Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan pihaknya membangun skema kolaborasi riset untuk memfasilitasi berbagai spektrum riset yang berkembang seiring dengan perkembangan dan kebutuhan zaman.

"Kita tetap bisa mengolah sumber daya yang ada itu secara efisien tapi pada saat yang sama juga memastikan bahwa kita juga dapat mengakomodasi berbagai perkembangan dan diversifikasi dari riset itu sendiri," kata Handoko dalam acara Webinar Fasilitasi dan Pendanaan Riset dan Inovasi di Jakarta, Selasa.

Pusat kolaborasi riset akan fokus pada tema-tema unggulan spesifik dengan target tertentu baik sains dan industri. Beragam topik riset yang bisa diangkat antara lain stem cell, otonomi daerah, dan kosmetik, sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan riset.

Dengan skema tersebut, BRIN dapat mengakomodasi seluruh spektrum riset dan berbagai diversifikasi bidang riset yang terus terjadi sepanjang masa karena mengikuti perkembangan zaman.

BRIN akan bekerja sama dengan berbagai perguruan tinggi dan industri untuk membentuk pusat-pusat kolaborasi riset untuk topik-topik yang sangat spesifik, dan kemungkinan masa kerja dari pusat kolaborasi riset tersebut bisa sampai 3-7 tahun.

"Ini yang akan kami tawarkan baik itu ke perguruan tinggi atau ke mitra industri," tutur Kepala BRIN.

Pembangunan pusat kolaborasi riset melibatkan berbagai mitra lintas institusi yakni perguruan tinggi, pusat-pusat riset di BRIN, industri dan mitra global.

"Ini adalah untuk memastikan karena sekarang lembaga riset pemerintah itu hanya BRIN, tentu tidak mungkin dan tidak perlu juga BRIN itu harus mengakomodasi seluruh spektrum riset," ujar Handoko.

Baca juga: Kepala BRIN tinjau kesiapan fasilitas riset

Baca juga: BRIN bentuk belasan organisasi riset dan ratusan pusat riset

Baca juga: BRIN cegah replikasi pusat-pusat unggulan riset