Singapura (ANTARA News) - Harga minyak naik di perdagangan Asia Kamis, sejalan dengan penguatan di pasar-pasar saham Amerika Serikat, kata analis, sementara para dealer nampaknya mengabaikan data yang menunjukkan kenaikan dalam cadangan di Amerika Serikat.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet pengiriman Juli naik 36 sen ke posisi 101,68 dolar per barel, sedangkan minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juli naik 30 sen menjadi 115,23 dolar per barel.

"WTI 1,73 dolar lebih tinggi (di New York Rabu malam), berada di posisi 101,32 dolar, di mana selama dua pekan tinggi karena pasar saham juga menguat," kata Shailaja Nair, analis Platts yang berbasis di Singapura seperti dikutip dari AFP.

Bursa-bursa AS mencatat kenaikan tipis Rabu, meski data manufaktur dari Amerika Serikat, ekonomi terbesar dan juga konsumen minyak terbesar dunia itu mengecewakan.

Laporan dari Departemen Energi (DoE) Rabu menunjukkan bahwa cadangan minyak mentah AS secara mengejutkan naik 600.000 barel pada pekan yang berakhir 20 Mei, mengacaukan ekspektasi penurunan dalam cadangan minyak mentah AS oleh para analis.

Minggu lalu, persediaan bensin AS juga terlihat melonjak sekitar 3,8 juta barel, berbeda dengan prediksi adanya penurunan.

Data bensin sedang diawasi dengan ketat menjelang puncak permintaan musim mengemudi di Amerika Serikat mulai minggu depan, ketika banyak orang Amerika mulai bepergian menggunakan mobil untuk liburan musim panas mereka.

Beberapa analis berpikir harga yang lebih tinggi telah memaksa konsumen untuk mengurangi penggunaan bahan bakar.

Analis Natixis, Nic Brown menunjukkan bahwa empat minggu berturut-turut permintaan AS untuk produk minyak lemah -- dengan permintaan turun empat persen dibanding setahun sebelumnya.

"Volatilitas tetap tinggi dan sentimen terus bergeser," kata Michael Fitzpatrick dari Kilduff Report.
(S004/A023)