Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia memprediksi target laju inflasi yang ditargetkan pemerintah pada 2011 sebesar 5,3 persen akan sulit tercapai apabila pemerintah mulai melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Inflasi tergantung pada BBM-nya kapan akan diubah. Kalau BBM ditunda tahun ini tidak diubah, inflasi mencapai 5,2-5,3 persen. Tapi kalau dinaikkan tahun ini harga BBM-nya maka inflasinya 6,3-6,4 persen," ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution seusai rapat kerja mengenai Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2012 dengan Badan Anggaran di Jakarta, Rabu.

Ia menjelaskan pemerintah seharusnya menerapkan kebijakan pembatasan BBM bersubsidi atau melakukan penyesuaian harga pada April ketika sedang terjadi deflasi.

"Kalau berbicara mending, mending dilakukan pada April ketika sedang mengalami deflasi dan juga panen raya," ujar Darmin.

Menurut dia, apabila ada kebijakan yang jelas dari pemerintah tentang BBM tersebut tahun ini, maka tekanan inflasi pada 2012 dapat lebih terkendali dan bisa mencapai asumsi yang telah ditetapkan sebesar 3,5-5,5 persen.

"Kami memperkirakan tekanan inflasi pada 2012 akan berada pada level 4,5 persen plus minus satu," ujarnya.

Sementara, pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan apabila penyesuaian maupun pengaturan BBM bersubsidi jadi dilakukan akan membuat target inflasi tahun depan tidak tercapai.

"Kalau jadi diterapkan (pengaturan maupun penyesuaian) bisa sekitar 6 persen, kalau tidak, bisa dibawah 6 persen," ujarnya.

Pemerintah dengan mempertimbangkan perekonomian domestik memperkirakan laju inflasi tahunan 2011 akan berada pada kisaran 6 persen diatas asumsi dalam APBN 2011 sebesar 5,3 persen.

Perkiraan tersebut telah mempertimbangkan faktor eksternal yang dapat menahan laju inflasi seperti inflasi mitra dagang utama Indonesia yang cenderung menurun dan arus modal masuk masih cukup besar sehingga mendorong apresiasi Rupiah.

Sedangkan faktor internal yang dipertimbangkan dalam menahan inflasi tahunan adalah apresiasi nilai tukar Rupiah, semakin membaiknya pasokan dan distribusi pangan yang didukung membaiknya sarana infrastruktur, minimalnya kebijakan "administered prices" sehingga ekspektasi inflasi tetap terkendali.

"Kemudian sinergi kebijakan fiskal dan moneter yang semakin solid dan didukung kesadaran Pemerintah Daerah dalam pengendalian inflasi daerah melalui TPID," ujar Bambang.

Badan Pusat Statistik mencatat pada Mei 2011 terjadi inflasi sebesar 0,12 persen karena ada peningkatan harga kebutuhan sandang padahal pada dua bulan terakhir sempat terjadi deflasi.

Dengan demikian, laju inflasi tahun kalender Januari-Mei tercatat 0,51 persen dan inflasi "yoy" 5,98 persen. Selain itu, inflasi inti Mei tercatat 0,27 persen dan inflasi inti "yoy" 4,64 persen. (ANT/K004)