KLHK: Indeks kualitas air belum capai target perlu perbaikan sanitasi
21 Desember 2021 13:54 WIB
Tangkapan layar dari Dirjen PPKL KLHK Sigit Reliantoro dalam acara Reflesi Akhir Tahun 2021, Jakata, Selasa (21/12/2021) (ANTARA/Prisca Triferna)
Jakarta (ANTARA) - Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Sigit Reliantoro menyebut indeks kualitas air (IKA) nasional masih belum mencapai target salah satunya karena faktor Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan E.Coli yang mengindikasikan limbah rumah tangga belum terkelola dengan baik.
"Kualitas air ini yang paling berat karena indeksnya masih rendah, belum mencapai target dan salah satu penyebab utamanya adalah BOD dan E. coli," ujar Dirjen PPKL Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit dalam acara Refleksi Akhir Tahun 2021, diikuti virtual dari Jakarta, Selasa.
Itu mencerminkan, tegas Sigit, air limbah dari aktivitas rumah tangga masih belum terkelola dengan baik. Sehingga upaya percepatan perbaikan sanitasi sangat urgen dilakukan untuk menanggulanginya.
BOD adalah jumlah oksigen terlarut dibutuhkan organisme untuk mengoksidasi bahan yang terlarut dalam air limbah, dengan semakin tinggi jumlah oksigen dibutuhkan berarti mengandung banyak polutan zat organik.
Baca juga: KLHK: Generasi muda berperan penting lestarikan sumber daya air
Baca juga: Kementerian lakukan pengendalian pencemaran air di lingkungan Istiqlal
Nilai indeks kualitas air 2021 dalam penghitungan sementara mengalami penurunan 0,2 poin dibandingkan 2021. Yaitu dari 53,53 menjadi 53,33 pada tahun ini, dengan target nasional adalah 55,20 poin.
Daerah yang memenuhi target indeks kualitas air adalah 14 provinsi sedangkan yang tidak memenuhi target adalah 20 provinsi.
Sigit menjelaskan terdapat provinsi yang meski memenuhi target kualitas air tetapi mengalami tren penurunan kualitas di sungai dan danau yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Provinsi itu yaitu Bengkulu, Banten, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan dan Jawa Barat.
Sementara provinsi yang mengalami kenaikan tren peningkatan nilai indeks kualitas air adalah DKI Jakarta, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku serta Sulawesi Tengah.
"Kalau diagregat secara nasional, perbaikan kualitas air ini juga sangat signifikan," ujarnya.
Sigit secara khusus menyoroti perbaikan kualitas air di wilayah DKI Jakarta, dengan salah satu indikasinya adalah ditemukan kembali hewan-hewan endemik Sungai Ciliwung seperti lingsang dan lobster biru.
Baca juga: LIPI: Makrozoobentos berpeluang jadi bioindikator kesehatan perairan
Baca juga: WALHI soroti kerusakan DAS di anak sungai pada Hari Sungai Nasional
"Kualitas air ini yang paling berat karena indeksnya masih rendah, belum mencapai target dan salah satu penyebab utamanya adalah BOD dan E. coli," ujar Dirjen PPKL Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit dalam acara Refleksi Akhir Tahun 2021, diikuti virtual dari Jakarta, Selasa.
Itu mencerminkan, tegas Sigit, air limbah dari aktivitas rumah tangga masih belum terkelola dengan baik. Sehingga upaya percepatan perbaikan sanitasi sangat urgen dilakukan untuk menanggulanginya.
BOD adalah jumlah oksigen terlarut dibutuhkan organisme untuk mengoksidasi bahan yang terlarut dalam air limbah, dengan semakin tinggi jumlah oksigen dibutuhkan berarti mengandung banyak polutan zat organik.
Baca juga: KLHK: Generasi muda berperan penting lestarikan sumber daya air
Baca juga: Kementerian lakukan pengendalian pencemaran air di lingkungan Istiqlal
Nilai indeks kualitas air 2021 dalam penghitungan sementara mengalami penurunan 0,2 poin dibandingkan 2021. Yaitu dari 53,53 menjadi 53,33 pada tahun ini, dengan target nasional adalah 55,20 poin.
Daerah yang memenuhi target indeks kualitas air adalah 14 provinsi sedangkan yang tidak memenuhi target adalah 20 provinsi.
Sigit menjelaskan terdapat provinsi yang meski memenuhi target kualitas air tetapi mengalami tren penurunan kualitas di sungai dan danau yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Provinsi itu yaitu Bengkulu, Banten, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan dan Jawa Barat.
Sementara provinsi yang mengalami kenaikan tren peningkatan nilai indeks kualitas air adalah DKI Jakarta, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku serta Sulawesi Tengah.
"Kalau diagregat secara nasional, perbaikan kualitas air ini juga sangat signifikan," ujarnya.
Sigit secara khusus menyoroti perbaikan kualitas air di wilayah DKI Jakarta, dengan salah satu indikasinya adalah ditemukan kembali hewan-hewan endemik Sungai Ciliwung seperti lingsang dan lobster biru.
Baca juga: LIPI: Makrozoobentos berpeluang jadi bioindikator kesehatan perairan
Baca juga: WALHI soroti kerusakan DAS di anak sungai pada Hari Sungai Nasional
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021
Tags: