Doha, Qatar (ANTARA News) - Liga Arab, Sabtu waktu setempat, menyatakan organisasi Pan-Arab itu mendukung upaya untuk meminta pengakuan PBB bagi negara Palestina, sebagaimana diusulkan oleh Qatar dalam satu pertemuan bahwa proses perdamaian Timur Tengah dihentikan sampai Israel siap mengatakan pembicaraan.

Dalam satu pertemuan komite pemantau Arab yang dipimpin oleh Qatar, Liga Arab mengatakan dalam satu pernyataan organisasi tersebut mendukung seruan untuk meminta PBB agar Palestina, dengan perbatasan 1967, menjadi negara penuh di organisasi internasional tersebut.

Pernyataan Liga Arab itu dikeluarkan segera setelah Presiden Palestina Mahmud Abbas menyampaikan kembali tekadnya untuk meminta pengakuan di badan diplomatik dunia tersebut kecuali Israel memulai perundingan mengenai "masalah dasar".

Qatar mengusulkan dalam pertemuan itu bahwa proses perdamaian Timur Tengah tak perlu dilanjutkan sampai Israel "siap", demikian laporan stasiun televisi Al Jazeera, sebagaimana dikutip AFP, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Ahad.

"Kami akan membekukan untuk sementara proses perdamaian sampai ada mitra yang bersedia" dalam perundingan dari pihak Israel, kata Perdana Menteri Qatar Sheikh Hamad bin Jassem ath-Thani saat ia membuka pertemuan komite pemantau Arab tersebut.

Pertemuan itu mengkaji perkembangan paling akhir yang berkaitan dengan masalah Palestina setelah satu usul dari Presiden AS Barack Obama guna menyelesaikan sengketa lama tersebut.

Di dalam pidato kebijakan pada 19 Mei, Obama mengeluarkan seruan jelas bagi Israel dan Palestina untuk menggunakan perbatasan yang ada sebelum Perang Enam Hari 1967 sebagai dasar bagi pembicaraan guna mencapai penyelesaian konflik itu melalui perundingan.

Kondisi semacam itu meliputi Jalur Gaza, Tepi Barat Sungai Jordan dan kebanyakan wilayah Arab yang dicaplok Israel, Jerusalem, dengan beberapa penyesuaian dan pertukaran tanah sehingga Israel dapat mempertahankan sebagian blok permukiman.

Obama juga berharap kemajuan mengenai keamanan perbatasan kemudian akan memungkinkan mereka bergerak maju ke arah penyelesaian tentang "masa depan Jerusalem dan nasib pengungsi Palestina".

Perdana Menteri Qatar tersebut juga mengecam keraguan AS yang membuat Washington meninggalkan upaya untuk membuat Israel menanggapi gagasan itu secara positif bagi perdamaian.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu langsung menolak usul Obama, dan mengatakan negara Yahudi itu "takkan bisa dipertahankan" kalau kembali ke perbatasan yang ada pada 1967, yang takkan mencakup puluhan permukiman Yahudi.

Ia juga menolak pembagian kota suci Jerusalem. Rakyat Palestina mengingini Jerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.

Sheikh Hamad mengatakan pidato Netanyahu membuktikan Israel tak mengingini perdamaian.

Pada Sabtu, Abbas kembali menyampaikan tekadnya untuk pergi ke PBB pada September guna mengupayakan pengakuan bagi negara Palestina.
(*)