Satgas: Kemampuan penelusuran terus ditingkatkan untuk cegah Omicron
28 Desember 2021 18:44 WIB
Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas COVID-19 Sonny Harry B. Harmadi dalam Dialog Produktif Selasa Utama bertajuk “Mulai Tahun Baru Dengan Kebiasaan Baru” yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (28/12/2021). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas COVID-19 Sonny Harry B. Harmadi menyatakan kemampuan penelusuran (tracing) yang saat ini sedang dijalankan pemerintah akan terus ditingkatkan untuk mencegah terjadinya transmisi varian Omicron lebih meluas dalam masyarakat.
“Salah satu tugas kita sekarang adalah bagaimana kapasitas respon kita yang memadai. Khususnya untuk kontak erat atau tracing kasus konfirmasi,” kata Sonny di Dialog Produktif Selasa Utama bertajuk “Mulai Tahun Baru Dengan Kebiasaan Baru” yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Menanggapi situasi pandemi COVID-19 menjelang akhir tahun di Indonesia, Sonny menjelaskan bahwa hingga saat ini kemampuan tracing yang dimiliki oleh negara, masih belum dapat memenuhi jumlah yang ditentukan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Hal itu disebabkan karena kemampuan tracing yang dimiliki Indonesia saat ini masih mencapai angka satu banding 13 orang. Sedangkan standar yang sudah ditentukan oleh WHO tracing di suatu negara harus mencapai pada angka satu banding 30 orang.
Baca juga: COVID-19 Australia capai puncak saat Omicron ganggu politik
Baca juga: Riset Afsel: Omicron bisa picu kekebalan terhadap Delta
Menurut Sonny, kemampuan tersebut memang harus ditingkatkan untuk melindungi masyarakat dari COVID-19, khususnya bila mengingat telah ditemukan transmisi lokal dari varian Omicron sebelumnya.
“Kalau kita melihat pada banyak negara yang sudah mengalami kasus transmisi lokal Omicron, angka kenaikan kasusnya cenderung cukup cepat. Oleh karenanya kita semua harus hati-hati,” tegas Sonny.
Walaupun tracing masih dapat dikatakan rendah, Sonny membeberkan bila situasi pandemi masih terpantau cukup aman dan stabil, karena Bed Occupancy Ratio (BOR) di rumah sakit sudah di bawah dua persen karena jumlah kasus COVID-19 masih terkendali dan tidak ada lonjakan kasus sampai hari ini.
Dalam indikator vaksinasi, kata dia, jumlah warga yang belum divaksinasi sama sekali juga tersisa kurang dari 1,2 persen, memperlihatkan bahwa cakupan vaksinasi yang digencarkan semakin meluas dan menyentuh sasaran.
“Kita bersyukur bahwa tingkat vaksinasi sudah sangat baik. Lebih dari 268 juta orang Indonesia sudah divaksinasi. Artinya, ada sekitar 53 persen penduduk Indonesia sudah di vaksin lengkap dan 75 persen lebih sudah di vaksin dosis pertama,” kata dia.
Namun, protokol kesehatan sempat menurun pada bulan November, pekan pertama dan pekan kedua bulan Desember. Padahal, sebagian besar masyarakat sudah mengetahui bahwa Omicron cenderung lebih cepat menular.
Oleh sebab itu, Sonny mengimbau seluruh pihak untuk membuat pandemi segera berakhir dan mencegah transmisi Omicron lebih meluas lagi pada tahun 2022, diharapkan semua pihak mau bekerja sama untuk waspada dan disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan.
“Butuh kerja sama seluruh pihak di masyarakat. Harapannya di tahun 2022, betul-betul menjadi akhir dari pandemi, sehingga kita bisa kembali hidup normal setelahnya. Tetapi syaratnya dengan patuhi protokol kesehatan sebaik-baiknya dan juga mengikuti program vaksinasi,” ucap Sonny.*
#ingatpesanibu
#sudahdivaksintetap3m
#vaksinmelindungikitasemua
Baca juga: Epidemiolog UI optimistis Indonesia masuk fase endemi pada 2022
Baca juga: Kemenkes dorong isolasi pasien tertular Omicron di fasilitas terpusat
“Salah satu tugas kita sekarang adalah bagaimana kapasitas respon kita yang memadai. Khususnya untuk kontak erat atau tracing kasus konfirmasi,” kata Sonny di Dialog Produktif Selasa Utama bertajuk “Mulai Tahun Baru Dengan Kebiasaan Baru” yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Menanggapi situasi pandemi COVID-19 menjelang akhir tahun di Indonesia, Sonny menjelaskan bahwa hingga saat ini kemampuan tracing yang dimiliki oleh negara, masih belum dapat memenuhi jumlah yang ditentukan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Hal itu disebabkan karena kemampuan tracing yang dimiliki Indonesia saat ini masih mencapai angka satu banding 13 orang. Sedangkan standar yang sudah ditentukan oleh WHO tracing di suatu negara harus mencapai pada angka satu banding 30 orang.
Baca juga: COVID-19 Australia capai puncak saat Omicron ganggu politik
Baca juga: Riset Afsel: Omicron bisa picu kekebalan terhadap Delta
Menurut Sonny, kemampuan tersebut memang harus ditingkatkan untuk melindungi masyarakat dari COVID-19, khususnya bila mengingat telah ditemukan transmisi lokal dari varian Omicron sebelumnya.
“Kalau kita melihat pada banyak negara yang sudah mengalami kasus transmisi lokal Omicron, angka kenaikan kasusnya cenderung cukup cepat. Oleh karenanya kita semua harus hati-hati,” tegas Sonny.
Walaupun tracing masih dapat dikatakan rendah, Sonny membeberkan bila situasi pandemi masih terpantau cukup aman dan stabil, karena Bed Occupancy Ratio (BOR) di rumah sakit sudah di bawah dua persen karena jumlah kasus COVID-19 masih terkendali dan tidak ada lonjakan kasus sampai hari ini.
Dalam indikator vaksinasi, kata dia, jumlah warga yang belum divaksinasi sama sekali juga tersisa kurang dari 1,2 persen, memperlihatkan bahwa cakupan vaksinasi yang digencarkan semakin meluas dan menyentuh sasaran.
“Kita bersyukur bahwa tingkat vaksinasi sudah sangat baik. Lebih dari 268 juta orang Indonesia sudah divaksinasi. Artinya, ada sekitar 53 persen penduduk Indonesia sudah di vaksin lengkap dan 75 persen lebih sudah di vaksin dosis pertama,” kata dia.
Namun, protokol kesehatan sempat menurun pada bulan November, pekan pertama dan pekan kedua bulan Desember. Padahal, sebagian besar masyarakat sudah mengetahui bahwa Omicron cenderung lebih cepat menular.
Oleh sebab itu, Sonny mengimbau seluruh pihak untuk membuat pandemi segera berakhir dan mencegah transmisi Omicron lebih meluas lagi pada tahun 2022, diharapkan semua pihak mau bekerja sama untuk waspada dan disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan.
“Butuh kerja sama seluruh pihak di masyarakat. Harapannya di tahun 2022, betul-betul menjadi akhir dari pandemi, sehingga kita bisa kembali hidup normal setelahnya. Tetapi syaratnya dengan patuhi protokol kesehatan sebaik-baiknya dan juga mengikuti program vaksinasi,” ucap Sonny.*
#ingatpesanibu
#sudahdivaksintetap3m
#vaksinmelindungikitasemua
Baca juga: Epidemiolog UI optimistis Indonesia masuk fase endemi pada 2022
Baca juga: Kemenkes dorong isolasi pasien tertular Omicron di fasilitas terpusat
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: