Artikel
2021 tahun gemilang untuk olahraga Jawa Barat
27 Desember 2021 16:47 WIB
Pelari estafet Jawa Barat dalam final lari 4x100 meter Estafet Putri PON XX Papua di Stadion Atletik Mimika Sport Centre, Kabupaten Mimika, Papua. ANTARA/HO-Humas PB PON XX PAPUA.
Bandung (ANTARA) - 2021 boleh disebut tahun gemilang bagi olahraga Jawa Barat di tengah pandemi COVID-19 di mana berbagai prestasi ditorehkan atlet-atlet Jawa Barat baik dalam ajang nasional maupun internasional.
Di tingkat nasional, Jawa Barat mengulang sejarah 70 tahun lalu ketika mempertahankan gelar juara umum Pekan Olahraga Nasional (PON).
Dalam penutupan PON Papua 2021 pada 15 November 2021, Jawa Barat menjadi juara umum setelah mengumpulkan 133 medali emas, 105 medali perak dan 118 medali perunggu.
Prestasi sama ditorehkan Jawa Barat pada PON Jawa Barat 2016.
Sebagai tuan rumah PON ke-19 itu, Jawa Barat juga juara umum dengan 217 emas, 154 perak, dan 158 perunggu, atau total 529 medali.
Terakhir kali Jawa Barat mempertahankan gelar juara PON adalah pada 1953 ketika menjuarai PON III di Medan yang mengulang sukses PON II/1951 di Jakarta.
Saat itu pesta olahraga bergengsi nasional itu masih digelar dua tahun sekali dengan jumlah cabang olahraga tak sebanyak sekarang.
Pada PON Kedua, dari 18 cabang olahraga, Jawa Barat memperoleh 21 medali emas, 10 medali perak, dan 11 medali perunggu, atau total 42 medali. Sedangkan dalam PON III meraih 24 emas, 12 perak, dan 14 perunggu atau total 50 medali.
Dalam PON Papua lalu, Jawa Barat mengungguli dua pesaing DKI Jakarta yang finis urutan kedua dengan 110 emas, 91 perak, dan 101 perunggu, serta Jawa Timur yang menempati posisi tiga jumlah emas sama dengan DKI, 89 perak, dan 90 perunggu. Tuan rumah Papua sendiri menduduki posisi keempat dengan 93 emas, 67 perak, 102 perunggu.
Sempat tercecer pada posisi ketiga dari Papua dan DKI Jakarta pada awal, Jawa Barat tancap gas pada pertengahan event untuk menyalip perolehan medali sehingga mantap di puncak klasemen sampai akhir PON Papua.
Dari 2.218 medali yang diperebutkan, atlet-atlet Jawa Barat menggondol 356 medali atau 16 persen dari total medali PON. Dan PON Papua dirasakan lebih kompetitif dibandingkan sebelumnya.
Sepanjang sejarah PON mulai yang pertama di Keresidenan Surakarta pada 1948 hingga PON Papua lalu, Jawa Barat sudah lima kali menjadi juara umum pada PON II Jakarta 1951, PON III Medan 1953, PON V Bandung 1961, PON XIX Bandung 2016, dan PON XX Papua 2021.
Jawa Barat sudah tiga kali menjuarai PON yang tidak diadakan di daerahnya, termasuk PON Papua tahun ini.
Baca juga: (Round up) - Jabar di ambang ulangi sukses jadi juara umum
Bukan jago kandang
Fakta ini membuat Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan Jawa Barat bukan jago kandang.
"Beli tomat ke Ujung Pandang, Jawa Barat bukan jago kandang," kata Ridwan saat mengunjungi Papua untuk menyemangati atlet-atlet Jawa Barat pertengahan November lalu.
Dia bahagia menjadi bagian sejarah Papua karena baru pertama kali PON digelar di provinsi ini. Ridwa menilai sukses Jawa Barat dalam PON Papua menjadi sejarah bangsa mengingat pertama kalinya PON digelar pada masa pandemi COVID-19.
"Ini peristiwa bersejarah, pertama kali PON diselenggarakan di tanah Papua dan berlangsung di masa COVID-19, khususnya ketika bangsa Indonesia setelah melewati gelombang kedua pandemi,” kata Ridwan.
Dia menilai hasil ini merupakan buah perjuangan dan kerja keras luar biasa para atlet, pelatih, tim, dan keluarga, selain menjadi buah kerja keras, ketekunan, dan kedisiplinan serta kerja sama seluruh pemangku kepentingan olahraga di Jawa Barat.
Prestasi Kontingen Jawa Barat di PON XX Papua 2021 tidak hanya soal perolehan medali namun juga rekor-rekor PON dan Asia yang berhasil dipecahkan atlet-atlet Jawa Barat, termasuk lima pelari daerah ini yang memecahkan tiga rekor sekaligus.
Rekor pertama dicatat oleh Halomoan Edwin Binsar Simanjuntak pada lari gawang 400 meter. Peraih medali perak Sea Games itu mencatat waktu tercepat 51,33 detik dan ini menjadi rekor baru PON yang sebelumnya dipegang pelari Nusa Tenggara Barat Andrian dengan waktu 51.83 detik pada PON 2016.
Halomoan memang bertekad memecahkan rekor PON dan sekaligus meraih medali emas.
"Saya memang secara pribadi sudah menargetkan untuk bisa memecahkan rekor. Minimal rekor PON dan bisa tercapai," kata Halomoan dalam laman KONI Jawa Barat.
Selain Halomoan, pelari Tyas Murtingsih juga memecahkan rekor nasional lari 100 meter putri yang selama 20 tahun dipegang Irene Truitje dengan catatan waktu 11,74 detik. Sedangkan dalam PON Papua, Tyas mencatat waktu 11,67 detik.
Tyas juga turut memecahkan rekor PON pada 4x100 estafet putri yang selama ini dipegang DKI Jakarta dengan waktu 45,93 detik pada PON Kalimantan Timur 2008. Bersama Raden Roselin Fika, Erna Nuryanti, dan Ulfa Silpiana, Tyas menorehkan waktu 45,67 detik.
Atlet-atlet Jawa Barat juga mencetak rekor dalam angkat berat melalui Susi Susanti pada kelas 52 kg dengan melampaui rekor Asia dan Rakornas untuk jenis angkatan deadlif yang sebelumnya dipegang Chou Yu Ji dari Taiwan. Total angkatan Susi untuk jenis angkatan deadlif adalah 197,5 kg.
Lainnya, tim polo air putra Jawa Barat akhirnya menuntaskan dahaga emas 50 tahun setelah dalam final, mengalahkan DKI Jakarta 8-5.
Baca juga: Jawa Barat bidik juara umum Peparnas Papua dengan 130 emas
Prestasi internasional
Pernyataan Ridwan Kamil bahwa Jawa Barat bukan jaga kandang benar adanya, apalagi di tingkat internasional pun Jawa barat membuat rekor pada Olimpiade Tokyo 2020.
Adalah lifter putri Windy Cantika Aisah yang menyumbangkan medali pertama bagi Indonesia dalam Olimpiade Tokyo yang membuat rekor itu.
Turun dalam kelas 49kg, Windy meraih medali perunggu setelah mencatat total angkatan 194kg, dengan snatch 84kg dan clean and jerk 110kg.
Medali emas direbut oleh lifter China Hou Zhihui yang membukukan total angkatan 210kg (snatch 94kg dan clean and jerk 116kg), sedangkan lifter India Chanu Mirabai meraih medali perak.
Dalam usianya yang relatif muda, yakni 19 tahun, Windy sudah berhasil menyumbangkan medali perunggu untuk Indonesia.
Turun sebagai debutan, Windy mengaku tak berharap banyak saat berlaga di Tokyo. PB PABSI juga sejak awal tidak mematok target muluk-muluk kepada Windy.
“Alhamdulillah, senang sekali karena pada umur 19 tahun sudah bisa ikut Olimpiade dan menyumbangkan medali,” kataqr Windy dalam jumpa pers virtual di Jakarta, 24 Juli 2021.
"Ini menjadi kejutan apalagi ini Olimpiade pertama saya. Saya tidak menyangka bisa dapat medali. Dari awal merintis karier sebagai lifter sudah diberi tahu soal ke depannya. Jadi saya mengalir saja," lanjut dia.
Medali emas dan perak juga ditorehkan oleh atlet Jawa Barat pada Paralimpiade Tokyo 2020, masing-masing Hari Susanto dan Dheva Anrimusthi dari cabang olahraga bulutangkis.
Hari Susanto yang asal Majalengka meraih emas ganda campuran bersama pasangannya Leani Ratri Oktila setelah mengalahkan ganda campuran Prancis dalam final. Sementara Dheva Anrimusthi yang berasal dari Kuningan meraih medali perak nomor tunggal putra.
Menurut Ridwan Kamil, pencapaian ini juga salah satu wujud dari Jawa Barat Juara lahir batin.
Terlebih pada Olimpiade Tokyo 2020, atlet Jawa Barat menyumbangkan beberapa medali dari cabang bulutangkis lewat Anthony Sinisuka Ginting dan Windy Cantika Aisah itu.
"Sehingga Jawa Barat juara lahir batin itu terasa karena pada Olimpiade kita (Jawa Barat) kemarin juga mendapatkan perak dan perunggu. Sekarang juga satu emas dan satu perak. Artinya Jawa Barat menyumbang satu keluarbiasaannya," kata Ridwan Kamil.
Baca juga: Windy Cantika sumbang medali pertama Indonesia di Olimpiade Tokyo
Di tingkat nasional, Jawa Barat mengulang sejarah 70 tahun lalu ketika mempertahankan gelar juara umum Pekan Olahraga Nasional (PON).
Dalam penutupan PON Papua 2021 pada 15 November 2021, Jawa Barat menjadi juara umum setelah mengumpulkan 133 medali emas, 105 medali perak dan 118 medali perunggu.
Prestasi sama ditorehkan Jawa Barat pada PON Jawa Barat 2016.
Sebagai tuan rumah PON ke-19 itu, Jawa Barat juga juara umum dengan 217 emas, 154 perak, dan 158 perunggu, atau total 529 medali.
Terakhir kali Jawa Barat mempertahankan gelar juara PON adalah pada 1953 ketika menjuarai PON III di Medan yang mengulang sukses PON II/1951 di Jakarta.
Saat itu pesta olahraga bergengsi nasional itu masih digelar dua tahun sekali dengan jumlah cabang olahraga tak sebanyak sekarang.
Pada PON Kedua, dari 18 cabang olahraga, Jawa Barat memperoleh 21 medali emas, 10 medali perak, dan 11 medali perunggu, atau total 42 medali. Sedangkan dalam PON III meraih 24 emas, 12 perak, dan 14 perunggu atau total 50 medali.
Dalam PON Papua lalu, Jawa Barat mengungguli dua pesaing DKI Jakarta yang finis urutan kedua dengan 110 emas, 91 perak, dan 101 perunggu, serta Jawa Timur yang menempati posisi tiga jumlah emas sama dengan DKI, 89 perak, dan 90 perunggu. Tuan rumah Papua sendiri menduduki posisi keempat dengan 93 emas, 67 perak, 102 perunggu.
Sempat tercecer pada posisi ketiga dari Papua dan DKI Jakarta pada awal, Jawa Barat tancap gas pada pertengahan event untuk menyalip perolehan medali sehingga mantap di puncak klasemen sampai akhir PON Papua.
Dari 2.218 medali yang diperebutkan, atlet-atlet Jawa Barat menggondol 356 medali atau 16 persen dari total medali PON. Dan PON Papua dirasakan lebih kompetitif dibandingkan sebelumnya.
Sepanjang sejarah PON mulai yang pertama di Keresidenan Surakarta pada 1948 hingga PON Papua lalu, Jawa Barat sudah lima kali menjadi juara umum pada PON II Jakarta 1951, PON III Medan 1953, PON V Bandung 1961, PON XIX Bandung 2016, dan PON XX Papua 2021.
Jawa Barat sudah tiga kali menjuarai PON yang tidak diadakan di daerahnya, termasuk PON Papua tahun ini.
Baca juga: (Round up) - Jabar di ambang ulangi sukses jadi juara umum
Bukan jago kandang
Fakta ini membuat Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan Jawa Barat bukan jago kandang.
"Beli tomat ke Ujung Pandang, Jawa Barat bukan jago kandang," kata Ridwan saat mengunjungi Papua untuk menyemangati atlet-atlet Jawa Barat pertengahan November lalu.
Dia bahagia menjadi bagian sejarah Papua karena baru pertama kali PON digelar di provinsi ini. Ridwa menilai sukses Jawa Barat dalam PON Papua menjadi sejarah bangsa mengingat pertama kalinya PON digelar pada masa pandemi COVID-19.
"Ini peristiwa bersejarah, pertama kali PON diselenggarakan di tanah Papua dan berlangsung di masa COVID-19, khususnya ketika bangsa Indonesia setelah melewati gelombang kedua pandemi,” kata Ridwan.
Dia menilai hasil ini merupakan buah perjuangan dan kerja keras luar biasa para atlet, pelatih, tim, dan keluarga, selain menjadi buah kerja keras, ketekunan, dan kedisiplinan serta kerja sama seluruh pemangku kepentingan olahraga di Jawa Barat.
Prestasi Kontingen Jawa Barat di PON XX Papua 2021 tidak hanya soal perolehan medali namun juga rekor-rekor PON dan Asia yang berhasil dipecahkan atlet-atlet Jawa Barat, termasuk lima pelari daerah ini yang memecahkan tiga rekor sekaligus.
Rekor pertama dicatat oleh Halomoan Edwin Binsar Simanjuntak pada lari gawang 400 meter. Peraih medali perak Sea Games itu mencatat waktu tercepat 51,33 detik dan ini menjadi rekor baru PON yang sebelumnya dipegang pelari Nusa Tenggara Barat Andrian dengan waktu 51.83 detik pada PON 2016.
Halomoan memang bertekad memecahkan rekor PON dan sekaligus meraih medali emas.
"Saya memang secara pribadi sudah menargetkan untuk bisa memecahkan rekor. Minimal rekor PON dan bisa tercapai," kata Halomoan dalam laman KONI Jawa Barat.
Selain Halomoan, pelari Tyas Murtingsih juga memecahkan rekor nasional lari 100 meter putri yang selama 20 tahun dipegang Irene Truitje dengan catatan waktu 11,74 detik. Sedangkan dalam PON Papua, Tyas mencatat waktu 11,67 detik.
Tyas juga turut memecahkan rekor PON pada 4x100 estafet putri yang selama ini dipegang DKI Jakarta dengan waktu 45,93 detik pada PON Kalimantan Timur 2008. Bersama Raden Roselin Fika, Erna Nuryanti, dan Ulfa Silpiana, Tyas menorehkan waktu 45,67 detik.
Atlet-atlet Jawa Barat juga mencetak rekor dalam angkat berat melalui Susi Susanti pada kelas 52 kg dengan melampaui rekor Asia dan Rakornas untuk jenis angkatan deadlif yang sebelumnya dipegang Chou Yu Ji dari Taiwan. Total angkatan Susi untuk jenis angkatan deadlif adalah 197,5 kg.
Lainnya, tim polo air putra Jawa Barat akhirnya menuntaskan dahaga emas 50 tahun setelah dalam final, mengalahkan DKI Jakarta 8-5.
Baca juga: Jawa Barat bidik juara umum Peparnas Papua dengan 130 emas
Prestasi internasional
Pernyataan Ridwan Kamil bahwa Jawa Barat bukan jaga kandang benar adanya, apalagi di tingkat internasional pun Jawa barat membuat rekor pada Olimpiade Tokyo 2020.
Adalah lifter putri Windy Cantika Aisah yang menyumbangkan medali pertama bagi Indonesia dalam Olimpiade Tokyo yang membuat rekor itu.
Turun dalam kelas 49kg, Windy meraih medali perunggu setelah mencatat total angkatan 194kg, dengan snatch 84kg dan clean and jerk 110kg.
Medali emas direbut oleh lifter China Hou Zhihui yang membukukan total angkatan 210kg (snatch 94kg dan clean and jerk 116kg), sedangkan lifter India Chanu Mirabai meraih medali perak.
Dalam usianya yang relatif muda, yakni 19 tahun, Windy sudah berhasil menyumbangkan medali perunggu untuk Indonesia.
Turun sebagai debutan, Windy mengaku tak berharap banyak saat berlaga di Tokyo. PB PABSI juga sejak awal tidak mematok target muluk-muluk kepada Windy.
“Alhamdulillah, senang sekali karena pada umur 19 tahun sudah bisa ikut Olimpiade dan menyumbangkan medali,” kataqr Windy dalam jumpa pers virtual di Jakarta, 24 Juli 2021.
"Ini menjadi kejutan apalagi ini Olimpiade pertama saya. Saya tidak menyangka bisa dapat medali. Dari awal merintis karier sebagai lifter sudah diberi tahu soal ke depannya. Jadi saya mengalir saja," lanjut dia.
Medali emas dan perak juga ditorehkan oleh atlet Jawa Barat pada Paralimpiade Tokyo 2020, masing-masing Hari Susanto dan Dheva Anrimusthi dari cabang olahraga bulutangkis.
Hari Susanto yang asal Majalengka meraih emas ganda campuran bersama pasangannya Leani Ratri Oktila setelah mengalahkan ganda campuran Prancis dalam final. Sementara Dheva Anrimusthi yang berasal dari Kuningan meraih medali perak nomor tunggal putra.
Menurut Ridwan Kamil, pencapaian ini juga salah satu wujud dari Jawa Barat Juara lahir batin.
Terlebih pada Olimpiade Tokyo 2020, atlet Jawa Barat menyumbangkan beberapa medali dari cabang bulutangkis lewat Anthony Sinisuka Ginting dan Windy Cantika Aisah itu.
"Sehingga Jawa Barat juara lahir batin itu terasa karena pada Olimpiade kita (Jawa Barat) kemarin juga mendapatkan perak dan perunggu. Sekarang juga satu emas dan satu perak. Artinya Jawa Barat menyumbang satu keluarbiasaannya," kata Ridwan Kamil.
Baca juga: Windy Cantika sumbang medali pertama Indonesia di Olimpiade Tokyo
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021
Tags: