Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir memproyeksikan realisasi kredit usaha rakyat (KUR) tahun 2021 akan mencapai 99,9 persen dari target Rp285 triliun.

"Dengan demikian itu berarti pertumbuhannya lebih dari 40 persen jika dibandingkan dengan tahun 2020 yang tersalurkan Rp198,5 triliun," ucap Iskandar dalam acara Refleksi Capaian 2021 dan Outlook Ekonomi 2022 di Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan sejak Januari hingga 27 Desember 2021, KUR yang telah disalurkan mencapai Rp278,71 triliun atau 97,79 persen dari target 2021 yang diberikan kepada 7,35 juta debitur.

Penyaluran KUR selama tahun 2021 berdasarkan jenis yaitu KUR Super Mikro sebanyak Rp10 triliun atau memiliki porsi 3,59 persen, KUR Mikro 63,81 persen atau Rp177,84 triliun, KUR Kecil 32,59 persen atau Rp90,84 triliun, dan KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) 0,01 persen atau Rp27,81 miliar.

Dengan begitu, secara keseluruhan total outstanding KUR sejak Agustus 2015 sampai dengan 27 Desember 2021 mencapai Rp373,35 triliun yang diberikan kepada 32,07 debitur.

Meski penyaluran KUR cukup besar, Iskandar mengungkapkan rasio kredit macet (non performing loan/NPL) KUR tercatat sangat rendah, yakni 0,98 persen.

"Angka ini jauh di bawah NPL kredit nasional," tuturnya.

Menurut dia, permintaan KUR selama pandemi memang sangat tinggi, karena pada umumnya usaha mikro dan kecil merupakan usaha yang paling cepat bangkit.

Adapun selama tahun 2021, rata-rata permintaan KUR per bulan tercatat Rp23 triliun.


Baca juga: Airlangga: Presiden setujui program baru PEN untuk front loading 2022

Baca juga: Pemerintah tambah plafon KUR 2022 jadi Rp373,17 triliun