Huawei ikut dorong penguatan ekosistem investasi dan LCS Indonesia
24 Desember 2021 17:29 WIB
Indonesia-Southern China Business Forum 2021 yang mengangkat tema Re-Accessing Indonesia’s Trade and Investment Opportunities through LCS. ANTARA/Huawei Indonesia.
Jakarta (ANTARA) - Hubungan ekonomi bilateral yang dijalin Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok memasuki usianya yang ke-71 pada tahun ini.
Untuk memperkuat hubungan tersebut, local currency settlement (LCS), atau penyelesaian transaksi bilateral dengan mata uang lokal, yang baru saja diberlakukan akan menghadirkan manfaat yang semakin besar bagi pelaku usaha di kedua negara.
Indonesia-Southern China Business Forum 2021 yang digelar pada penghujung tahun ini mengangkat tema Re-Accessing Indonesia’s Trade and Investment Opportunities through LCS.
Forum tersebut diharapkan akan meningkatkan minat para pemilik modal dan pelaku usaha asal Tiongkok untuk berinvestasi di Tanah Air.
Baca juga: Huawei dukung mitra pemasok tangkap peluang emas 5G
Dibuka oleh VP CCPIT Guangdong Fan Xinlin dan Presiden & CEO UOB China Peter Foo Moo-Tan, forum ini menghadirkan pembicara utama Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun dan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti, serta presentasi oleh Deputi Perencanaan Investasi Kementerian Investasi Nurul Ichwan, Direktur Eksekutif Pengembangan Pasar Keuangan Donny Hutabarat, Alternate Country CEO/Head of Global Markets UOB China Mark Yang, Overseas Business General Manager SAIC-GM-Wuling Automobile, dan Chief Financial Officer Huawei Indonesia Han Ding.
Dalam pidato utamanya, Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun menyambut baik kesepakatan LCS yang diimplementasikan pada bulan September ini.
Berkat LCS, bisnis dapat menikmati biaya transaksi yang lebih rendah dan memiliki opsi untuk pembiayaan perdagangan dan investasi langsung dalam mata uang lokal.
Ia pun menyampaikan apresiasinya atas minat perusahaan-perusahaan Tiongkok seperti Huawei yang turut berinvestasi di Indonesia.
Baca juga: Huawei giatkan sinergi bantu Indonesia hadapi tantangan digital
“Sejak Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok menjadi mitra strategis komprehensif pada tanggal 2 Oktober 2013, kedua negara ini telah melahirkan kerja sama - kerja sama hebat di berbagai bidang, termasuk perdagangan, investasi, dan kesehatan. Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, dan diproyeksikan menjadi ekonomi terbesar ke-4 global pada tahun 2050, Indonesia membuka pintu selebar-lebarnya bagi investor mancanegara, tak terkecuali Tiongkok, untuk menjadi bagian dari pertumbuhan yang dahsyat ini," katanya.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan bahwa Tiongkok merupakan negara kedua terbesar diukur dari nilai investasi asing langsung/foreign direct investment (FDI) di Indonesia. Perjanjian LCS dengan Tiongkok pun telah menunjukkan perkembangan yang menjanjikan, dengan rata-rata transaksi bulanan mencapai 15 juta dolar per bulan, dalam 3 bulan terakhir.
Ia mengatakan, “Kami optimis transaksi LCS akan terus meningkat, sejalan dengan peningkatan aktivitas perdagangan dan investasi. Berbagai quick win telah kami siapkan untuk mempromosikan LCS, termasuk bantuan teknis bagi eksportir maupun importir, untuk melakukan transaksi LCS riil dari hulu ke hilir. Sehingga, kemudahan yang ditawarkan LCS akan berdampak positif pada penyerapan FDI di Indonesia.”
Senada, Chief Financial Officer Huawei Indonesia, Han Ding menyatakan dukungan perusahaan terhadap perubahan positif yang digagas pemerintah untuk terus memperbaiki iklim investasi Indonesia.
“Dengan sejarah lebih dari 21 tahun di Indonesia, Huawei menghargai upaya dan tindakan pemerintah Indonesia untuk memenuhi kebutuhan investor multinasional. Kami berharap investasi tidak hanya menciptakan nilai komersial bagi investor, tetapi juga berkontribusi pada pemulihan ekonomi pasca pandemi, membangun ekonomi digital, menggerakkan bangsa menuju visi Indonesia Emas 2045, dan membawa kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia,” pungkasnya.
Baca juga: Huawei dan Mastel adakan forum "Green Data Center Day"
Baca juga: Menko Marves ajak Huawei perkuat kolaborasi "smart future" hingga ET
Baca juga: Kongres FPCI-Huawei soroti potensi & tantangan ekonomi digital ASEAN
Untuk memperkuat hubungan tersebut, local currency settlement (LCS), atau penyelesaian transaksi bilateral dengan mata uang lokal, yang baru saja diberlakukan akan menghadirkan manfaat yang semakin besar bagi pelaku usaha di kedua negara.
Indonesia-Southern China Business Forum 2021 yang digelar pada penghujung tahun ini mengangkat tema Re-Accessing Indonesia’s Trade and Investment Opportunities through LCS.
Forum tersebut diharapkan akan meningkatkan minat para pemilik modal dan pelaku usaha asal Tiongkok untuk berinvestasi di Tanah Air.
Baca juga: Huawei dukung mitra pemasok tangkap peluang emas 5G
Dibuka oleh VP CCPIT Guangdong Fan Xinlin dan Presiden & CEO UOB China Peter Foo Moo-Tan, forum ini menghadirkan pembicara utama Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun dan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti, serta presentasi oleh Deputi Perencanaan Investasi Kementerian Investasi Nurul Ichwan, Direktur Eksekutif Pengembangan Pasar Keuangan Donny Hutabarat, Alternate Country CEO/Head of Global Markets UOB China Mark Yang, Overseas Business General Manager SAIC-GM-Wuling Automobile, dan Chief Financial Officer Huawei Indonesia Han Ding.
Dalam pidato utamanya, Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun menyambut baik kesepakatan LCS yang diimplementasikan pada bulan September ini.
Berkat LCS, bisnis dapat menikmati biaya transaksi yang lebih rendah dan memiliki opsi untuk pembiayaan perdagangan dan investasi langsung dalam mata uang lokal.
Ia pun menyampaikan apresiasinya atas minat perusahaan-perusahaan Tiongkok seperti Huawei yang turut berinvestasi di Indonesia.
Baca juga: Huawei giatkan sinergi bantu Indonesia hadapi tantangan digital
“Sejak Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok menjadi mitra strategis komprehensif pada tanggal 2 Oktober 2013, kedua negara ini telah melahirkan kerja sama - kerja sama hebat di berbagai bidang, termasuk perdagangan, investasi, dan kesehatan. Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, dan diproyeksikan menjadi ekonomi terbesar ke-4 global pada tahun 2050, Indonesia membuka pintu selebar-lebarnya bagi investor mancanegara, tak terkecuali Tiongkok, untuk menjadi bagian dari pertumbuhan yang dahsyat ini," katanya.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan bahwa Tiongkok merupakan negara kedua terbesar diukur dari nilai investasi asing langsung/foreign direct investment (FDI) di Indonesia. Perjanjian LCS dengan Tiongkok pun telah menunjukkan perkembangan yang menjanjikan, dengan rata-rata transaksi bulanan mencapai 15 juta dolar per bulan, dalam 3 bulan terakhir.
Ia mengatakan, “Kami optimis transaksi LCS akan terus meningkat, sejalan dengan peningkatan aktivitas perdagangan dan investasi. Berbagai quick win telah kami siapkan untuk mempromosikan LCS, termasuk bantuan teknis bagi eksportir maupun importir, untuk melakukan transaksi LCS riil dari hulu ke hilir. Sehingga, kemudahan yang ditawarkan LCS akan berdampak positif pada penyerapan FDI di Indonesia.”
Senada, Chief Financial Officer Huawei Indonesia, Han Ding menyatakan dukungan perusahaan terhadap perubahan positif yang digagas pemerintah untuk terus memperbaiki iklim investasi Indonesia.
“Dengan sejarah lebih dari 21 tahun di Indonesia, Huawei menghargai upaya dan tindakan pemerintah Indonesia untuk memenuhi kebutuhan investor multinasional. Kami berharap investasi tidak hanya menciptakan nilai komersial bagi investor, tetapi juga berkontribusi pada pemulihan ekonomi pasca pandemi, membangun ekonomi digital, menggerakkan bangsa menuju visi Indonesia Emas 2045, dan membawa kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia,” pungkasnya.
Baca juga: Huawei dan Mastel adakan forum "Green Data Center Day"
Baca juga: Menko Marves ajak Huawei perkuat kolaborasi "smart future" hingga ET
Baca juga: Kongres FPCI-Huawei soroti potensi & tantangan ekonomi digital ASEAN
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: