Jakarta (ANTARA) - Wisatawan Indonesia punya kebiasaan yang berbeda di tengah kenormalan baru yang telah menginjak tahun kedua. Berikut ini adalah serba-serbi seputar tujuan liburan yang disukai hingga kebiasaan pelancong domestik sepanjang 2021.

Pariwisata domestik jadi andalan
Berdasarkan data Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata, pemesanan perjalanan wisata dari turis domestik mencapai 40 persen dari kondisi normal, naik hingga dua kali lipat dari kondisi sebelum ada kebijakan pelonggaran. Perjalanan dalam negeri alias domestik adalah andalan dan tren wisata selama 2021.

Selain karena masyarakat kini punya kesempatan lebih untuk mengeksplorasi negeri sendiri, fenomena ini didorong fokus pengembangan kualitas destinasi wisata, termasuk perhelatan internasional seperti World Superbike di Mandalika dan G20 di Bali. Selain itu, desa wisata di sekitar perhelatan juga dikembangkan sehingga wisatawan punya banyak pilihan tempat melancong.

Baca juga: Tiket.com catat bisnis tumbuh 40 persen pada tahun ini

Baca juga: Empat aktivitas favorit gojekers, ide habiskan akhir tahun dengan aman


Destinasi favorit
Dikutip dari data internal platform pemesanan Pegipegi, ada lima destinasi yang menjadi favorit konsumen, yakni Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar dan Bali. Tempat-tempat yang terpencil juga disukai karena pelancong merasa aman mengingat tidak ada kerumunan.

Untuk mereka yang melancong dengan dana terbatas, Bali menjadi salah satu tempat dengan kamar hotel termurah diikuti oleh Solo, Surabaya, Yogyakarta dan Semarang dengan rata-rata harga harian hotel bintang 1 hingga 3 antara Rp170.197 hingga Rp218.627 per malam.

Area Puncak Bogor menjadi destinasi budget hotel tertinggi dibanding ke-5 kota di atas dengan harga sekitar Rp336.000 per malam. Sementara itu, orang-orang yang memilih untuk menghabiskan waktu di kota tempat tinggalnya rata-rata mencari suasana baru dengan cara staycation, liburan di hotel dengan fasilitas lengkap, atau mengunjungi area yang tak jauh dari rumah. Berdasarkan survei Agoda, kian banyak wisatawan yang menganggap hotel jadi tujuan wisata baru selama masa pandemi.

Durasi liburan lebih lama
Selama pandemi, frekuensi orang bepergian menurun, tapi di sisi lain durasi tinggal di suatu tempat menjadi lebih lama, kata Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Nia Niscaya dalam webinar November lalu. Orang-orang bisa melewatkan waktu di suatu tempat hingga lebih dari seminggu.

Keamanan dan fleksibilitas diunggulkan
Harga tiket atau biaya menginap yang murah bukan lagi jadi perhatian utama. Wisatawan kini mengutakan soal keamanan, kenyamanan dan kesehatan. Itulah mengapa berbagai biro perjalanan daring berlomba-lomba membuat fitur untuk memilih akomodasi yang terjamin standard kebersihannya, agar konsumen mudah memilih penginapan yang betul-betul aman, nyaman dan menerapkan protokol kesehatan.

Ini juga ditegaskan oleh Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Nia Niscaya, bahwa harga tiket bukan lagi jadi perhatian utama. Orang-orang lebih nyaman bepergian bila protokol kesehatan betul-betul diterapkan.

Nia mengatakan, wisatawan juga kini lebih memilih bepergian dengan orang yang sudah diketahui riwayat kesehatan, seperti keluarga atau kawan.Kemudahan untuk menjadwalkan ulang jadwal dan pengembalian ulang bila tiket batal dibeli juga menjadi pertimbangan besar mengingat situasi sering berubah-ubah dalam jangka waktu singkat.

Baca juga: Daftar produk khas Singapura cocok untuk jadi buah tangan berwisata

Baca juga: Perhatikan lima hal ini sebelum melancong naik bus

Baca juga: Seni, belanja, makan dan belajar sejarah di Bras Basah Bugis