Banda Aceh (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyebutkan kebakaran pemukiman menjadi bencana yang paling dominan terjadi di wilayah Aceh sepanjang 2021, dengan total 269 kali kejadian.

"Kebakaran pemukiman merupakan bencana paling tinggi yakni sebanyak 269 kali, dengan kerugian yang diakibatkan oleh bencana ini sekitar Rp105 miliar," kata Kepala Pelaksana BPBA Ilyas melalui Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) di Banda Aceh, Sabtu.

Ilyas menjelaskan selama 2021, terdapat 662 kejadian bencana di Tanah Rencong itu, dengan total prakiraan kerugian mencapai Rp235 miliar.

Beberapa bencana yang kerap terjadi di Aceh seperti kebakaran hutan dan lahan sebanyak 133 kali dengan luas 435 hektare. Banjir terjadi 100 kali kejadian yang berdampak pada 2.524 rumah dan satu jembatan, lima tanggul rusak serta 248 hektare sawah terendam.

Kemudian angin puting beliung terjadi sebanyak 89 kali, dan merusak 343 rumah warga dengan total kerugian yang dialami sebanyak Rp14 miliar

Selanjutnya banjir bandang terjadi enam kali kejadian dan merendam 272 rumah warga dengan prakiraan kerugian Rp2,6 miliar. Banjir dan longsor terjadi 12 kali kejadian yang merendam 98 rumah dengan prakiraan kerugian mencapai Rp13,2 miliar.

"Banjir rob terjadi lima kali kejadian merusak 29 rumah warga. Kemudian tanah longsor terjadi 42 kali kejadian kerugian mencapai Rp1 miliar, abrasi tercatat terjadi sebanyak lima kali kejadian merusak enam rumah dengan prakiraan kerugian Rp1,2 miliar," katanya.

Baca juga: Banjir bencana paling dominan di Aceh pada November 2021
Baca juga: UAS: Peringatan 17 tahun tsunami adalah amar makruf nahi mungkar


Untuk korban selama 2021, lanjut dia, delapan warga meninggal dunia yaitu empat orang akibat longsor, satu orang karena banjir bandang, dua karena kebakaran dan satu orang terseret arus banjir, serta satu orang hilang terseret arus banjir serta 13 orang luka-luka, 136.268 jiwa terdampak bencana.

Ilyas meminta masyarakat agar menjaga alam, khususnya terkait Karhutla masyarakat diminta pula tidak mengeksploitasi hutan secara berlebihan tanpa memperhatikan fungsi hutan sebagai resapan air yang berguna mencegah banjir dan longsor juga Karhutla.

“Selain itu, pemberdayaan masyarakat atau sosialisasi kepada pelaku usaha yang terlibat perluasan lahan, kami imbau jangan membuka lahan dengan membakar hutan," kata Ilyas.

Pada 2022, kata dia, BPBA akan terus berusaha meminimalisir kerusakan maupun korban akibat bencana alam maupun non alam dan mendorong seluruh elemen masyarakat untuk merespon kejadian bencana secara komprehensif karena pada hakikatnya bencana adalah urusan bersama.

Baca juga: Wapres minta Aceh mitigasi bencana sebagai daerah rawan Baca juga: Sandiaga: Edukasi dan literasi perlu ditingkatkan hadapi bencana

Baca juga: Walhi: Ancaman bencana ekologi di Aceh meningkat