Jakarta (ANTARA News) - Teknologi "start-stop" adalah sistem yang secara otomatis mematikan mesin saat idle. Gampangnya, saat kendaraan berhenti, begitu pula mesinnya. Saat kaki melepas pedal rem, atau pedal gas diinjak, mesin hidup kembali.
Teknologi ini mulai diluncurkan di Eropa tahun 2007 seiring berlakunya undang-undang pengurangan karbon.
"Start-stop" menghasilkan penghematan 5-12 persen BBM -- dan jika digabungkan dengan teknologi lain yang hemat BBM, penghematan bisa mencapai 18 persen, kata perusahaan Johnson Controls.
Perusahaan itu menjual 3 juta baterai teknologi "start-stop" di Eropa setiap tahun. Lembaga riset Pike Research memperkirakan pasar kendaraan berteknologi mesin "start-stop" bisa mencapai 35 juta pada tahun 2015.
"Start-stop" memang tidak sehebat hybrid maupun mobil listrik dalam soal hemat energi, tapi teknologi itu jauh lebih murah dan dapat dipasang pada mesin BBM konvensional. Harga termurahnya, menurut analist Pike Research John Gartner, adalah 300 dolar AS untuk pabrikan mobil.
"Tidak sulit diaplikasikan ke kendaraan biasa, bahkan lebih mudah daripada mengimplementasikan bio fuel karena bio fuel memerlukan infrastruktur," tulis Katie Fehrenbacher di Earth2Tech.
Johnson Controls berencana menginvestasikan 420 juta dolar untuk teknologi tersebut hingga tahun 2015. Teknologi "start-stop" lebih berkembang di Eropa dibanding AS karena di negara Uncle Sam itu tidak banyak undang-undang pengurangan karbon.
Ada dua puluhan model "start-stop" di Eropa sedangkan di AS baru tiga model yang dijual. Dua tahun ke depan, 2013, diperkirakan ada 6,8 juta unit "start-stop" yang terjual di AS, ungkap Johnson Control.
(A038)
Kenapa Teknologi Start-Stop Engine Penting?
6 Juni 2011 08:33 WIB
start stop engine (istimewa)
Penerjemah: Aditia Maruli Radja
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011
Tags: