Museum Soesilo Soedarman serahkan foto bersejarah Pelita Air Service
31 Desember 2021 13:22 WIB
Ketua Dewan Kurator Museum Soesilo Soedarman Indroyono Soesilo (dua kiri) menyerahkan foto-foto bersejarah keterlibatan para penerbang dan teknisi Pelita Air Service dalam Operasi Seroja Timor Timur tahun 1975 sampai dengan 1978 kepada Direktur Utama Pelita Air Service Albert Burhan (dua kanan) di Jakarta, Rabu (28/12/2021) . (Antara/HO/Indroyono Soesilo)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Kurator Museum Soesilo Soedarman, Indroyono Soesilo menyerahkan foto-foto bersejarah keterlibatan para penerbang dan teknisi Pelita Air Service dalam Operasi Seroja Timor Timur pada 1975 sampai dengan 1978 kepada Direktur Utama Pelita Air Service Albert Burhan.
Menurut Indroyono Soesilo dalam pernyataannya yang dirilis di Jakarta, Jumat, teknisi dan penerbang Pelita Air Service bertugas pada angkutan logistik, pengangkutan pasukan, dan evakuasi medis dari pedalaman Timor-Timur.
Dokumen foto bersejarah tersebut, lanjutnya, menunjukkan kesigapan dalam penyediaan Komponen Cadangan Nasional saat Negara membutuhkan.
"Sejarah Pelita Air Service dalam mendukung Operasi Seroja Timor Timur pada tahun 1975 sampai dengan 1978, menunjukkan bukti peran Komponen Cadangan Nasional yang siap untuk dimobilisasi, apabila negara membutuhkan, guna melaksanakan misi Nasional," katanya.
Baca juga: Museum Sumpah Pemuda persembahkan film dokumenter "YAMIN"
Penyerahan enam dokumen foto bersejarah tersebut, lanjut Indroyono yang juga putra Soesilo Soedarman, mantan Menteri Pariwisata itu, untuk mengenang pelaksanaan Operasi Seroja.
Dalam perjalanan sejarah, pada akhir 1975 memasuki 1976, suasana konflik di wilayah Asia Tenggara tegang dengan jatuhnya Vietnam Selatan, Laos dan Kamboja ke tangan pihak komunis.
Di wilayah sekitar Indonesia, suasana di Timor Timur memanas dan perang saudara tak terelakkan. Partai-partai di Timor Timur, seperti Kota, Trabalista, Apodeti dan UDT meminta bantuan Indonesia untuk menghadapi kelompok-kelompok Fretilin.
Baca juga: Ridwan Kamil: Fungsi utama Museum Tsunami Aceh untuk penyelamatan
Akhirnya, pada 7 Desember 1975, “sukarelawan” dari Indonesia melintasi perbatasan, masuk ke Timor Timur dan bersama rakyat Timor Timur, berhasil menguasai Ibu Kota Dili.
Operasi pengamanan Timor Timur, yang dikenal dengan Operasi Seroja itu, juga melibatkan Komponen Cadangan Nasional, di antaranya pengerahan helikopter-helikopter milik Pelita Air Service, anak usaha Pertamina.
Kala itu, para penerbang dan teknisi Pelita Air Service, dengan gagah berani, mengoperasikan pesawat-pesawat Helikopter jenis AS-332 Super Puma dan Hughes 500 untuk angkutan logistik, untuk angkutan pasukan serta untuk evakuasi medis dari Dili menuju pedalaman Timor Timur, menerbangi wilayah-wilayah rawan.
Enam foto bersejarah yang diserahkan adalah, foto tahun 1975 yang memperlihatkan pesawat-pesawat Helikopter Super Puma PELITA Air Service terbang dari ibukota Dili untuk mengangkut logistik. Juga foto tahun 1976 saat helikopter Hughes 500 PELITA Air Service mengevakuasi korban pertempuran dari pedalaman Timor Timur menuju Dili.
Ada pula foto bersejarah, pada saat 18 Januari 1979, di Puncak Fatobesi, pedalaman Timor Timur, Menteri Hankam/Panglima ABRI, Jenderal M. Jusuf menganugerahkan Kenaikan Pangkat Luar Biasa kepada Tim Nanggala XXVIII Kopasandha TNI-AD dengan latar belakang, Helikopter Hughes 500 Pertamina dan Helikopter Super Puma TNI-AU.
Diserahkan pula foto bersejarah saat Menteri Hankam/Panglima ABRI, Jenderal M.Jusuf menumpang helikopter AS 332 Super Puma PELITA Air Service, saat meninjau Operasi Keamanan Dalam Negeri yang dilaksanakan Tim Nanggala XXVII Kopasandha TNI-AD di Aceh tahun 1978.
Foto lainnya, para penerbang dan teknisi Pelita Air Service memperoleh Penghargaan Satya Lencana Seroja dari Negara, diantaranya diserahkan kepada Capt. Sardjiono oleh Menteri Hankam/Panglima ABRI, Jenderal M.Jusuf pada 23 Desember 1978 di Dili.
Sementera itu, Albert Burhan menyampaikan penghargaan dan terimakasih atas penyerahan foto-foto bersejarah tersebut.
"Dokumen foto tersebut dapat melengkapi sejarah pengabdian perusahaan penerbangan Nasional ini, yang pada 24 Januari 2022 mendatang akan memasuki usia yang ke 52," katanya.
Menurut Indroyono Soesilo dalam pernyataannya yang dirilis di Jakarta, Jumat, teknisi dan penerbang Pelita Air Service bertugas pada angkutan logistik, pengangkutan pasukan, dan evakuasi medis dari pedalaman Timor-Timur.
Dokumen foto bersejarah tersebut, lanjutnya, menunjukkan kesigapan dalam penyediaan Komponen Cadangan Nasional saat Negara membutuhkan.
"Sejarah Pelita Air Service dalam mendukung Operasi Seroja Timor Timur pada tahun 1975 sampai dengan 1978, menunjukkan bukti peran Komponen Cadangan Nasional yang siap untuk dimobilisasi, apabila negara membutuhkan, guna melaksanakan misi Nasional," katanya.
Baca juga: Museum Sumpah Pemuda persembahkan film dokumenter "YAMIN"
Penyerahan enam dokumen foto bersejarah tersebut, lanjut Indroyono yang juga putra Soesilo Soedarman, mantan Menteri Pariwisata itu, untuk mengenang pelaksanaan Operasi Seroja.
Dalam perjalanan sejarah, pada akhir 1975 memasuki 1976, suasana konflik di wilayah Asia Tenggara tegang dengan jatuhnya Vietnam Selatan, Laos dan Kamboja ke tangan pihak komunis.
Di wilayah sekitar Indonesia, suasana di Timor Timur memanas dan perang saudara tak terelakkan. Partai-partai di Timor Timur, seperti Kota, Trabalista, Apodeti dan UDT meminta bantuan Indonesia untuk menghadapi kelompok-kelompok Fretilin.
Baca juga: Ridwan Kamil: Fungsi utama Museum Tsunami Aceh untuk penyelamatan
Akhirnya, pada 7 Desember 1975, “sukarelawan” dari Indonesia melintasi perbatasan, masuk ke Timor Timur dan bersama rakyat Timor Timur, berhasil menguasai Ibu Kota Dili.
Operasi pengamanan Timor Timur, yang dikenal dengan Operasi Seroja itu, juga melibatkan Komponen Cadangan Nasional, di antaranya pengerahan helikopter-helikopter milik Pelita Air Service, anak usaha Pertamina.
Kala itu, para penerbang dan teknisi Pelita Air Service, dengan gagah berani, mengoperasikan pesawat-pesawat Helikopter jenis AS-332 Super Puma dan Hughes 500 untuk angkutan logistik, untuk angkutan pasukan serta untuk evakuasi medis dari Dili menuju pedalaman Timor Timur, menerbangi wilayah-wilayah rawan.
Enam foto bersejarah yang diserahkan adalah, foto tahun 1975 yang memperlihatkan pesawat-pesawat Helikopter Super Puma PELITA Air Service terbang dari ibukota Dili untuk mengangkut logistik. Juga foto tahun 1976 saat helikopter Hughes 500 PELITA Air Service mengevakuasi korban pertempuran dari pedalaman Timor Timur menuju Dili.
Ada pula foto bersejarah, pada saat 18 Januari 1979, di Puncak Fatobesi, pedalaman Timor Timur, Menteri Hankam/Panglima ABRI, Jenderal M. Jusuf menganugerahkan Kenaikan Pangkat Luar Biasa kepada Tim Nanggala XXVIII Kopasandha TNI-AD dengan latar belakang, Helikopter Hughes 500 Pertamina dan Helikopter Super Puma TNI-AU.
Diserahkan pula foto bersejarah saat Menteri Hankam/Panglima ABRI, Jenderal M.Jusuf menumpang helikopter AS 332 Super Puma PELITA Air Service, saat meninjau Operasi Keamanan Dalam Negeri yang dilaksanakan Tim Nanggala XXVII Kopasandha TNI-AD di Aceh tahun 1978.
Foto lainnya, para penerbang dan teknisi Pelita Air Service memperoleh Penghargaan Satya Lencana Seroja dari Negara, diantaranya diserahkan kepada Capt. Sardjiono oleh Menteri Hankam/Panglima ABRI, Jenderal M.Jusuf pada 23 Desember 1978 di Dili.
Sementera itu, Albert Burhan menyampaikan penghargaan dan terimakasih atas penyerahan foto-foto bersejarah tersebut.
"Dokumen foto tersebut dapat melengkapi sejarah pengabdian perusahaan penerbangan Nasional ini, yang pada 24 Januari 2022 mendatang akan memasuki usia yang ke 52," katanya.
Pewarta: Subagyo
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021
Tags: