Satgas: 2021 jadi modal bangsa hadapi pandemi yang lebih dinamis
28 Desember 2021 18:16 WIB
Juru Bicara Satgas COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito saat menyampaikan refleksi 2021 melalui konferensi pers secara virtual yang diikuti dari YouTube BNPB, Selasa (28/12/2021). (ANTARA/Andi Firdaus).
Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengemukakan pandemi COVID-19 dalam sepanjang 2021 telah memberi modal bagi bangsa untuk melawan tantangan yang lebih dinamis.
"Pandemi COVID-19 sepanjang 2021 memberi modal penting bagi kita untuk terus bertahan melawan tantangan pandemi yang dinamis, termasuk varian Omicron yang saat ini kita hadapi," kata Wiku Adisasmito saat menyampaikan refleksi 2021 melalui konferensi pers secara virtual yang diikuti dari YouTube BNPB, Selasa sore.
Apabila dilihat dari laju kasus positif di tahun ini, kata Wiku, Indonesia telah mengalami dua kali lonjakan kasus. Lonjakan pertama bermula sejak akhir 2020 yang terus meningkat dan mencapai puncaknya pada 25 Januari 2021.
Lonjakan kasus pertama berhasil diturunkan selama 15 pekan berturut hingga 70,5 persen yang dibarengi dengan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro dan posko pada tiap desa atau kelurahan.
Baca juga: Satgas: Indonesia berhasil pertahankan kasus turun meski ada Omicron
Baca juga: Wiku: Kedatangan pelaku perjalanan luar negeri naik dua bulan terakhir
Lonjakan kedua puncaknya terjadi pada Juli. Lonjakan ini disebabkan oleh adanya varian Delta yang diberi peluang untuk menular di tengah masyarakat melalui tingginya mobilitas selama periode Idul Fitri, kata Wiku.
"Kebijakan peniadaan mudik, ternyata tidak cukup dalam menurunkan mobilitas penduduk di masa ini. Alhasil kasus melonjak signifikan mencapai puncaknya sebesar 1.200 persen dari titik terendah pada bulan Mei hanya dalam waktu 9 pekan saja," katanya.
Wiku mengatakan lonjakan kedua berhasil diturunkan selama 23 pekan berturut sejak puncak kedua berkat kerja sama seluruh pihak. Terlebih lagi kasus telah berhasil diturunkan hingga hampir 100 persen yaitu 99,6 persen jauh lebih rendah dibanding penambahan kasus positif pada Januari.
"Artinya jika kita bisa mencapai 100 persen penurunan dari puncak tertinggi tersebut atau 0,4 persen lagi, maka tidak ada lagi penambahan kasus positif dan kita dapat bebas dari COVID-19," katanya.
Selaras dengan kasus positif, menurut Wiku, perkembangan baik juga teramati dari segi persentase kasus aktif, persentase kesembuhan dan jumlah kematian.
Persentase kasus aktif yang sempat mencapai puncaknya pada lonjakan kedua sebesar 18,84 persen, saat ini hanya berada pada angka 0,11 persen. Sementara persentase kesembuhan yang pernah berada pada angka terendah 79,28 persen telah berhasil ditingkatkan kembali pada saat ini sebesar 96,51 persen.
Demikian juga dengan kasus kematian. Sejak awal pandemi hingga saat ini sudah terdapat 144.063 orang yang meninggal akibat COVID-19. Pada 2021, kematian harian sempat mencapai titik tertinggi pada lonjakan kasus kedua yaitu merenggut 2.048 nyawa dalam satu hari.
"Saat ini per tanggal 27 Desember, jumlah orang yang meninggal harian turun drastis menjadi delapan orang dalam sehari dan bahkan pernah mencapai angka terendah yaitu satu kematian dalam sehari pada 28 November," katanya.
Wiku menambahkan dari positivity rate atau angka yang menunjukkan banyaknya orang yang terdeteksi positif dari keseluruhan orang yang dites, Indonesia juga dalam kondisi yang cukup baik.
"Setelah sebelumnya pada puncak kedua angka positivity rate dapat mencapai 33,25 persen, saat ini telah mencapai angka 0,07 persen," katanya.*
#ingatpesanibu
#sudahdivaksintetap3m
#vaksinmelindungikitasemua
Baca juga: Satgas COVID-19 sebut kasus Omicron pertama jadi alarm kewaspadaan
Baca juga: Satgas keluarkan SE untuk perkuat Inmendagri Nomor 62/2021
"Pandemi COVID-19 sepanjang 2021 memberi modal penting bagi kita untuk terus bertahan melawan tantangan pandemi yang dinamis, termasuk varian Omicron yang saat ini kita hadapi," kata Wiku Adisasmito saat menyampaikan refleksi 2021 melalui konferensi pers secara virtual yang diikuti dari YouTube BNPB, Selasa sore.
Apabila dilihat dari laju kasus positif di tahun ini, kata Wiku, Indonesia telah mengalami dua kali lonjakan kasus. Lonjakan pertama bermula sejak akhir 2020 yang terus meningkat dan mencapai puncaknya pada 25 Januari 2021.
Lonjakan kasus pertama berhasil diturunkan selama 15 pekan berturut hingga 70,5 persen yang dibarengi dengan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro dan posko pada tiap desa atau kelurahan.
Baca juga: Satgas: Indonesia berhasil pertahankan kasus turun meski ada Omicron
Baca juga: Wiku: Kedatangan pelaku perjalanan luar negeri naik dua bulan terakhir
Lonjakan kedua puncaknya terjadi pada Juli. Lonjakan ini disebabkan oleh adanya varian Delta yang diberi peluang untuk menular di tengah masyarakat melalui tingginya mobilitas selama periode Idul Fitri, kata Wiku.
"Kebijakan peniadaan mudik, ternyata tidak cukup dalam menurunkan mobilitas penduduk di masa ini. Alhasil kasus melonjak signifikan mencapai puncaknya sebesar 1.200 persen dari titik terendah pada bulan Mei hanya dalam waktu 9 pekan saja," katanya.
Wiku mengatakan lonjakan kedua berhasil diturunkan selama 23 pekan berturut sejak puncak kedua berkat kerja sama seluruh pihak. Terlebih lagi kasus telah berhasil diturunkan hingga hampir 100 persen yaitu 99,6 persen jauh lebih rendah dibanding penambahan kasus positif pada Januari.
"Artinya jika kita bisa mencapai 100 persen penurunan dari puncak tertinggi tersebut atau 0,4 persen lagi, maka tidak ada lagi penambahan kasus positif dan kita dapat bebas dari COVID-19," katanya.
Selaras dengan kasus positif, menurut Wiku, perkembangan baik juga teramati dari segi persentase kasus aktif, persentase kesembuhan dan jumlah kematian.
Persentase kasus aktif yang sempat mencapai puncaknya pada lonjakan kedua sebesar 18,84 persen, saat ini hanya berada pada angka 0,11 persen. Sementara persentase kesembuhan yang pernah berada pada angka terendah 79,28 persen telah berhasil ditingkatkan kembali pada saat ini sebesar 96,51 persen.
Demikian juga dengan kasus kematian. Sejak awal pandemi hingga saat ini sudah terdapat 144.063 orang yang meninggal akibat COVID-19. Pada 2021, kematian harian sempat mencapai titik tertinggi pada lonjakan kasus kedua yaitu merenggut 2.048 nyawa dalam satu hari.
"Saat ini per tanggal 27 Desember, jumlah orang yang meninggal harian turun drastis menjadi delapan orang dalam sehari dan bahkan pernah mencapai angka terendah yaitu satu kematian dalam sehari pada 28 November," katanya.
Wiku menambahkan dari positivity rate atau angka yang menunjukkan banyaknya orang yang terdeteksi positif dari keseluruhan orang yang dites, Indonesia juga dalam kondisi yang cukup baik.
"Setelah sebelumnya pada puncak kedua angka positivity rate dapat mencapai 33,25 persen, saat ini telah mencapai angka 0,07 persen," katanya.*
#ingatpesanibu
#sudahdivaksintetap3m
#vaksinmelindungikitasemua
Baca juga: Satgas COVID-19 sebut kasus Omicron pertama jadi alarm kewaspadaan
Baca juga: Satgas keluarkan SE untuk perkuat Inmendagri Nomor 62/2021
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: