Jakarta (ANTARA) - Ketua Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan tidak ada satu pencegahan yang secara tunggal mampu meminimalisasi penularan SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Pernyataan itu dikemukakan Wiku Adisasmito menyikapi kasus Omicron di berbagai negara yang saat ini semakin meningkat jumlahnya.

"Di antara berbagai negara yang sudah melaporkan adanya kasus Omicron, Amerika Serikat, Norwegia dan Korea Selatan merupakan tiga negara yang telah melaporkan temuan kasus varian ini ketika kasus positif dan kematiannya mengalami kenaikan yang cukup signifikan," katanya saat menyampaikan keterangan pers perkembangan pandemi COVID-19 di Indonesia yang diikuti dari YouTube BNPB di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Satgas: Pintu masuk laut dan darat mendominasi angka "positivity rate"

Baca juga: Jatim siapkan sejumlah skema antisipasi Varian Omicron


Wiku mengatakan di tiga negara tersebut, cakupan vaksinasi dosis lengkapnya telah mencapai lebih dari 60 persen, tapi nyatanya kasus positif dan kematiannya tetap dapat meningkat.

Pertama adalah Amerika Serikat dengan cakupan dosis lengkap yang telah mencapai 61 persen, tapi tidak dibarengi dengan pengaturan pada kegiatan masyarakat.

"Mobilitas dan perjalanan antarnegara yang terus meningkat, kegiatan berkumpul baik di tempat umum maupun pemukiman selama periode Thanksgiving dan menjelang Natal serta Tahun Baru menyebabkan penularannya meningkat. Ditambah lagi penggunaan masker sudah tidak menjadi kewajiban sejak lama dan pengawasan protokol kesehatan lainnya juga tidak dilakukan dengan ketat," kata Wiku.

Selanjutnya adalah Norwegia sebagai salah satu dari sekian negara di Eropa dengan kasus Omicron yang terus mengalami peningkatan tajam, padahal dosis lengkap di Norwegia telah mencapai 71,45 persen. "Nyatanya kasus positif yang meningkat ini juga dibarengi dengan kematian yang meningkat," katanya.

Menurut Wiku, peristiwa di Norwegia dapat disebabkan penularan Omicron yang semakin meluas di tengah masyarakat akibat masifnya kegiatan pesta menjelang Natal dan Tahun Baru, kegiatan belajar mengajar di sekolah serta penerapan protokol kesehatan terutama penggunaan masker yang lengah.

"Ditambah lagi perjalanan dari dan ke sesama negara Eropa yang tinggi tidak dibarengi dengan peraturan ketat terhadap syarat perjalanan," katanya.

Baca juga: Satgas: Jam kedatangan pesawat sebabkan penumpukan pelaku perjalanan

Hal ini disebabkan letak geografis negara-negara tersebut yang berada dalam satu daratan serta tingginya ketergantungan antarnegara, sehingga lebih sulit untuk menerapkan kebijakan perjalanan seperti testing dan karantina.

Terakhir adalah Korea Selatan yang menjadi salah satu negara Asia dengan vaksinasi dosis lengkap tertinggi yaitu mencapai lebih dari 80 persen populasi. "Tapi hal ini tidak menghentikan varian Omicron untuk masuk dan kasus COVID-19 untuk terus meningkat," ujarnya.

Bahkan tren kematian di Korea Selatan juga mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena persiapan menuju endemik yang tidak dilakukan dengan baik, kata Wiku menambahkan.