Empat jembatan putus, Cianjur ajukan bantuan ke BNPB
2 Januari 2022 14:48 WIB
Warga Desa Gelar Pawitan terpaksa mengunakan ban dalam bekas untuk menyeberang sungai karena jembatan gantung yang merupakan akses utama putus, Cidaun, Cianjur, Jawa Barat, Minggu (2/1/2022). ANTARA/Ahmad Fikri/aa.
Cianjur, Jabar (ANTARA) - Pemkab Cianjur, Jawa Barat, mengajukan perbaikan empat jembatan gantung yang putus akibat terseret derasnya arus sungai ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan harapan ribuan kepala keluarga kembali dapat berkativitas seperti biasa karena selama ini terisolasi.
Bupati Cianjur, Herman Suherman saat dihubungi di Cianjur, Ahad mengatakan sejak putusnya empat jembatan gantung yang terletak di wilayah bagian selatan Cianjur, membuat aktivitas warga terhambat bahkan terisolasi.
Bagi warga yang terpaksa harus keluar desa, katanya, terpaksa menyeberang sungai dengan ban dalam bekas.
"Kami sudah laporkan dan mengajukan perbaikan jembatan yang putus ke pusat melalui BNPB, dengan harapan jembatan tersebut dapat diperbaiki atau dibangun kembali karena saat ini, aktifitas seribuan kepala keluarga terhambat karena jembatan merupakan akses utama," katanya.
Ia menjelaskan, dua di antara jembatan yang putus membuat warga di lima desa di Kecamatan Cidauan, tidak dapat beraktivitas, sedangkan akses jalan yang dimiliki dalam kondisi rusak berat dan sudah masuk dalam rencana perbaikan secara berkala.
Karena itu, katanya, warga berharap jembatan penghubung utama antar desa yang membentang di sungai Cimaragang itu, segera dibangun karena untuk beraktifitas warga terpaksa menyeberang sungai mengunakan ban dalam bekas dengan resiko yang dapat mengancam keselamatan.
"Harapan kami, dapat segera mendapat jawaban dan jembatan kembali dibangun karena saat ini, siswa sekolah juga terpaksa menyeberang mengunakan ban dalam bekas, untuk pergi dan pulang sekolah. Karena anggaran dari APBD belum tersedia," kata Herman Suherman.
Kepala Desa Gelarpawitan, Heri Kuswanto, mengatakan untuk beraktivitas dari Gelar Pawitan ke desa lain seperti Neglasari, warganya terpaksa mengunakan ban dalam bekas, untuk sampai ke seberang, termasuk anak usia sekolah SD, SMP dan SMA, juga melakukan hal yang sama untuk pergi dan pulang sekolah.
"Mereka terpaksa melewati sungai menggunakan ban untuk beraktivitas seperti bertani, sekolah dan kegiatan ekonomi lainnya. Sekitar 11 ribu kepala keluarga dari dua desa, Gelar Pawitan dan Neglasari yang selama ini mengunakan jembatan sebagai akses utama," katanya.
Kepala Desa Neglasari, Suparman, mengatakan saat ini, warganya mulai kesulitan mendapatkan pasokan sembako karena di sejumlah warung yang ada stok mulai menipis dan kosong karena pemilik warung kesulitan melintas saat membawa barang belanjaan.
Sehingga pihaknya berharap pemerintah daerah hingga pusat dapat segera membangun kembali jembatan yang putus karena tidak ada alternatif jalan yang dapat dilalui warga kecuali melintasi sungai dengan mengunakan ban dalam bekas.
Baca juga: Seribuan kepala keluarga di Cidaun-Cianjur terisolir
Baca juga: Dua jembatan di Cianjur putus akibat terbawa arus
Baca juga: Jembatan gantung penghubung dua kecamatan di Cianjur putus
Baca juga: Jembatan ambruk, puluhan kepala keluarga di Cianjur-Jabar terisolasi
Bupati Cianjur, Herman Suherman saat dihubungi di Cianjur, Ahad mengatakan sejak putusnya empat jembatan gantung yang terletak di wilayah bagian selatan Cianjur, membuat aktivitas warga terhambat bahkan terisolasi.
Bagi warga yang terpaksa harus keluar desa, katanya, terpaksa menyeberang sungai dengan ban dalam bekas.
"Kami sudah laporkan dan mengajukan perbaikan jembatan yang putus ke pusat melalui BNPB, dengan harapan jembatan tersebut dapat diperbaiki atau dibangun kembali karena saat ini, aktifitas seribuan kepala keluarga terhambat karena jembatan merupakan akses utama," katanya.
Ia menjelaskan, dua di antara jembatan yang putus membuat warga di lima desa di Kecamatan Cidauan, tidak dapat beraktivitas, sedangkan akses jalan yang dimiliki dalam kondisi rusak berat dan sudah masuk dalam rencana perbaikan secara berkala.
Karena itu, katanya, warga berharap jembatan penghubung utama antar desa yang membentang di sungai Cimaragang itu, segera dibangun karena untuk beraktifitas warga terpaksa menyeberang sungai mengunakan ban dalam bekas dengan resiko yang dapat mengancam keselamatan.
"Harapan kami, dapat segera mendapat jawaban dan jembatan kembali dibangun karena saat ini, siswa sekolah juga terpaksa menyeberang mengunakan ban dalam bekas, untuk pergi dan pulang sekolah. Karena anggaran dari APBD belum tersedia," kata Herman Suherman.
Kepala Desa Gelarpawitan, Heri Kuswanto, mengatakan untuk beraktivitas dari Gelar Pawitan ke desa lain seperti Neglasari, warganya terpaksa mengunakan ban dalam bekas, untuk sampai ke seberang, termasuk anak usia sekolah SD, SMP dan SMA, juga melakukan hal yang sama untuk pergi dan pulang sekolah.
"Mereka terpaksa melewati sungai menggunakan ban untuk beraktivitas seperti bertani, sekolah dan kegiatan ekonomi lainnya. Sekitar 11 ribu kepala keluarga dari dua desa, Gelar Pawitan dan Neglasari yang selama ini mengunakan jembatan sebagai akses utama," katanya.
Kepala Desa Neglasari, Suparman, mengatakan saat ini, warganya mulai kesulitan mendapatkan pasokan sembako karena di sejumlah warung yang ada stok mulai menipis dan kosong karena pemilik warung kesulitan melintas saat membawa barang belanjaan.
Sehingga pihaknya berharap pemerintah daerah hingga pusat dapat segera membangun kembali jembatan yang putus karena tidak ada alternatif jalan yang dapat dilalui warga kecuali melintasi sungai dengan mengunakan ban dalam bekas.
Baca juga: Seribuan kepala keluarga di Cidaun-Cianjur terisolir
Baca juga: Dua jembatan di Cianjur putus akibat terbawa arus
Baca juga: Jembatan gantung penghubung dua kecamatan di Cianjur putus
Baca juga: Jembatan ambruk, puluhan kepala keluarga di Cianjur-Jabar terisolasi
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022
Tags: