Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan menayangkan Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) 2021 secara daring pada 20 Desember hingga 25 Desember 2021 untuk mengisi momentum libur Natal dan Tahun Baru 2022.

“FMTI adalah salah satu program Kemendikbudristek dalam mengembangkan ekosistem musik tradisi dan membangun kecintaan generasi muda akan identitas budayanya,” ujar Direktur Perfilman, Musik dan Media (PMM), Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

FMTI 2021 berkolaborasi dengan musisi tradisi dan pegiat budaya lokal di dua kawasan, yaitu Danau Toba dan NTT.

Baca juga: Nadiem dorong musik tradisi dicintai masyarakat luas

“Tayangan FMTI yang bisa kita saksikan sepanjang minggu ini adalah aktualisasi karya dari komposer musik tradisi dari Danau Toba dan NTT. Bukan hanya kekhasan musik daerahnya saja, tapi kita juga bisa belajar bagaimana masyarakat sekitar daerah itu berinteraksi dengan lingkungannya melalui musik tradisional,” tambah dia.

Mahendra menambahkan FMTI 2021 hanya salah satu dari berbagai tayangan seni budaya dalam kampanye #BahagiadiRumah yang disajikan di kanal Youtube “Budaya Saya” milik Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek. Pihaknya mendukung anjuran pemerintah untuk mengajak masyarakat membatasi kegiatan sebagai supaya bersama menjaga penyebaran COVID-19 yang sudah terkendali.

Pegiat Budaya Batak yang juga menjadi koordinator FMTI 2021 Danau Toba, Ojax Manalu mengatakan FMTI 2021 di Danau Toba yang diberi nama Lake Toba Traditional Music Festival ini memiliki tiga bagian dengan tema besar "Suara Danau”, sebuah reportase tentang musik-musik yang ada di kawasan Danau Toba.

“Ada 12 komposer yang menghasilkan bentuk-bentuk musik tradisional dari musik sakral yang ada di puak-puak kawasan Danau Toba. Yang menarik adalah, ada sebuah ruang interaksi sesama pemusik, sehingga dalam menghadirkan sebuah karya dan ruang interaksi itu kami menyebutnya sebagai 'Suara Danau',” kata Ojax.

Ke-12s komposer Danau Toba, lanjut Ojax, patut diapresiasi, karena menghadirkan sumber musikal dari kawasan Toba dan mengolahnya kembali tanpa menghilangkan esensi idiom tradisi. Selama enam bulan proses kreatif dan produksinya, FMTI Toba telah melibatkan dan memberdayakan musisi-musisi muda di Sumatera Utara untuk menceritakan mengenai keberagaman budaya (culture diversity), keragaman hayati (biodiversity), serta keragaman geologi (geodiversity) kawasan Danau Toba.

Baca juga: Pembelajaran musik tradisi akan dimasukkan dalam program pendidikan

Baca juga: Kemendikbudristek: Festival Musik Tradisi ajang kolaborasi musisi


Ojax mengajak masyarakat, khususnya yang berasal dari Sumatera Utara untuk menyaksikan tayangan FMTI 2021 dari Kemendikbudristek.

“Karena akhir tahun, biasanya kami masyarakat di Kawasan Danau Toba punya rutinitas pulang kampung untuk merayakan Natal dan Tahun Baru. Jadi, kalau tahun ini belum ada kesempatan untuk pulang kampung, kerinduan itu bisa sedikit terobati dengan menonton FMTI Toba,” terang dia.

Sementara itu, koordinator FMTI 2021 di NTT Ivan Nestorman menjelaskan bahwa festival dari NTT terdiri atas dua tema tayangan, yaitu “Perburuan Bunyi” dan "Pesta Bunyi”. “Perburuan bunyi” adalah episode perjalanan bertemu maestro musik di Timor, Sumba, dan Flores. Sementara “Pesta bunyi” merupakan suguhan 10 lagu terbaik NTT hasil lomba cipta lagu tradisi yang dibawakan oleh para vokalis NTT.

“Festival itu dilakukan dalam rangka merevitalisasi musik tradisi NTT sekaligus sebagai upaya untuk mengembangkannya. Inisiatif seni ini datang bersamaan dengan hari ulang tahun NTT dan persiapan banyak umat Kristiani di NTT menyambut hari raya Natal,” jelas Ivan.