BNN sebut masalah Myanmar akibatkan peningkatan peredaran narkoba
29 Desember 2021 17:02 WIB
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Petrus Reinhard Golose dalam Press Release Akhir Tahun 2021 yang diselenggarakan di Ruang Ahmad Dahlan Kantor BNN, Jakarta, Rabu (29/12/2021). ANTARA/Putu Indah Savitri/am.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Petrus Reinhard Golose mengungkapkan bahwa salah satu penyebab dari peningkatan peredaran dan penyalahgunaan narkoba di Indonesia adalah permasalahan di Myanmar yang merupakan bagian dari Golden Triangle.
“Di Myanmar ada banyak juga yang disebut dengan clandestine laboratories (laboratorium gelap narkoba, red.) yang dijaga pasukan milisi bersenjata. Prekursornya (bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika dan psikotropika, red.) juga masuk dari China,” kata Golose dalam konferensi pers di Ruang Ahmad Dahlan Kantor BNN, Jakarta, Rabu.
Golden Triangle merupakan kawasan segitiga emas yang menjadi pusat produksi berbagai jenis narkotika di Asia Tenggara dan berlokasi di wilayah pedalaman dan pegunungan di utara Myanmar, Thailand, dan Laos.
Baca juga: BNN menyita 115,1 ton ganja dan 3,3 ton sabu-sabu sepanjang 2021
Adapun permasalahan Myanmar yang menjadi rujukan dari Golose adalah Junta Militer yang saat ini sedang berlangsung. Menurut ia, permasalahan di Myanmar merupakan penyebab terjadinya peningkatan peredaran narkoba di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
BNN membuktikan peningkatan aktivitas peredaran tersebut dari tingginya angka penyitaan dan penangkapan di wilayah perbatasan. Peningkatan peredaran narkotika menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia, yakni dari 1,8 persen pada 2019 menjadi 1,95 persen pada 2021.
Sebelumnya, ia mengatakan bahwa BNN telah mengungkapkan 85 jaringan sindikat narkoba, baik nasional maupun internasional oleh BNN sepanjang tahun 2021. Golden Triangle merupakan salah satu sindikat narkoba internasional yang paling banyak diungkap oleh BNN RI.
“BNN RI sudah bekerja sama dengan berbagai duta besar di Asia Tenggara berkaitan dengan Golden Triangle. Ini adalah wilayah transportasi Asia Tenggara,” ucap dia.
Melalui kerja sama dengan berbagai duta besar, Golose berharap agar BNN dapat melihat bagaimana perkembangan geostrategis dan geopolitik dari negara masing-masing terkait dengan peredaran narkotika yang tengah marak terjadi.
Golose juga mengatakan bahwa BNN RI mengambil langkah antisipasi berupa peningkatan sinergisitas dengan seluruh pemangku kepentingan, termasuk Polri dan Bea Cukai, untuk mencegah masuknya obat-obatan terlarang yang berasal dari sindikat narkoba internasional.
“Ini upaya preventif baik dari jajaran BNN, Polri, dan seluruh pemangku kepentingan yang ada,” kata Golose.
Baca juga: Jaringan narkoba Dumai-Madura edarkan sabu-sabu dari "Golden Triangle"
Baca juga: Gembong narkoba Asia produksi sendiri bahan "meth" di Golden Triangle
“Di Myanmar ada banyak juga yang disebut dengan clandestine laboratories (laboratorium gelap narkoba, red.) yang dijaga pasukan milisi bersenjata. Prekursornya (bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika dan psikotropika, red.) juga masuk dari China,” kata Golose dalam konferensi pers di Ruang Ahmad Dahlan Kantor BNN, Jakarta, Rabu.
Golden Triangle merupakan kawasan segitiga emas yang menjadi pusat produksi berbagai jenis narkotika di Asia Tenggara dan berlokasi di wilayah pedalaman dan pegunungan di utara Myanmar, Thailand, dan Laos.
Baca juga: BNN menyita 115,1 ton ganja dan 3,3 ton sabu-sabu sepanjang 2021
Adapun permasalahan Myanmar yang menjadi rujukan dari Golose adalah Junta Militer yang saat ini sedang berlangsung. Menurut ia, permasalahan di Myanmar merupakan penyebab terjadinya peningkatan peredaran narkoba di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
BNN membuktikan peningkatan aktivitas peredaran tersebut dari tingginya angka penyitaan dan penangkapan di wilayah perbatasan. Peningkatan peredaran narkotika menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia, yakni dari 1,8 persen pada 2019 menjadi 1,95 persen pada 2021.
Sebelumnya, ia mengatakan bahwa BNN telah mengungkapkan 85 jaringan sindikat narkoba, baik nasional maupun internasional oleh BNN sepanjang tahun 2021. Golden Triangle merupakan salah satu sindikat narkoba internasional yang paling banyak diungkap oleh BNN RI.
“BNN RI sudah bekerja sama dengan berbagai duta besar di Asia Tenggara berkaitan dengan Golden Triangle. Ini adalah wilayah transportasi Asia Tenggara,” ucap dia.
Melalui kerja sama dengan berbagai duta besar, Golose berharap agar BNN dapat melihat bagaimana perkembangan geostrategis dan geopolitik dari negara masing-masing terkait dengan peredaran narkotika yang tengah marak terjadi.
Golose juga mengatakan bahwa BNN RI mengambil langkah antisipasi berupa peningkatan sinergisitas dengan seluruh pemangku kepentingan, termasuk Polri dan Bea Cukai, untuk mencegah masuknya obat-obatan terlarang yang berasal dari sindikat narkoba internasional.
“Ini upaya preventif baik dari jajaran BNN, Polri, dan seluruh pemangku kepentingan yang ada,” kata Golose.
Baca juga: Jaringan narkoba Dumai-Madura edarkan sabu-sabu dari "Golden Triangle"
Baca juga: Gembong narkoba Asia produksi sendiri bahan "meth" di Golden Triangle
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2021
Tags: