang dilakukan Kemensos ini penghargaan yang luar biasa," kata dia.
Peluncuran program Indonesia Mendengar ini ditandai dengan penyerahan alat bantu dengar, peluit, tongkat adaptif, kursi roda, motor roda tiga, telepon pintar, tablet, hingga laptop bagi para penyandang disabilitas di seluruh Indonesia.
"Banyak permasalahan saudara-saudara kita yang disabilitas sehingga kemudian melahirkan ide. Ini bagian upaya kami bagaimana saudara-saudara disabilitas ini bisa terbantu dengan kegiatan ini," ujar Menteri Sosial Tri Rismaharini saat peluncuran.
Risma menjelaskan bagi para penyandang disabilitas tuli, Kemensos memberikan telepon pintar (smartphone) yang akan menjadi salah satu media berkomunikasi dengan masyarakat umum.
Telepon pintar itu, katanya, dibekali dengan aplikasi alih bahasa (suara ke teks), sehingga penyandang disabilitas dapat berkomunikasi dengan masyarakat luas.
"Jadi anak-anak ini memegang smartphone. Dia bisa ngikuti apa yang saya sampaikan. Jadi mereka bisa membaca di sini, sehingga mereka bisa mengikuti meskipun dia tidak bisa mendengar," kata dia.
Sementara bantuan peluit yang diberikan Kemensos dapat digunakan untuk menyampaikan sinyal jika para penyandang disabilitas membutuhkan bantuan.
Risma mencontohkan apabila terjadi kebakaran, banjir, atau peristiwa lain yang membutuhkan pertolongan, pemegang peluit tinggal membunyikannya. Risma akan menyosialisasikan kegunaan peluit ini kepada masyarakat umum agar mereka mengerti akan arti sinyal yang disampaikan.
"Kemudian juga peluit fungsinya kalau kamu dalam kondisi terpaksa bisa bunyikan peluit itu. Kalau kamu (penyandang disabilitas) dalam kondisi kesulitan untuk meminta pertolongan, kami akan coba sampaikan dan sosialisasikan sehingga semua orang mengerti kalau kalian meniup peluit kalian membutuhkan pertolongan," kata dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI TB. Ace Hasan Syadzily mengapresiasi upaya Kemensos dalam memberikan afirmasi bagi penyandang disabilitas. Penyerahan bantuan ini sebagai bukti negara hadir untuk masyarakat.
"Ini merupakan program yang sangat positif dengan menunjukkan kehadiran negara di tengah masyarakat, terutama bagi kelompok difabel. Kehadiran Kemensos dengan berbagai alat-alat bantu komunikasi yang diberikan kepada kelompok difabel, sangat bermanfaat bagi mereka," kata dia.
Dari data yang diterima Ace, saat ini terdapat sekitar 28 juta penyandang disabilitas di Indonesia, namun yang telah mendapat afirmasi baru sekitar 35 ribuan. Maka dari ia mendorong agar cakupan bantuan ditingkatkan.
"Berapa rasio kebutuhan difabel seluruh Indonesia dengan alat-alat bantu yang disediakan bagi kelompok difabel ini, ternyata memang masih jauh dari ketersediaan, tetapi dengan yang dilakukan Kemensos ini penghargaan yang luar biasa," kata dia.
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022
Tags: