Peneliti BRIN: Varian IHU tidak semenular Omicron
6 Januari 2022 17:45 WIB
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof. Amin Soebandrio. ANTARA/Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional/pri. (ANTARA/Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional)
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Amin Soebandrio mengatakan dari beberapa laporan penelitian saat ini varian B.1640.2 atau IHU dari virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 tidak menular secepat varian Omicron.
"Tidak semenular Omicron, tapi mungkin bisa lolos dari vaksin," kata Amin saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Amin menuturkan hingga sekarang laporan penelitian mengenai karakteristik, perilaku dan penularan dan informasi terkait lain tentang varian IHU masih sangat terbatas. Varian IHU memiliki cukup banyak mutasi, yakni ada 46 mutasi.
Baca juga: BRIN: Omicron lebih cepat menular dan mungkin lolos tes lab PCR
"Ini kan baru dilaporkan di Prancis dan Republik Kongo, tapi masih sangat terbatas kasusnya, masih tidak terlalu banyak, sehingga belum bisa disimpulkan," ujarnya.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum mengkategorikan varian IHU sebagai variant of interest (VoI). Hingga sekarang, varian IHU masih dalam pemantauan WHO. Selain itu, masih dibutuhkan pengamatan lebih lanjut untuk varian IHU.
Terkait efikasi vaksin terhadap varian IHU dan seberapa bahaya infeksi dari varian itu juga belum dapat dijelaskan karena informasi yang ada sekarang masih sangat terbatas. "Kita tunggu informasi selanjutnya dari WHO," ujar Amin.
WHO mengklasifikasikan suatu varian virus SARS-Cov-2 penyebab COVID-19 sebagai VoI dengan kriteria, yakni varian tersebut memiliki perubahan genetik yang diperkirakan atau diketahui mempengaruhi karakteristik virus seperti penularan, keparahan penyakit, pelepasan kekebalan, pelepasan diagnostik atau terapeutik.
Baca juga: BRIN: Waspadai Omicron dengan disiplin prokes dan vaksinasi
Baca juga: Peneliti: Omicron lebih cepat menyebar karena bergejala klinis ringan
Variant of interest juga diidentifikasi sebagai penyebab penularan komunitas yang signifikan atau beberapa klaster COVID-19 di banyak negara dengan prevalensi relatif yang meningkat bersamaan dengan peningkatan jumlah kasus dari waktu ke waktu, atau dampak epidemiologis nyata lainnya yang menunjukkan risiko yang muncul terhadap kesehatan masyarakat global.
"Tidak semenular Omicron, tapi mungkin bisa lolos dari vaksin," kata Amin saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Amin menuturkan hingga sekarang laporan penelitian mengenai karakteristik, perilaku dan penularan dan informasi terkait lain tentang varian IHU masih sangat terbatas. Varian IHU memiliki cukup banyak mutasi, yakni ada 46 mutasi.
Baca juga: BRIN: Omicron lebih cepat menular dan mungkin lolos tes lab PCR
"Ini kan baru dilaporkan di Prancis dan Republik Kongo, tapi masih sangat terbatas kasusnya, masih tidak terlalu banyak, sehingga belum bisa disimpulkan," ujarnya.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum mengkategorikan varian IHU sebagai variant of interest (VoI). Hingga sekarang, varian IHU masih dalam pemantauan WHO. Selain itu, masih dibutuhkan pengamatan lebih lanjut untuk varian IHU.
Terkait efikasi vaksin terhadap varian IHU dan seberapa bahaya infeksi dari varian itu juga belum dapat dijelaskan karena informasi yang ada sekarang masih sangat terbatas. "Kita tunggu informasi selanjutnya dari WHO," ujar Amin.
WHO mengklasifikasikan suatu varian virus SARS-Cov-2 penyebab COVID-19 sebagai VoI dengan kriteria, yakni varian tersebut memiliki perubahan genetik yang diperkirakan atau diketahui mempengaruhi karakteristik virus seperti penularan, keparahan penyakit, pelepasan kekebalan, pelepasan diagnostik atau terapeutik.
Baca juga: BRIN: Waspadai Omicron dengan disiplin prokes dan vaksinasi
Baca juga: Peneliti: Omicron lebih cepat menyebar karena bergejala klinis ringan
Variant of interest juga diidentifikasi sebagai penyebab penularan komunitas yang signifikan atau beberapa klaster COVID-19 di banyak negara dengan prevalensi relatif yang meningkat bersamaan dengan peningkatan jumlah kasus dari waktu ke waktu, atau dampak epidemiologis nyata lainnya yang menunjukkan risiko yang muncul terhadap kesehatan masyarakat global.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022
Tags: