Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengajak seluruh elemen masyarakat di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), ikut terlibat dalam percepatan penurunan angka kekerdilan (stunting) di Indonesia.

"Presiden sangat concern dengan kekerdllan. Karena itu mari kita bersama-sama turunkan angka stunting di Indonesia sesuai fungsi dan perannya masing-masing," kata Moeldoko saat melakukan kunjungan kerja di Desa Patawang Sumba Timur, NTT, Kamis, sebagaimana siaran pers yang diterima di Jakarta.

Dalam kesempatan itu Moeldoko mengingatkan kembali target penurunan kekerdilan nasional, yakni menjadi 14 persen di tahun 2024.

"Untuk mengejar target itu kita harus benahi semua aspek, baik dari gizi, lingkungan, maupun pola asuhnya," lanjut Moeldoko.

Baca juga: Moeldoko pantau pembelajaran tatap muka terbatas di Sumba Timur NTT

Dalam pemenuhan gizi, tambah Moeldoko, pemerintah melalui Kementerian Pertanian saat ini mempercepat produksi padi biofortifikasi yang merupakan salah satu program prioritas nasional Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

Pengembangan varietas padi yang memiliki kandungan sumber mineral atau zinc yang mencapai 34,51 ppm tersebut, kata dia, merupakan terobosan dalam penanggulangan kekerdilan di Indonesia.

"Beras biofortifikasi diklaim bisa mengoptimalkan pertumbuhan tinggi dan berat anak," tuturnya.

Dalam kunjungan kerja di Desa Patawang Moeldoko yang didampingi Wakil Bupati Sumba Timur David M Wadu juga mendatangi posyandu terpadu di Dusun Muripado.

Selain melihat langsung kegiatan pemeriksaan kesehatan ibu dan anak, Moeldoko juga mendengar ragam keluhan warga. Mulai dari keterbatasan infrastruktur desa hingga kesejahteraan tenaga kesehatan.

"Semua keluhan sudah saya dengar, saya akan sampaikan kepada Kementerian terkait. Tetap semangat dan jangan mengeluh, oke," ujar Moeldoko.

Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi provinsi yang memiliki angka kekerdilan tinggi dengan prevalensi 37,8 persen. Di kabupaten Sumba Timur sendiri, presentase prevalensi kekerdilan 28,8 persen.