Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan pemerintah harus memfokuskan pada upaya memperkuat komitmen politik untuk dekarbonisasi dengan merevisi Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) agar selaras dengan tujuan Net Zero Emission (NZE).
Baca juga: IESR: Perlu aksi nyata transisi energi untuk turunkan emisi GRK
IESR dalam laporan Indonesia Energy Transition Outlook 2022 menilai kesiapan ekosistem untuk beralih ke energi terbarukan masih harus ditingkatkan menggunakan kerangka kesiapan transisi energi, yaitu dukungan kebijakan dan regulasi, teknologi dan ekonomi, iklim dan realisasi investasi, serta sosial.
"Memang pada 2021 sudah ada beberapa dokumen kebijakan yang dikeluarkan, seperti LTS dan RUPTL. Namun, kami menilai target-target tersebut masih jauh dari cukup untuk membatasi kenaikan suhu bumi di bawah 1,5 Celcius," kata Peneliti dan Spesialis Bahan Bakar Bersih IESR Julius Christian.
"Selain itu, penting untuk dilakukan perubahan terhadap beberapa regulasi seperti tarif energi terbarukan, serta mekanisme lelang dan pengadaan yang lebih terjadwal dan transparan dari PLN supaya target-target tersebut dapat tercapai," tambahnya.
Baca juga: IESR : Hasil COP26 menarik karena ada penekanan jaga peningkatan suhu
Fokus tahun 2022 dapat ditujukan untuk kebijakan dan regulasi yang meningkatkan transparansi proses lelang energi terbarukan, alokasi risiko yang jelas melalui standarisasi Project-Based Learning (PJBL) dan memperbaiki bankability proyek-proyek energi terbarukan dengan instrumen derisking.
Baca juga: Pemerintah diminta menyiapkan peta jalan transisi energi batu bara
Baca juga: IESR luncurkan kajian peta potensi teknis energi terbarukan