Yogyakarta (ANTARA News) - Tokoh pers, sastrawan, dan budayawan Rosihan Anwar (1922-2011) adalah pribadi yang merdeka sehingga pikirannya tidak bisa ditelikung oleh rezim manapun, kata budayawan dari Yogyakarta, Suminto A Sayuti.

Dalam acara bertajuk "Mengenang Rosihan Anwar, Peran dalam Mengembangkan Budaya dan Kebebasan Pers" yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Yogyakarta, Sabtu malam, guru besar Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu menilai, menjadi pribadi yang merdeka dalam situasi dan keadaan apapun menjadikan Rosihan Anwar selalu bisa bertahan hidup.

"Bahkan, koran yang diterbitkannya pernah dilarang oleh dua rezim, namun semua itu tidak menjadikan semangatnya surut, dan dia tetap menyuarakan pikiran-pikirannya secara konsisten," katanya.

Menurut dia, sebagai seorang wartawan, Rosihan Anwar dalam tulisannya selalu sederhana sehingga selalu dapat dipahami oleh para wartawan muda kala itu.

Di kalangan pers, Rosihan dikenal berjuang dalam menegakkan demokrasi karena sejak semula sadar betul bahwa tanpa pers, demokrasi tidak akan dapat ditegakkan.

"Rosihan Anwar sadar tentang peran pers bagi tegaknya demokrasi, apapun bentuknya demokrasi itu," kata Suminto.

Ia mengatakan, dalam perannya di bidang sastra di Indonesia, Rosihan Anwar juga dinilai begitu besar dibandingkan yang lainnya.

Karya sastra yang ditulisnya memang sederhana dan bahkan tidak mengikuti kaidah penulisan sastra, seperti halnya dalam puisi-puisinya.

"Dia menganggap masa bodoh, apakah puisinya disebut karya sastra atau tidak. Dia tidak memasalahkan semua itu," kata Sayuti.

Ia menilai pula, Rosihan Anwar dikenal bicara caplas-ceplos tanpa tedeng aling-aling.

"Karena bicaranya yang seperti itu, dia banyak musuh, namun demikian diapun juga banyak teman," katanya.

Ketua PWI Yogyakarta, Sihono HT, mengatakan bahwa ketokohan dan peran Rosihan Anwar di bidang budaya dan jurnalistik tidak perlu diragukan.

Untuk menghargai kiprahnya sebagai wartawan, sastrawan dan budayawan yang ikut berperan dalam mengembangkan budaya dan kebebasan pers, PWI Yogyakarta menggelar acara ini dengan diisi dialog tentang sosok Rosihan Anwar semasa hidupnya, katanya.

Pada kesempatan itu dibacakan puisi oleh sastawan dan wartawan senior Teguh Ranusastra Asmara dan Khocil Birawa.
(U.H008/N002)