Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ingin Asia bisa mengatasi krisis pangan, energi, dan air sehingga bisa menjadi benua yang menjadi pusat dunia baru.

"Asia harus mengantisipasi dan memperhatikan tekanan yang semakin tinggi terkait ketidakamanan pangan, energi, dan air," kata Presiden Yudhoyono saat berpidato dalam Forum Ekonomi Dunia-Asia Timur (World Economic Forum on East Asia/WEF-EA) di Jakarta, Minggu.

Presiden menyatakan, saat ini ada sekitar 7 miliar manusia di bumi, dan 60 persen diantaranya berada di Asia.

Menurut Kepala Negara, peningkatan kemampuan ekonomi manusia akan membuat mereka bersaing untuk mendapatkan dan menguasai sumber daya alam.

"Ini pola yang pada abad-abad silam berujung pada perang, penjajahan, eksploitasi, dan penderitaan," katanya.

Presiden Yudhoyono menegaskan, isu tentang pangan, energi, dan air seharusnya tidak berujung pada konflik. Kepala Negara meminta semua pihak bekerjasama untuk mengutamakan jalan damai di daerah rawan konflik, seperti Sungai Mekong dan Laut China Selatan.

Sebagai benua dengan populasi yang sangat besar, kata Presiden Yudhoyono, Asia harus bisa menggunakan semua sumber daya untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dan perdamaian.

Presiden Yudhoyono juga berpendapat, Asia harus selalu menjadi bagian dari solusi, bukan konflik.

Asia juga harus menjadi penyeimbang dari segala bentuk ketimpangan yang terjadi di dunia.

Kepala Negara juga menyinggung tentang perkembangan teknologi di Asia. Untuk menjadi pusat dunia baru, katanya, Asia harus berusaha untuk menjadi yang terdepan dalam inovasi teknologi.

"Teknologi adalah kunci penentu dalam perubahan di abad 21," kata Presiden.

Kemudian, Presiden menambahkan, Asia harus menjadikan kemajemukan sebagai modal. Penduduk Asia harus memelihara kemajemukan sejarah dan budaya demi kehidupan bersama yang damai.
(T.F008)