Jakarta (ANTARA News) - Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI Rate sebesar 6,75 persen dengan mempertimbangkan kegiatan perekonomian domestik yang menunjukkan kinerja yang terus membaik.

Hasil rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Kamis, memutuskan bahwa pada triwulan II, ekspansi ekonomi domestik diperkirakan terus berlanjut dan lebih kuat dari perkiraan sebelumnya, terutama didukung oleh kenaikan kinerja ekspor seiring dengan tingginya volume perdagangan dunia dan kenaikan harga komoditas internasional.

Sementara itu, BI mencatat kegiatan investasi dan konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap tumbuh tinggi didukung oleh optimisme yang masih kuat serta kenaikan daya beli masyarakat.

Secara sektoral, menurut BI, ekspansi ekonomi masih ditopang oleh pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor industri, dan sektor keuangan. Terus meningkatnya aktivitas ekonomi domestik menegaskan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang berpotensi mengarah ke batas atas kisaran 6,0 persen hingga 6,5 persen untuk keseluruhan tahun 2011.

Sementara itu, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2011 diperkirakan masih akan mencatat surplus yang relatif besar. Menguatnya kegiatan ekonomi domestik dan eksternal telah mendorong kenaikan impor terutama migas untuk memenuhi konsumsi BBM dalam negeri.

Kondisi tersebut menyebabkan penurunan surplus transaksi berjalan dibanding triwulan sebelumnya. Di sisi transaksi modal dan finansial, persepsi positif investor terhadap semakin kuatnya fundamental perekonomian Indonesia di tengah menariknya imbal hasil mendorong tingginya penanaman modal asing langsung (FDI) serta aliran investasi portofolio.

Tingginya aliran masuk modal asing tersebut mendorong surplus transaksi modal dan finansial yang lebih tinggi dari triwulan I-2011 dan dapat mengimbangi penurunan surplus transaksi berjalan.

Sejalan dengan itu, cadangan devisa pada akhir Mei 2011 tercatat sebesar 118,1 miliar dolar AS, atau setara dengan 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Tren apresiasi nilai tukar rupiah masih berlanjut, meskipun pada tingkat yang lebih terbatas, sejalan dengan berlanjutnya aliran masuk modal asing. Pada Mei 2011, nilai tukar rupiah menguat 0,33 persen (ptp) ke level Rp8.536 per dolar AS dengan volatilitas yang tetap terjaga.

Tren apresiasi nilai tukar rupiah tersebut sejalan dengan upaya Bank Indonesia untuk meredam tekanan inflasi, khususnya dari imported inflation, dengan tetap mempertimbangkan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi.

Bank Indonesia memandang bahwa penguatan rupiah yang sejalan dengan tren apresiasi mata uang di kawasan Asia tersebut sejauh ini tidak memberikan tekanan pada kinerja ekspor, seperti terlihat pada tetap kuatnya pertumbuhan ekspor sejalan dengan masih tingginya harga komoditas internasional dan kuatnya permintaan luar negeri.
(T.D012/N002)