Paris (ANTARA News/Reuters) - Jet tempur Prancis jatuh di Afghanistan barat pada Selasa akibat kerusakan mesin, tapi kedua pilotnya selamat sesudah melontarkan diri dari pesawat itu, kata juru bicara tentara Prancis.

Mirage itu jatuh sesudah mesin rusak, kata juru bicara tersebut, dengan menambahkan bahwa itu pesawat tentara pertama Prancis jatuh di Afghanistan sejak gerakan dilancarkan pada 2001.

"Kejadian itu bukan akibat tembakan musuh ... tapi mungkin kerusakan mesin," kata Thierry Burkhard.

Sekitar 4.000 tentara Prancis ditempatkan sebagai bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Iternasional (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO di Afghanistan, yang jumlahnya sekitar 150.000 orang.

Sejumlah 57 tentara Prancis tewas di negara terkoyak perang itu sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat padfa 2001.

Angka tertinggi 711 tentara asing tewas di negara itu tercatat pada 2010, menjadikannya tahun paling mematikan bagi mereka sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat menggulingkan pemerintah garis keras Taliban pada ahir 2001.

Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung.

Presiden Prancis Nicolas Sarkozy pada tengah Juli 2010 menjanjikan tentaranya terus berjuang untuk memastikan perdamaian di Afghanistan, tempat sejumlah tentara itu tewas dalam memerangi Taliban.

"Tentara Prancis akan melakukan tugasnya dalam mengabdi perdamaian bersama sekutu dan teman kami, di mana pun kami berada," katanya pada televisi France 2, setelah menemui pasukan pada parade tahunan tentara pada hari libur kebangsaan Prancis.

Jajak pendapat diterbitkan di surat kabar sayap kiri "L`Humanite" pada September 2010 menyatakan kurang dari tiga dari 10 orang Prancis mendukung keterlibatan berkelanjutan Prancis dalam perang Afghanistan.

Sarkozy pada Januari 2011 menjelaskan bahwa negaranya tidak akan mengirimkan pasukan tempur tambahan ke Afghanistan, namun menambah petugas bukan tempur guna melatih pasukan keamanan Afghanistan.

Prancis adalah penyumbang keempat terbesar tentara dari negara Barat dalam membantu pemerintah Afghanistan memerangi perlawanan pimpinan Taliban, setelah Amerika Serikat, Inggris dan Jerman.

Prancis tidak berniat mengirim pasukan tambahan ke Afghanistan pada 2011, tapi akan memindahkan beberapa tentaranya dari wilayah yang akan diserahkan kepada pasukan keamanan Afghanistan, kata Menteri Pertahanan Prancis Alain Juppe pada Februari.

Juppe mengatakan pasukan Prancis, yang ditarik dari daerah sekitar Sarobi, akan ditempatkan di Kapisa, sebagai bagian dari rencana pada tahun ini untuk mulai menyerahkan keamanan ke pasukan Afghanistan bersama dengan penarikan tentara Amerika Serikat, yang sekarang berjumlah 97.000 orang.

"Yang kami katakan untuk Prancis adalah bahwa kami siap memulai peralihan pada 2011," kata Juppe.

"Kami akan menarik diri bila kami merasa Sarobi aman, jika pihak berwenang Afghanistan memutuskan, dan kami akan pindah ke wilayah di dekatnya, tempat masih pekerjaan dalam mengamankan Kapisa," katanya.

Kekerasan meningkat di seluruh Afghanistan pada bulan ini sejak Taliban mengumumkan pemulaian serangan musim semi, yang lama mereka nantikan.

Taliban, yang memerintah sejak 1996, melancarkan perlawanan sesudah digulingkan dari kekuasaan oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001.(*)
(B002/B012)