"Pemerintah Tiongkok berusaha meningkatkan produksi batu bara dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri yang berdampak pada meningkatnya stok batu bara dalam negeri," ujarnya di Jakarta, Kamis.
Sepanjang 2021 lalu, HBA mengalami kenaikan pesat. Bahkan sempat mencapai level tertinggi dalam satu dekade terakhir.
Pada Januari tahun lalu, HBA dibuka pada level 75,84 dolar AS per ton. Harga terus naik menjadi 87,79 dolar AS per ton pada Februari, lalu turun sedikit ke angka 84,47 dolar AS per ton sebulan kemudian.
Selanjutnya, HBA terus mengalami kenaikan secara beruntun hingga akhirnya menyentuh harga tertinggi 215,01 dolar AS per ton pada November 2021.
Agung mengatakan HBA merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya dengan kualitas yang disetarakan pada 6.322 kalori per kilogram GAR, total kelembaban 8,0 persen, total sulfur 0,8 persen, dan abu 15 persen.
"Harga ini akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batu bara selama satu bulan pada titik serah penjualan secara free on board di atas kapal pengangkut," jelasnya.
Terdapat dua faktor turunan yang mempengaruhi pergerakan HBA yaitu, penawaran dan permintaan.
Faktor turunan penawaran dipengaruhi oleh cuaca, teknis tambang, kebijakan negara pemasok, hingga teknis di rantai pasok; seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.
Baca juga: Pemerintah cermati efek lonjakan harga batu bara ke industri domestik
Baca juga: Anggota DPR minta pemerintah tinjau ulang pelarangan ekspor batu bara
Baca juga: Kadin siap dukung kebutuhan energi dan jaga harga minyak goreng