Jakarta (ANTARA News) - ‎​Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhammad Hanif Dhakiri mengatakan Pancasila tidak hadir lewat wacana atau retorika politik.

"Ia akan hadir lewat keteladanan para pemimpin, baik pemimpin formal maupun informal," demikian dikatakan Hanif di Gedung DPR RI menanggapi pidato kebangsaan tiga presiden Indonesia dalam acara Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni yang digelar oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) di Gedung DPR RI, Rabu.

Menurut Hanif, revitalisasi dan reaktualisasi Pancasila yang dipidatokan oleh Presiden SBY dan para mantan presiden itu memang sangat diperlukan.

Hal ini, katanya, karena Pancasila pada masa yang lalu dipenjarakan dalam tafsir kekuasaan dan menjadi instrumen kekuasaan yang tidak demokratis. Sehingga ketika reformasi 1998 berlangsung, Pancasila juga menjadi korban seiring jatuhnya rezim Orde Baru.

"Pancasila pasca reformasi lalu didekonstruksi habis-habisan karena dianggap bagian dari kekuasaan yang ditumbangkan. Sadar tidak sadar itu adalah kesalahan kolektif kita sebagai bangsa," jelasnya.

Padahal, menurut Hanif, kita memerlukan Pancasila sebagai ideologi pemersatu yang mengatasi pluralitas ideologi politik dan sekat-sekat agama, suku, maupun etnis.

"Indonesia tidak akan pernah menjadi Indonesia sebenarnya tanpa Pancasila," imbuhnya.

Dalam pandangan Hanif, revitalisasi dan reaktualisasi Pancasila harus lebih bertolak dari uswatun hasanah (teladan yang baik), bukan dari mau'idhoh hasanah (nasehat yang baik). Jika titik tolaknya dari keteladanan yang baik, maka hasilnya akan lebih efektif karena orang cenderung melihat apa yang dilakukan dan bukan apa yang dikatakan.

‎​"Dan kunci dari keteladanan yang baik itu harus muncul dari para pemimpin di semua lapisan masyarakat. Rakyat itu belajar dari contoh. Maka berikan mereka contoh perilaku yang pancasilais, pasti rakyat akan mengikutinya," kata Hanif. (zul)

(ANTARA)