Catatan Akhir Tahun
Desa wisata jadi alternatif ketahanan perekonomian Indonesia
Oleh M Baqir Idrus Alatas
29 Desember 2021 05:37 WIB
Ilustrasi - Sejumlah wisatawan berkunjung ke Pantai Kuta, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/wsj.
Jakarta (ANTARA) - Akselerasi pengembangan desa wisata pada tahun 2021 oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terlihat sangat signifikan dan bisa menjadi alternatif ketahanan perekonomian Indonesia.
Hampir setiap minggu terdapat pemberitaan mengenai kunjungan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Sandiaga Uno beserta jajarannya ke berbagai desa wisata.
Beberapa kegiatan yang dilakukan ialah peningkatan kapasitas masyarakat, seperti pemandu wisata lokal, pengelola homestay, pengelola restoran, dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
Hal ini ditujukan agar para pengelola dapat meningkatkan daya saing dan semakin tangguh menghadapi krisis di tengah tantangan ekonomi dan pandemi COVID-19.
Selain itu juga diagendakan program pendampingan ekonomi kreatif di desa wisata dengan sub sektor prioritas, yakni kuliner, fesyen, kriya, musik, serta videografi.
Pada tahun ini, Kemenparekraf meluncurkan program terbaru bernama Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.
Ajang tersebut ditujukan untuk memberikan penghargaan kepada desa-desa wisata yang memiliki prestasi dengan beragam kriteria yang telah ditentukan.
Pada mulanya, pemerintah menargetkan lebih dari 700 desa wisata yang berpartisipasi dalam ADWI 2021 dari 75 ribu desa di Indonesia dengan sekitar 1.200 di antaranya berpotensi menjadi desa wisata. Kemudian, target diturunkan kembali hingga hanya 300 desa wisata.
Baca juga: Cara Desa Tlilir di Temanggung bangun kemandirian melalui pariwisata
Menurut Menparekraf Sandiaga Uno, desa wisata dapat dijadikan sebagai lokomotif kebangkitan sektor pariwisata Indonesia. Karena itu, ajang ADWI 2021 diadakan agar masyarakat semakin mengetahui potensi besar desa wisata.
Selain menarik minat wisatawan, desa wisata membuka lapangan pekerjaan dan peluang usaha baru bagi pelaku ekonomi kreatif.
“Pemerintah pusat all out mengangkat potensi desa wisata di tengah pandemi. Kami meyakini desa wisata ini game changer, dan merupakan suatu peluang yang memastikan kebangkitan Indonesia pascapandemi,” kata Sandiaga.
Selain itu, ajang ini juga sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang menargetkan 244 desa wisata maju, mandiri, dan tersertifikasi desa wisata berkelanjutan pada 2024.
Dalam acara puncak rangkaian kegiatan ADWI 2021, terdapat 1.831 desa yang mendaftar perlombaan tersebut.
Dengan total pendaftar sebanyak itu menandakan ekspektasi rendah yang sebelumnya diperkirakan Kemenparekraf melesat jauh berkali-kali lipat.
Kerja keras ini tak terlepas dari usaha Kemenparekraf yang memberikan beragam pelatihan dan peningkatan sumber daya manusia.
Juga peningkatan kompetensi dari aspek wirausaha seperti Gerakan Bangga Buatan Indonesia, Bantuan Insentif Pemerintah (2021) yang dianggarkan kurang lebih Rp60 miliar kepada para pelaku usaha pariwisata, serta sertifikat CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability).
Baca juga: Mendes: BUMDes dan Desa Wisata ujung tombak pemulihan ekonomi
Tak heran jika Grab Indonesia mencatatkan kunjungan wisatawan ke desa wisata meningkat sebesar 30 persen pada tahun ini di saat sektor pariwisata lainnya mengalami kondisi sebaliknya.
Hal ini disebabkan desa wisata potensial membangkitkan perekonomian Indonesia serta memperluas lapangan pekerjaan.
Berdasarkan catatan Kemenparekraf, terdapat kecenderungan perekonomian desa wisata tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan non desa wisata.
Melalui kegiatan melancong, desa wisata dikatakan mampu memperbaiki kondisi sosial-ekonomi desa.
Secara agregat, aktivitas pariwisata disebut mendorong perekonomian di desa wisata yang pada gilirannya berkontribusi pada perekonomian nasional.
Baca juga: Menteri Desa PDTT resmikan bantuan pengembangan desa wisata di Magetan
Sebagaimana tercatat pada tahun 2019, stimulus dari aktivitas di seluruh desa wisata Indonesia menimbulkan dampak pengganda (multiplier-effect) senilai hampir Rp9 triliun atau setara dengan kontribusi sekitar 0,06 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Dampak pengganda dari pengembangan desa wisata tersebut juga mampu menciptakan 341.586 kesempatan kerja atau menyumbang sekitar 0,26 persen dari total lapangan kerja di Indonesia.
Momentum meningkatkan potensi kunjungan ke desa wisata
Gelombang pandemi COVID-19 yang telah memiliki beragam mutasi menyebabkan terbatasnya pergerakan masyarakat di dalam negeri. Pemerintah mengeluarkan beberapa aturan seperti melarang Warga Negara Indonesia (WNI) datang ke sebagian negara, begitu pula terhadap sebagian Warga Negara Asing (WNA) yang dilarang berkunjung ke Indonesia.
Salah satu sektor yang paling tertekan ialah pariwisata. Sebagian pelaku pariwisata menyampaikan keresahan yang menyebabkan mereka kesulitan memperoleh penghasilan.
Di masa itu, pemerintah melalui Kemenparekraf memberikan beragam stimulus untuk membantu para pelaku pariwisata sesaat.
Baca juga: Sandiaga Uno: Kunjungan ke desa wisata meningkat 30 persen
Seiring perjalanan waktu, perlahan korban dari virus COVID-19 semakin berkurang. Pembatasan kegiatan masyarakat mulai dikendorkan, dan pergerakan orang yang berwisata berangsur-angsur berkecambah.
Per Senin (27/12), total kasus terkonfirmasi COVID-19 varian Omicron di Indonesia telah mencapai 46 kasus. Kekhawatiran baru muncul terkait gelombang ketiga pandemi yang mungkin melanda.
Pemerintah kembali memperketat aturan karantina bagi siapa saja yang datang dari luar negeri. Meski begitu, Menparekraf Sandiaga tetap mengandalkan wisatawan Nusantara (wisnus) dengan target 260-280 juta pergerakan dan nilai tambah ekonomi kreatif mencapai Rp1.236 triliun pada tahun 2022.
Berbeda dengan penetapan target kunjungan turis asing, berkisar 1,8-3,6 juta atau lebih rendah dibanding tahun 2020 yang berada di angka 4,05 juta orang. Alasannya antara lain karena masih merebaknya berbagai varian baru COVID-19 sehingga lahir kebijakan pembatasan pembukaan pintu gerbang internasional.
Tanda-tanda kebangkitan wisnus dapat dikatakan mulai terlihat jika melihat tingginya wisnus yang datang ke Bali menjelang libur Natal dan Tahun Baru dengan sekitar 14 ribu pax kunjungan. “Itu adalah rekor selama pandemi,” ungkapnya.
Baca juga: BPOLBF ajak desa wisata Floratama perkuat promosi di online
Situasi ini dapat dianggap sebagai momentum bagi wisnus menjadi penggerak sektor pariwisata, salah satunya dengan melakukan kunjungan ke berbagai destinasi di desa wisata.
Berhubung ADWI 2021 telah terlaksana, wisnus dapat memanfaatkan buku dalam bentuk e-book atau cetak yang disebut Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kemenparekraf Henky Manurung akan mengabadikan data-data detail mengenai desa wisata.
Buku itu akan dibuat dalam waktu dekat dan mengandung informasi berguna untuk pelaku perjalanan. Henky meyakini, desa wisata akan menjadi tujuan dan atraksi liburan baru di Indonesia.
Kesempatan baik ini bisa dipergunakan sebaik-baiknya oleh wisnus agar mengetahui betapa banyaknya desa wisata yang dapat dijadikan sebagai pariwisata alternatif.
Jika kunjungan wisnus ke desa wisata semakin meningkatmaka akan berkonsekuensi terhadap tingginya promosi destinasi di Indonesia. Dengan itu, tak dipungkiri ke depan para pelancong dari berbagai penjuru dunia akan lebih tertarik berkunjung ke pelbagai desa wisata sehingga berkontribusi dalam menjadikan desa wisata sebagai alternatif ketahanan ekonomi Indonesia yang berdaya kuat.
Hampir setiap minggu terdapat pemberitaan mengenai kunjungan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Sandiaga Uno beserta jajarannya ke berbagai desa wisata.
Beberapa kegiatan yang dilakukan ialah peningkatan kapasitas masyarakat, seperti pemandu wisata lokal, pengelola homestay, pengelola restoran, dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
Hal ini ditujukan agar para pengelola dapat meningkatkan daya saing dan semakin tangguh menghadapi krisis di tengah tantangan ekonomi dan pandemi COVID-19.
Selain itu juga diagendakan program pendampingan ekonomi kreatif di desa wisata dengan sub sektor prioritas, yakni kuliner, fesyen, kriya, musik, serta videografi.
Pada tahun ini, Kemenparekraf meluncurkan program terbaru bernama Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.
Ajang tersebut ditujukan untuk memberikan penghargaan kepada desa-desa wisata yang memiliki prestasi dengan beragam kriteria yang telah ditentukan.
Pada mulanya, pemerintah menargetkan lebih dari 700 desa wisata yang berpartisipasi dalam ADWI 2021 dari 75 ribu desa di Indonesia dengan sekitar 1.200 di antaranya berpotensi menjadi desa wisata. Kemudian, target diturunkan kembali hingga hanya 300 desa wisata.
Baca juga: Cara Desa Tlilir di Temanggung bangun kemandirian melalui pariwisata
Menurut Menparekraf Sandiaga Uno, desa wisata dapat dijadikan sebagai lokomotif kebangkitan sektor pariwisata Indonesia. Karena itu, ajang ADWI 2021 diadakan agar masyarakat semakin mengetahui potensi besar desa wisata.
Selain menarik minat wisatawan, desa wisata membuka lapangan pekerjaan dan peluang usaha baru bagi pelaku ekonomi kreatif.
“Pemerintah pusat all out mengangkat potensi desa wisata di tengah pandemi. Kami meyakini desa wisata ini game changer, dan merupakan suatu peluang yang memastikan kebangkitan Indonesia pascapandemi,” kata Sandiaga.
Selain itu, ajang ini juga sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang menargetkan 244 desa wisata maju, mandiri, dan tersertifikasi desa wisata berkelanjutan pada 2024.
Dalam acara puncak rangkaian kegiatan ADWI 2021, terdapat 1.831 desa yang mendaftar perlombaan tersebut.
Dengan total pendaftar sebanyak itu menandakan ekspektasi rendah yang sebelumnya diperkirakan Kemenparekraf melesat jauh berkali-kali lipat.
Kerja keras ini tak terlepas dari usaha Kemenparekraf yang memberikan beragam pelatihan dan peningkatan sumber daya manusia.
Juga peningkatan kompetensi dari aspek wirausaha seperti Gerakan Bangga Buatan Indonesia, Bantuan Insentif Pemerintah (2021) yang dianggarkan kurang lebih Rp60 miliar kepada para pelaku usaha pariwisata, serta sertifikat CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability).
Baca juga: Mendes: BUMDes dan Desa Wisata ujung tombak pemulihan ekonomi
Tak heran jika Grab Indonesia mencatatkan kunjungan wisatawan ke desa wisata meningkat sebesar 30 persen pada tahun ini di saat sektor pariwisata lainnya mengalami kondisi sebaliknya.
Hal ini disebabkan desa wisata potensial membangkitkan perekonomian Indonesia serta memperluas lapangan pekerjaan.
Berdasarkan catatan Kemenparekraf, terdapat kecenderungan perekonomian desa wisata tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan non desa wisata.
Melalui kegiatan melancong, desa wisata dikatakan mampu memperbaiki kondisi sosial-ekonomi desa.
Secara agregat, aktivitas pariwisata disebut mendorong perekonomian di desa wisata yang pada gilirannya berkontribusi pada perekonomian nasional.
Baca juga: Menteri Desa PDTT resmikan bantuan pengembangan desa wisata di Magetan
Sebagaimana tercatat pada tahun 2019, stimulus dari aktivitas di seluruh desa wisata Indonesia menimbulkan dampak pengganda (multiplier-effect) senilai hampir Rp9 triliun atau setara dengan kontribusi sekitar 0,06 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Dampak pengganda dari pengembangan desa wisata tersebut juga mampu menciptakan 341.586 kesempatan kerja atau menyumbang sekitar 0,26 persen dari total lapangan kerja di Indonesia.
Momentum meningkatkan potensi kunjungan ke desa wisata
Gelombang pandemi COVID-19 yang telah memiliki beragam mutasi menyebabkan terbatasnya pergerakan masyarakat di dalam negeri. Pemerintah mengeluarkan beberapa aturan seperti melarang Warga Negara Indonesia (WNI) datang ke sebagian negara, begitu pula terhadap sebagian Warga Negara Asing (WNA) yang dilarang berkunjung ke Indonesia.
Salah satu sektor yang paling tertekan ialah pariwisata. Sebagian pelaku pariwisata menyampaikan keresahan yang menyebabkan mereka kesulitan memperoleh penghasilan.
Di masa itu, pemerintah melalui Kemenparekraf memberikan beragam stimulus untuk membantu para pelaku pariwisata sesaat.
Baca juga: Sandiaga Uno: Kunjungan ke desa wisata meningkat 30 persen
Seiring perjalanan waktu, perlahan korban dari virus COVID-19 semakin berkurang. Pembatasan kegiatan masyarakat mulai dikendorkan, dan pergerakan orang yang berwisata berangsur-angsur berkecambah.
Per Senin (27/12), total kasus terkonfirmasi COVID-19 varian Omicron di Indonesia telah mencapai 46 kasus. Kekhawatiran baru muncul terkait gelombang ketiga pandemi yang mungkin melanda.
Pemerintah kembali memperketat aturan karantina bagi siapa saja yang datang dari luar negeri. Meski begitu, Menparekraf Sandiaga tetap mengandalkan wisatawan Nusantara (wisnus) dengan target 260-280 juta pergerakan dan nilai tambah ekonomi kreatif mencapai Rp1.236 triliun pada tahun 2022.
Berbeda dengan penetapan target kunjungan turis asing, berkisar 1,8-3,6 juta atau lebih rendah dibanding tahun 2020 yang berada di angka 4,05 juta orang. Alasannya antara lain karena masih merebaknya berbagai varian baru COVID-19 sehingga lahir kebijakan pembatasan pembukaan pintu gerbang internasional.
Tanda-tanda kebangkitan wisnus dapat dikatakan mulai terlihat jika melihat tingginya wisnus yang datang ke Bali menjelang libur Natal dan Tahun Baru dengan sekitar 14 ribu pax kunjungan. “Itu adalah rekor selama pandemi,” ungkapnya.
Baca juga: BPOLBF ajak desa wisata Floratama perkuat promosi di online
Situasi ini dapat dianggap sebagai momentum bagi wisnus menjadi penggerak sektor pariwisata, salah satunya dengan melakukan kunjungan ke berbagai destinasi di desa wisata.
Berhubung ADWI 2021 telah terlaksana, wisnus dapat memanfaatkan buku dalam bentuk e-book atau cetak yang disebut Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kemenparekraf Henky Manurung akan mengabadikan data-data detail mengenai desa wisata.
Buku itu akan dibuat dalam waktu dekat dan mengandung informasi berguna untuk pelaku perjalanan. Henky meyakini, desa wisata akan menjadi tujuan dan atraksi liburan baru di Indonesia.
Kesempatan baik ini bisa dipergunakan sebaik-baiknya oleh wisnus agar mengetahui betapa banyaknya desa wisata yang dapat dijadikan sebagai pariwisata alternatif.
Jika kunjungan wisnus ke desa wisata semakin meningkatmaka akan berkonsekuensi terhadap tingginya promosi destinasi di Indonesia. Dengan itu, tak dipungkiri ke depan para pelancong dari berbagai penjuru dunia akan lebih tertarik berkunjung ke pelbagai desa wisata sehingga berkontribusi dalam menjadikan desa wisata sebagai alternatif ketahanan ekonomi Indonesia yang berdaya kuat.
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021
Tags: