Wina (ANTARA News/AFP) - Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) tetap mempertahankan tingkat produksi tidak berubah pada kisaran 24,84 juta barel per hari (barrel per day/bpd) pada pertemuan markas besarnya di Wina, Austria, suatu keputusan yang menjadikan harga minyak mentah tetap tinggi di pasar global.

Para pedagang berspekulasi bahwa OPEC akan mendorong produksi guna membantu menurunkan harga minyak yang tinggi.

"Kami menyayangkan tidak mencapai suatu konsensus saat ini untuk menurunkan atau menaikkan produksi kita," kata Sekretaris Jenderal (Sesjen) OPEC, Abdullah El-Badri, usai pertemuan itu.

OPEC, yang beranggotakan 12 negara, tetap mempertahankan kuota produksi 24,84 juta bpd, yang ditetapkan sejak Januari 2009.

Namun, kartel tersebut sebenarnya memompa di atas angka tersebut sebagai kompensasi untuk Libya, yang juga anggota OPEC yang produksinya menurun setelah terjadi kerusuhan di negara itu sejak Februari lalu. Seorang perwakilan Libya juga menghadiri pertemuan Rabu itu.

Menteri Perminyakan Arab Saudi, Ali al-Naimi, mengatakan bahwa "salah satu pertemuan yang terburuk" yang dihasilkan oleh OPEC karena negara anggota terpecah.

"Kami di mana belum bisa mencapai suatu persetujuan," ujar Naimi, yang mengkonfirmasikan bahwa negara-negara Teluk, seperti Arab Saudi, Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab telah mengusulkan kenaikan produksi 1,5 juta bpd. Arab Saudi merupakan pemasok minyak terbesar dunia.

"Kegagalan untuk menyetujui peningkatan dalam salah satunya kuota atau produksi berisiko meninggalkan pasar minyak global dalam bahaya kekurangan minyak mentah selama periode menguatnya permintaan musiman dalam setengah tahun mendatang," kata Nic Brown dari Natixis.

OPEC, yang memproduksi 40 persen dari pasokan minyak global, diperkirakan menjaga batas atas kuota saat ini sampai pertemuan berikutnya pada Desember.

Setelah keputusan OPEC tersebut, harga minyak mentah Brent langsung naik 1,62 dolar AS per barel menjadi 118,40 dolar di perdagangan London dan minyak mentah light sweet New York naik 1,75 dolar menjadi 100,84 dolar per barel.

Sementara itu, Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) mengatakan bahwa pihaknya kecewa dengan keputusan OPEC dan mendesak para produsen untuk memompa lebih banyak guna menghindari terus terjadinya kenaikan harga minyak.

Produksi dari kartel tersebut tidak selalu sesuai dengan kuota yang telah disepakati secara resmi.

IEA mendesak "produsen utama untuk merespon sesuai dengan kuota" dan memompa lebih banyak ke dalam pasar guna memenuhi permintaan musiman yang mengalami kenaikan.

El-Badri menyatakan kepada pers bahwa OPEC mempunyai ruang kapasitas antara 4 hingga 4,5 juta barel per hari. Angka tersebut lebih rendah dibanding dengan 6,0 hingga 6,5 juta barel per hari sebelum kerusuhan di Libya yang meletus pada Februari.

Pertemuan OPEC mendatang dijadwalkan pertengahan Desember di Wina untuk membahas situasi pasar minyak, tambahnya.

"Pada akhir periode tersebut, kami dapat membuat keputusan yang pantas tetapi keputusan ini. Sangat disayangkan tidak disambut baik oleh anggota tertentu," kata El-Badri.

Beberapa negara anggota OPEC khawatir bahwa pasar minyak akan ketat dalam beberapa bulan ke depan--karena permintaan musiman mencapai puncaknya pada musim panas di belahan bumi utara--mendorong harga minyak tentunya akan lebih tinggi.
(Uu.S004/A011