Zurich (ANTARA News/Reuters) - Sepp Blatter terpilih kembali tanpa saingan untuk keempat kalinya sebagai Presiden Asosiasi Federasi Sepakbola Internasional (FIFA) untuk periode hingga empat tahun mendatang pada Rabu waktu setempat (Kamis WIB), dan mengabaikan skandal yang memukul induk organisasi sepak bola dunia itu.

Blatter, pria asal Swiss berusia 75 tahun yang telah memimpin FIFA sejak 1998, mendapat 186 dari total 203 suara, segera mendorong perubahan yang dimaksudkan untuk membuat seleksi tuan rumah Piala Dunia yang lebih demokratis dan memperkuat perang melawan korupsi.

"Saya orang yang bahagia setelah, pekan yang sangat, sangat berat ini," kata Blatter kepada wartawan.

Kongres FIFA menyetujui usulnya bahwa tuan rumah Piala Dunia pada masa yang akan datang seharusnya dipilih oleh kongres dari daftar yang disiapkan oleh 24 orang komite eksekutif.

Di bawah sistem yang sekarang, pemilihan terbatas pada komite eksekutif, yang oleh pengamat dianggap mengarah kepada lobi yang berlebihan dan saling memfavoritkan, serta membuka peluang kolusi sekaligus korupsi "jual suara".

Kongres juga menerima proposal untuk memperkuat komite etik dengan memisahkan kekuatan investigasi dan pengambil keputusan dengan yang lainnya untuk menciptakan pengawas baru yang disebut "komite solusi".

Blatter semula bersaing dengan Presiden Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), Mohamed bin Hammam, tetapi pria asal Qatar itu menarik diri pada Minggu di tengah dugaan suap untuk pemilihan tersebut.

Bin Hammam dilarang masuk ke ruang kongres, setelah dijatuhi larangan sementara oleh komite etik bersama dengan sesama anggota komite eksekutif, Jack Warner.

Blatter sendiri dinyatakan bersih dari kesalahan selama kampanye pemilihan oleh komite etik pada Minggu.

"Bersama kita akan punya empat tahun untuk melanjutkan arah kita dan mengerjakan pekerjaan kita," kata Blatter kepada delegasi, setelah mendapat mosi percaya dari federasi-federasi sepak bola seluruh dunia.

Ia menimpali, "Saya gembira karena kita mampu membawa solidaritas ini, persatuan ini ke dalam FIFA, yang memungkinkan kita bergerak maju dengan pendirian positif."

Blatter telah mengatasi rintangan terakhir pada Rabu pagi ketika FA Inggris mengajukan mosi untuk menangguhkan pemilihan.

Hal itu ditolak oleh 172 suara berbanding 17, meskipun proposal Inggris mendapat suara lebih banyak dibanding yang diperkirakan sebelumnya.

Delegasi lainnya menyatakan bahwa FIFA adalah korban kampanye media, sementara wakil presiden Julio Grondona dari Argentina secara mengejutkan menyerang FA Inggris dan media.

"Tidak mungkin masalahnya selalu datang dari sisi yang sama," kata Grondona, menyatakan bahwa Inggris merajuk sejak 1974 ketika Stanley Rous kalah dalam pemilihan presiden FIFA dari Joao Havelange yang berasal dari Brazil.

Ia menimpali, "Sejak 1974, segalanya telah berubah dan rasanya negara itu tidak menyukainya. Sekarang, kita berada pada 2011 dan mereka masih seperti selalu punya sesuatu untuk diucapkan."

Selain itu, ia mencap Inggris Raya diberi hak istimewa "karena mereka punya empat tim nasional dan tidak satu pun dari kita yang lainnya punya", dan mengatakan Inggris telah menyebabkan masalah pada setiap kongres yang ia ikuti.

Presiden FA Spanyol, Angel Villar, mengatakan bahwa politisi seharusnya dijauhkan dari sepak bola.

"Politisi seharusnya berbicara politik, mereka tidak punya pemikiran mengenai ini. Sejumlah politisi mengira mereka tahu segalanya, betapa salahnya mereka," ujarnya.
(Uu.F005/A011)