Jakarta (ANTARA News) - Jumlah penderita kanker serviks (mulut rahim) di Indonesia saat ini mencapai 200 ribu orang, kata dr Adrian Setiawan, SpOG, seorang dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi dari RSIA Jakarta.

"Selain itu, diperkirakan sebanyak 52 juta orang dari 115 juta penduduk Indonesia memiliki risiko tinggi untuk terkena kanker rahim," kata dalam Seminar bertema "Cegah Kanker Serviks & Penyakit HPV lainnya" yang diadakan PT Citra Nusa Insan Cemerlang (CNI).

Dalam keterangan tertulis PT CNI di Jakarta, Senin, bahwa dr Adrian mengemukakan, setiap perempuan berisiko terkena kanker serviks tanpa kecuali. Kanker serviks terjadi di mana sel normal di serviks berubah menjadi sel kanker disebabkan oleh Virus Human Papilloma (HPV) yang bersifat onkogenik (penyebab kanker).

Lebih lanjut Adrian mengatakan, kondisi yang ada saat ini cukup memprihatinkan. Di dunia, setiap 2 menit seorang perempuan meninggal akibat kanker serviks.

Di Indonesia diperkirakan setiap harinya terjadi 41 kasus baru kanker serviks dan 20 perempuan meninggal dunia karena penyakit ini. "Kanker serviks merupakan pembunuh perempuan Indonesia nomor 1, maka dari itu cegah sekarang juga sebelum terlambat!", katanya.

Oleh karena itu, lanjutnya, kaum perempuan hendaknya tidak hanya memerhatikan kecantikan dan perawatan wajah saja. Melainkan harus juga memerhatikan perawatan dan kesehatan bagian tubuh lain.

"Hal inilah yang terkadang sering ditinggalkan oleh kaum perempuan, padahal risiko terkena kanker serviks sangat tinggi bila kita tidak merawat kesehatan dengan baik," tambahnya.

Sedangkan seminar parentingnya mengangkat tema "Kecerdasan Otak pada Anak" yang dibawakan oleh dr Irene Winata, Advisor PT CNI.

Dalam presentasinya dr Irene mengemukakan, bahwa otak adalah salah satu organ penting dalam tubuh yang berfungsi sebagai pusat kontrol, berpikir, emosi, kreativitas, intelegensi maupun tingkah laku. Dilihat dari fungsi otak, tidaklah heran jika para orangtua siap melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kecerdasan anaknya.

"Begitu pentingnya organ otak, namun jarang yang menyadari bahwa sebenarnya sel otak mulai dibentuk sejak usia dini Pertumbuhan otak yang sangat pesat justru terjadi pada awal kehidupan. Itu sebabnya mengapa orang tua harus memperhatikan hal-hal yang menunjang kecerdasan, antara lain cukup gizi dalam makanan yang diberikan kepada anak sejak janin atau bayi bila ingin anaknya cerdas," jelas Irene.

Irene menjelaskan, ada tiga hal yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan seseorang yaitu genetik, lingkungan dan gizi. Faktor genetik merupakan potensi dasar dalam perkembangan kecerdasan.
Tetapi faktor genetik bukan yang terpenting, sampai saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan mana di antara ketiga faktor tersebut yang berperan lebih besar.

Kebutuhan otak pada anak meliputi oksigen, nutrisi dan informasi. Oksigen untuk pembentukan energi dalam sel agar otak dapat berfungsi sempurna. Nutrisi untuk bahan baku pembakaran energi, regenerasi sel dan menjaga fungsi sel otak.

Sedangkan, informasi membuat memori otak menjadi optimal, serta kapasitas dan kemampuan berpikirnya lebih baik. Ada 3 fase pertumbuhan otak. Fase 1 yaitu mencukupkan supply oksigen, nutrisi dan informasi. Fase 2 yaitu menjaga kelancaran aliran darah terutama otak. Sedangkan fase 3 yaitu menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.

Irene menambahkan, ada anggapan bahwa faktor sosial dan lingkungan dianggap lebih penting dalam menentukan kecerdasan seorang anak, artinya anak-anak yang kekurangan gizi bisa mengejar perkembangan mentalnya bila hidup dalam sosial dan lingkungan yang baik.

"Tetapi karena teoritis, sebenarnya faktor sosial dan lingkungan berperan kecil bila kekurangan gizi terjadi pada masa cepat tumbuh otak, karena kekurangan yang terjadi pada masa tersebut bersifat irreversible (tidak dapat pulih)," tambahnya.(*)
(R009/K004)