Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pertahanan (Kemhan) menyebutkan, TNI Angkatan Udara masih kekurangan radar untuk memonitor pesawat-pesawat yang masuk ke wilayah Indonesia.

"Saat ini jumlah radar yang telah dimiliki baru mencapai 21 unit, sementara idealnya untuk menjaga wilayah Indonesia kita butuh 42 unit," kata Dirjen Perencanaan Pertahanan (Renhan) Kemhan, Marsda TNI Bonggas S Silaen, saat jumpa pers di Kemhan, Jakarta, Rabu.

Menurut Bonggas, untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan sudah cukup memadai, sementara untuk wilayah selatan seperti Sulawesi hingga Papua masih kurang untuk ketersediaan radar.

Saat ini, lanjut dia, Kemhan terus menyiapkan pengadaan radar untuk melakukan pemantauan wilayah-wilayah Indonesia yang sangat luas ini.

"Pada tahun ini, Kemhan akan menyediakan sekitar empat unit radar untuk ditempatkan di empat lokasi, antara lain, Jayapura, Manokwari, dan Tual (Maluku Tenggara)," paparnya.

Bonggas memaparkan untuk menyediakan satu unit radar dibutuhkan biaya yang cukup besar, yakni sekitar 30 juta dolar Amerika, setara dengan Rp255 miliar.

"Untuk empat unit radar ini, disiapkan dana sekitar 114 juta dolar Amerika. Jadi, harga satu unit radar sekitar 30 juta dollar Amerika," tuturnya.

Ia menambahkan untuk mengatasi kekurangan radar dalam melakukan pengawasan udara, maka TNI AU bekerjasama dengan penerbangan sipil.

"Jatuhnya sebuah pesawat yang ditemukan beberapa waktu lalu merupakan hasil kerja sama dengan penerbangan sipil," ucap Bonggas S Silaen.

(ANTARA)