Jakarta (ANTARA News) - Nonton gelaran final Liga Champion (LC) 2011 antara Barcelona yang nyeni di lapangan tengah melawan Manchester United yang ngotot berkonsentrasi, ujung-ujungnya menyisakan ujaran mbalelo bagi setiap manusia: seks memang asyik, tetapi Liga Champion lebih asyik.
Adalah pasukan Catalan dan serdadu Setan Merah yang bakal memburu gol demi gol. Gol! Ini yang didamba lantaran keduanya telah dirayu etos tubuh yang diikat dalam olah tubuh yang bakal disajikan kepada pecinta bola seantero di Stadion Wembley, London pada Sabtu (28/5).
Sebagai Homo Ludens atau manusia yang bermain, laga final LC ini menyilakan publik untuk menyaksikan lekuk-lekuk keindahan serangan bertubi-tubi dari pasukan Josep "Pep" Guardiola dan menikmati liku-liku kokohnya pertahanan anak-anak Alex Ferguson. Sementara seks dan ketelanjangan menunjuk kepada sesuatu yang seharusnya tidak dipertontonkan ke hadapan publik.
Seks telah melucuti final LC 2011 karena ada empat ciri dasar sukses sebuah tim, yakni bebas, total, setia, dan berbuah agar dapat menceploskan bola ke gawang lawan.
Intinya, ke-saling-memberian. Tidak ada gol, bila tidak ada kesaling-memberian. Tidak ada pertahanan kokoh, bila kesaling-memberian terabaikan antara pemain belakang. Seks adalah bola. Bola adalah seks.
"Para pemain Manchester United siap menghadapi Barcelona. Konsentrasi adalah kunci kemenangan," kata Fergie yang kali ini anak buahnya dipandang sebagai underdog saja. Dan Pep mengusung warna setia kepada tradisi sepak bola Spanyol. "Dunia akan menyaksikan Barcelona dan kami harus tampil mewakili sepak bola Spanyol," kata Pep.
Baik Fergie maupun Pep sama-sama merasa malu bila anak asuhanya merayakan kekalahan. Rasa malu akan ketelanjangan dalam seks muncul karena ada ungkapan penghargaan terhadap nilai ketelanjangan, kata dosen STF Drijarkara, Dr Deshi Ramadhani. "Malu ah, dilihat orang," begitu kata seorang istri kepada suaminya bila atasan roknya tersingkap tertiup angin.
Kedua pelatih sama-sama tampil sebagai seniman tubuh, karena keduanya mengangkat keagungan tubuh telanjang. Keduanya memberi ruang pembebasan kepada masing-masing pemain agar mau bersikap bebas, total, setia dan membuahkan gol untuk memperoleh kemenangan. Ketelanjangan yang membebaskan dan memerdekan tim.
Kekalahan MU dengan skor 0-2 dari Barca di Stadion Olimpico pada 27 Mei 2009 salah satunya disebabkan oleh peran Cristiano Ronaldo yang disebut-sebut sedang "hot" justru tidak diberi ruang sama sekali. United kalah di semua lini karena mereka tidak bebas, tidak total, tidak setia, hasilnya tidak ada gol.
Pertahanan super kokoh, kecepatan melakukan serangan balik dan ketangguhan fisik dan mental wajib dimiliki siapa saja lawan Barca. Panathinaikos yang menumpuk 9-10 pemainnya di areanya sendiri mampu menahan imbang Barca 1-1 dalam laga kedua di fase grup.
Ketika meladeni Copenhagen dalam matchday 4, Barca ditahan 1-1. Pep mengakui kesabaran dan ketangguhan lawan. "Selama dua setengah tahun menangani Barcelona, saya tidak pernah lawan yang secara fisik lebih kuat seperti Copenhagen. Para pemain amat kelelahan setelah mereka bertanding," kata Pep.
Ketika tahta Benua Biru begitu memesona, Fergie kembali ke akar setiap problem, yakni filsafat. Siapa sangka pelati asal Skotlandia itu menunjuk kepada kenyataan mendasar bahwa manusia menduduki posisi sentral di arena bola. Humanisme ala Fergie.
"Tidak mudah menentukan komposisi pemain karena anda berhadapan dengan sisi kemanusiaan dari sebuah laga," katanya. "Para pemain telah bekerja keras selama menjalani musim kompetisi. Masalahnya, sayalah orang yang memberi petunjuk kepada para pemain. Ini pekerjaan yang tidak mudah. Karena kami terus bertekad memenangi setiap laga," katanya juga sebagaimana dikutip dari laman Skysports.
Ia mengenal betul kondisi lingkungannya sebagai basis dari keinginannya berfilsafat. Ia ingin terus berada "di langit", bukan memenuhi keinginan kacangan dari mereka yang bilang bahwa "filsafat tidak membumi", karena ia piawai meracik strategi yang memuat nilai bebas, total, setia, dan berbuah.
Manajer Liverpool Kenny Dalglish mengatakan, "Saya yakin Fergie telah mengetahui beberapa celah pada pertahanan Barca, tetapi mereka (Barca) adalah tim yang fantastis... Wayne Rooney dan Javier Hernandez boleh jadi modal utama". Sedangkan, Manajer Barcelona periode 1984-1987, Terry Venables menyatakan, "Manchester United telah mendapatkan kembali bentuk terbaik mereka. Namun, jika Barca mendominasi penguasaan bola, maka United tak akan punya kesempatan".
Pep juga tidak ingin mati angin. Ia melontarkan jurus-jurus filosofis seputar "ketelanjangan" seluruh anggota tim agar mau bersedia menjalin ke-saling-memberian. "Dalam sepak bola kita tidak bisa mengukur bobot sukses pemain berdasar jumlah gol yang diceploskan ke gawang lawan, tetapi yang utama dan pertama, bagaimana seluruh tim berkoordinasi menciptakan gol," kata pelatih berusia 40 tahun itu.
Di antara pemain, pijar seks dalam ketelanjangan tubuh yang mengerucut kepada ke-saling-memberian juga diamini oleh pemain veteran Manchester United Paul Scholes dan Ryan Gigg. Keduanya menaruh hormat kepada pemain bintang Barca Andres Iniesta.
Sebelumnya, Iniesta memuji penampilan pemain timnas Inggris Wayne Rooney. "Rooney tampil sebagai salah satu pemain terbaik di dunia. Saya sangat suka menyaksikan dia bermain," kata Iniesta di harian Independent.
Seluruh punggawa United dan Barca siap merayakan laga final LC 2011 sebagai "agon". Dalam bahasa Yunani, kompetisi atau laga adalah agon yang berarti perjuangan menghadapi pergulatan melawan kelelahan, kepengecutan, kegagalan bahkan pengkhianatan.
Dalam laga seks dan laga bola sebagai agon, tubuh menjadi patuh sampai menyerupai mesin. Seks, menuntut laki-laki bersama perempuan saling meraba dan mengusap agar keduanya dapat membangkitkan kenikmatan dengan bermodal ke-saling-memberian.
Laga bola, mewajibkan para pemain terus patuh dan disiplin mewujudkan komando pelatih. Bukankah "coitus" menyerupai gerak mesin, dan bukankah formasi serangan laga bola dan kokohnya pertahanan menyerupai gerak mesin? Bola dan seks sama-sama mengharapkan sisi "survival".
Baik seks maupun laga final LC 2011 mengulangi kredo bahwa semua langsung terlihat sekaligus melihat, atau melihat semua dan dilihat oleh semua.
Pegang United atau Barca? Dan pemenangnya adalah mereka yang bebas, total, setia, dan berbuah. United atau Barca? Tim yang memegang dan menoleh kepada amor (cinta kasih). Kata filsuf dan teolog Agustinus, Pondus Meum Amor Meus (beratku ialah amor-ku).
Seks, ketelanjangan dan laga final LC 2011 akhirnya membongkar persoalan obskenitas - menunjuk kepada segala sesuatu yang tabu dipertontokan - yang justru terletak kepada diri pribadi, pikiran dan manusia yang melihat dan menyaksikannya. Bukan memberi obat abal-abal bagi soal seks dan ketelanjangan.
Saatnya jujur, saatnya setia!
(.A024)
Seks Lucuti Final Liga Champion 2011
27 Mei 2011 15:09 WIB
Pemain Barcelona, Lionel Messi (FOTO.ANTARA/REUTERS/Sergio Perez )
Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011
Tags: