Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 114.183 siswa Kamboja mengikuti ujian kelulusan sekolah menengah atas (SMA) nasional pada Senin (27/12) setelah situasi pandemi COVID-19 terkendali.

Ujian tahunan tersebut merupakan prasyarat bagi siswa kelas 12 untuk melanjutkan studi mereka ke tingkat universitas.

Saat ujian yang berlangsung selama dua hari itu, para peserta mengikuti tes dalam mata pelajaran Bumi dan lingkungan, geografi, sejarah, biologi, bahasa asing, sastra Khmer, matematika, kimia, fisika, dan moral-kewarganegaraan, demikian pernyataan Kementerian Pendidikan Kamboja.

Menteri Pendidikan Kamboja Hang Chuon Naron saat mengunjungi pusat ujian di Sekolah Menengah Atas Preah Sisowath di Phnom Penh,ibu kota Kamboja, mengatakan kepada media bahwa terdapat 204 pusat ujian dengan 4.616 ruangan.

"Semua tenaga pengajar dan peserta ujian wajib mematuhi langkah-langkah kesehatan dan keselamatan secara ketat, termasuk mengenakan masker, mencuci tangan, memeriksa suhu tubuh, dan menjaga jarak fisik, guna mencegah penyebaran COVID-19," kata dia.

Sang menteri mengatakan dua orang siswa yang teruji positif COVID-19 setelah kembali ke negara itu dari Kazakhstan, tempat mereka berpartisipasi dalam Kejuaraan Karate Senior Asia 2021, juga diizinkan untuk mengikuti ujian di pusat perawatan COVID-19 di ibu kota negara itu.
Para siswa mengikuti ujian kelulusan sekolah menengah atas (SMA) di Phnom Penh, Kamboja, pada 27 Desember 2021. (Xinhua/Sovannara


Pada 2020 pemerintah meluluskan seluruh siswa kelas 12 secara otomatis tanpa harus mengikuti ujian akibat pandemi.

Naron mengatakan ujian kelulusan kembali digelar pada 2021 setelah negara kerajaan tersebut mencapai tingkat vaksinasi COVID-19 yang tinggi dan penurunan signifikan dalam kasus baru COVID-19 selama beberapa bulan terakhir.

Kamboja sejauh ini telah menyuntikkan setidaknya satu dosis vaksin COVID-19 kepada 14,24 juta orang, atau 89 persen dari 16 juta penduduknya, demikian data Kementerian Kesehatan Kamboja.

Dari jumlah itu, 13,62 juta orang, atau 85,1 persen, telah vaksinasi lengkap dengan dua suntikan wajib, dan 3,39 juta atau 21,2 persen telah mendapatkan suntikan penguat atau booster.

Sebagian besar vaksin yang digunakan dalam kampanye inokulasi di negara itu yakni Sinovac dan Sinopharm asal China.