Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan partainya memiliki banyak stok kader berkualitas, baik dari sisi konseptual maupun dalam pengalaman bekerja, untuk dimajukan dalam Pilkada 2024, termasuk untuk DKI Jakarta.


Namun, kata Hasto di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat, PDIP memilih untuk lebih menggiatkan kerja partai di tengah masyarakat dibanding bicara soal nama calon kepala daerah.

Menurut dia, melalui mekanisme kaderisasi, PDIP secara sistemik telah mempersiapkan calon-calon pemimpin, siapa nantinya yang akan ditugaskan di Jakarta. Namun skala prioritas saat ini adalah konsolidasi ke dalam.
"Terus memperkuat gerak kepartaian untuk rakyat," ujar Hasto.

Baca juga: Sekjen DPP PDIP: "Presidential threshold" 20 persen syarat minimum
PDIP juga mendengarkan aspirasi rakyat agar gambaran kepemimpinan yang ideal sebagaimana yang dulu ditunjukkan Jokowi, Ahok, dan Djarot Saiful Hidayat, nanti dapat dilanjutkan untuk menyongsong tantangan DKI ke depan.

PDIP menyadari Jakarta masih menghadapi berbagai persoalan seperti banjir yang belum terselesaikan atau tata kota yang bisa membuat seluruh warga DKI Jakarta merasa 'at home' dan mendapat kehidupan yang layak.

"Itulah yang menjadi concern utama dari PDI Perjuangan. Tetapi sekiranya pilkada dilaksanakan beberapa bulan ke depan, misalnya, kami pun sudah siap. Tapi skala prioritas sekali lagi sekarang adalah membangun harapan rakyat dengan turun ke bawah bersama dengan seluruh jajaran PDI Perjuangan," tegas Hasto.

Ketika ditanya apakah yang disiapkan itu Tri Rismaharini dan Gibran Rakabuming, Hasto menjawab Risma telah membuktikan kepemimpinannya selama dua periode di Surabaya. Risma telah melakukan perubahan signifikan seperti merawat lingkungan hingga tata kota.

"Bu Risma dalam kepemimpinan selama 2 periode di Kota Surabaya mampu menunjukkan perubahan yang signifikan perubahan secara kultur. Sehingga masyarakat Surabaya, kita lihat sekarang merawat lingkungan dengan baik melakukan tata kota yang mencerminkan keindahan kota Surabaya," kata Hasto.

Sementara Gibran, kata dia, masih perlu membuktikan kepemimpinannya di Solo, seperti yang dilakukan Risma. Gibran banyak meminta ilmu kepada Risma dalam memimpin Solo.

"Ibu Risma menjadi salah satu pengajar yang menyampaikan berbagai aspek strategis tentang bagaimana membangun kota agar lebih manusiawi, agar setiap warganya bergotong royong dengan penuh kesadaran, memperindah kota, dan kemudian membawa kemajuan bagi setiap warganya," urai Hasto.

"Mas Gibran, beliau sudah terpilih sebagai Wali Kota Solo tentu saja harus juga membuktikan bagaimana kepemimpinan Mas Gibran agar kepemimpinan yang ideologis yang mengedepankan juga kultur nusantara, serta mampu membawa perubahan secara sistemik sebagaimana telah dilakukan oleh Bu Risma juga dapat dilakukan oleh Mas Gibran," katanya lagi.

Baca juga: Megawati tulis pesan khusus untuk TPDI menjelang HUT Ke-49 PDIP
PDIP tidak hanya memiliki dua kader itu saja, melainkan ada kader lain yang berkualitas.

Hasto menyebut nama Abdullah Azwar Anas yang juga pernah dan dianggap berhasil memimpin Banyuwangi selama dua periode. Ada juga Hendrar Prihadi atau Mas Hendy, Walikota Semarang yang juga dianggap sebagai sosok muda berhasil.

Dari Ngawi Jawa Timur, Hasto mengatakan PDIP memiliki Budi Sulistyono atau akrab disapa Mas Kanang, yang juga memerintah selama dua periode dan dianggap berhasil. Dari Bali, ada Bupati Gianyar I Made 'Agus' Mahayastra.

"Cukup banyak calon pemimpin, karena proses kaderisasi di sekolah partai, mereka layak untuk dicalonkan di Jakarta. Tapi skala prioritas saat ini untuk PDI Perjuangan adalah memperkuat seluruh jejaring partai hingga menyentuh seluruh lapisan masyarakat di Jakarta," papar Hasto

Terkait kans Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat, tambah Hasto, segala sesuatunya memiliki skala prioritas.

Dia lalu menceritakan pengalamannya berbicara dengan Ahok. Suatu ketika, pria yang akrab juga disapa BTP itu mengatakan keinginannya menjadi guru yang berkeliling ke seluruh wilayah sebagai kader PDIP.

"Pak Ahok ingin mengajar di seluruh pelosok Indonesia, mengajar anggota dan kader PDI Perjuangan, bagaimana kepemimpinan yang berani menghadapi resiko, kepemimpinan yang membangun Jakarta yang dengan tegas, tanpa kompromi. Memang itu karakter yang diperlukan untuk memimpin Jakarta; pemimpin yang berani tegas, pemimpin yang berani membongkar berbagai hal yang merugikan kepentingan rakyat," ujar Hasto.

Kendati demikian, siapapun yang saat ini diperbincangkan untuk menjadi bakal calon gubernur DKI Jakarta, Hasto memastikan mekanisme di PDIP sudah jelas mengenai penentuan calon.

"Bagi PDI Perjuangan, keputusan berada di Ibu Megawati Soekarnoputri," tegas Hasto.