Jakarta (ANTARA) - Peran Indonesia sebagai presiden kelompok 20 ekonomi terbesar dunia (G20) sepanjang tahun 2022 diharapkan menjembatani kepentingan negara berkembang dan negara maju.

Pernyataan itu disampaikan Co-Sherpa G20 Indonesia Dian Triansyah Djani, sambil mengingatkan bahwa anggota G20 yang terdiri dari negara maju dan berkembang memiliki keberagaman pandangan dan pendekatan tertentu dalam menyikapi isu-isu global terkini.

“Untungnya diplomasi Indonesia selama ini terkenal sebagai diplomasi yang selalu mencari konsensus, penyelesaian, solusi. We do not create problem but we find solution,” kata Trian dalam seminar daring “Peran Diplomasi Indonesia dalam Presidensi G20”, yang berlangsung pada Rabu.

Trian menjelaskan bahwa diplomasi Indonesia selama presidensi G20 akan diarahkan bukan hanya pada kepentingan negara anggotanya, tetapi juga membahas kepentingan negara lainnya di luar anggota.

“Sebagai contoh, untuk pertama kalinya dalam sejarah G20 kita mengundang negara-negara kecil di Kepulauan Pasifik seperti Nauru, Kiribati, dan Vanuatu untuk membahas dampak perubahan iklim,” ujar dia.

Indonesia memandang penting partisipasi negara-negara tersebut untuk menyampaikan pandangan dan posisinya di G20, karena mereka lah yang paling terdampak perubahan iklim —salah satu isu global yang paling diperhatikan dan diupayakan solusinya.

Baca juga: Indonesia inginkan hasil konkret dari presidensi G20

Pengamat G20 Gracia Paramita menilai kepemimpinan Indonesia di G20 tahun ini menegaskan peran strategis Indonesia yang bisa merangkul berbagai negara, termasuk dari ASEAN, Afrika, dan Kepulauan Pasifik.

Bahkan, kata Gracia, kelompok masyarakat (engagement group) G20 yang masing-masing berfokus pada isu-isu di antaranya masyarakat sipil, tenaga kerja, dan pemuda akan mengundang negara-negara tersebut sebagai pengamat (observer).

“Supaya kita juga menunjukkan bahwa Indonesia terbuka dengan masukan dari berbagai negara, terlepas kita menjadi tuan rumah G20. Justru dengan menjadi presiden G20, Indonesia bisa menjembatani kepentingan atau harapan dari negara maju, negara berkembang, maupun negara-negara kepulauan kecil,” tutur Gracia.

Indonesia mulai menjalankan peran sebagai presiden G20 pada Desember 2021 hingga nanti berakhir pada November 2022.

Mengusung tema "Recover Together, Recover Stronger" (Pulih Bersama, Pulih Lebih Kuat), Indonesia memajukan sejumlah agenda yang berfokus pada penanganan isu-isu global terkini, yang pertemuannya akan terbagi dalam dua jalur yaitu jalur keuangan dan jalur sherpa.

Baca juga: Presidensi G20 dapat membantu pemulihan sektor pariwisata nasional



Menkeu dorong negara G20 wujudkan pemerataan vaksin