Jakarta (ANTARA News) - Ketua bidang Politik DPP PDIP Puan Maharani berpendapat, berbagai pembahasan soal Pancasila tanpa adanya pelaksanaan ideologi negara yang konsisten dan konsekuen sama artinya dengan menjadikan masyarakat Indonesia "Tuna Pancasila".

Menurut Puan saat menjadi pembicara dalam Sarasehan Budaya Fraksi PKS yang bertajuk "Pancasila Sebagai Modal Sosial Bangsa dan Konsensus Nasional dalam NKRI" di Gedung DPR Jakarta, Rabu, saat ini yang diperlukan bangsa Indonesia adalah bagaimana melaksanakan Pancasila.

Pembahasan tentang berbagai aspek Pancasila itu, kata Puan, memang diperlukan tapi harus dengan orientasi pada pelaksanaan. "Sebab pembahasan tanpa pelaksanaan sama saja menjadikan masyarakat Indonesia `Tuna Pancasila`," ujarnya

Lebih lanjut Puan mengatakan bahwa PDI Perjuangan juga terus mendorong agenda-agenda yang berfokus pada pelaksanaan Pancasila, seperti usaha untuk mendorong RUU BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). "RUU ini adalah perwujudan dari sila ke-lima yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia," kata Puan.

Sila ke-lima ini juga menjadi sebuah pernyataan bahwa Pancasila memang untuk semua. Bukan hanya bagi daerah, suku, dan kelompok tertentu tapi bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila digali dari bumi pertiwi Indonesia.

Dikemukakannya bahwa para pemimpin negara ini telah menyatakan kembali bahwa Pancasila adalah faktor pengikat untuk Bangsa Indonesia. Karenanya sekarang ini tinggal bagaimana melaksanakannya saja.

"Pelaksanaan Pancasila ini penting bukan hanya supaya kita tidak menjadi `Tuna Pancasila` tapi juga supaya rakyat Indonesia merasakan manfaat dari Pancasila. Makin dilaksanakan dengan benar maka manfaat Pancasila makin dirasakan oleh rakyat. Makin rakyat merasakan manfaat Pancasila maka makin kukuh posisi Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia yang integratif, motivatif dan inspiratif," ujar Puan kepada peserta sarasehan.

Anggota Komisi VI DPR-RI ini juga mengimbau agar secara bergotong royong melaksanakan Pancasila dan bukannya sendiri-sendiri. Sebab, sejarah sudah membuktikan bahwa perjuangan yang dilakukan sendiri-sendiri pasti gagal.

"Sayangnya masih ada kelompok yang masih mau berjuang sendiri dan melawan fakta sejarah. Untuk menghadapi mereka memang kita harus tegas tapi kita jangan sampai membuat mereka menjauh. Bila kita bisa menunjukkan kepada mereka manfaat yang dihasilkan dari melaksanakan Pancasila maka mereka akan yakin dengan Pancasila," katanya.

Ia menegaskan, apa yang diperjuangkan dengan Pancasila bukan pemaksaan tapi pemersatuan untuk menjawab tantangan bangsa dengan perilaku laksana Pancasila yaitu gotong royong.

Puan mengingatkan bahwa pada pidato Bung Karno 1 Juni 1945, Bung Karno menyebutkan, "Negara Indonesia bukan negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan negara `semua buat semua`, `satu buat semua, semua buat satu`,".

"Jadi sejak awal sudah tegas bahwa walaupun bangsa Indonesia sangat plural tapi kita adalah satu kesatuan yang disatukan oleh Pancasila," tegasnya.

Dalam sarasehan itu Lutfi Hasan (Presiden Partai Keadilan Sejahtera), dan Budi Soesilo Soepandji (Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional/Lemhannas) turut pula menjadi pembicara.
(D011)