Jakarta (ANTARA) - Dapur Solo merupakan salah satu restoran Indonesia yang menyediakan aneka kuliner khas Jawa. Kini outlet Dapur Solo pun sudah dapat banyak ditemui di wilayah-wilayah Jabodetabek.
Bahkan kini, Dapur Solo telah membuka outlet ke-31 di Neo Soho Mall, Jakarta Barat.
Namun ternyata, untuk membangun Dapur Solo hingga menjadi restoran yang banyak dikenal masyarakat pun tidaklah mudah. Siapa sangka, Dapur Solo nyatanya hanya bermula dari sebuah kedai kecil di garasi rumah.
"Sedikit sejarah, Dapur Solo itu didirikan tahun 1988 mulai dari kedai kecil di garasi rumah. Sangat sederhana. Menyuguhkan masakan Solo saja. Impiannya dulu dan sekarang sama. Mau melestarikan budaya kuliner Solo pada khususnya dan masakan Jawa pada umumnya," jelas Andrias Chandra selaku COO PT Eatwell Culinary Indonesia.
Baca juga: Fakta sejarah dan budaya dalam kuliner Gorontalo
Baca juga: Sania Exclusive Masterclass Season 2 umumkan tiga pemenang
Di sisi lain, Swan Kumanga selaku founder dari Dapur Solo pun mengungkapkan bahwa sebelumnya, dia sama sekali tidak pernah membayangkan untuk memiliki sebuah restoran yang besar. Awalnya, Swan memulai bisnisnya ini dengan menjual rujak dan jus buah.
Alasannya memilih rujak dan jus buah adalah karena dirinya mengaku menyukai rujak. Selain itu, menjual rujak dan jus buah pun tidak perlu memiliki modal yang besar. Sehingga dia pun memanfaatkan cobek dan blender yang dimilikinya untuk memulai bisnis.
"Saya sebelumnya nggak pernah mimpi punya restoran. Tapi 2016 kita benar-benar diajak bergabung untuk ini (Dapur Solo) dibesarkan menjadi PT Eatwell untuk lebih memperluas Dapur Solo dimana-mana," ungkap Swan.
"Kebetulan saya juga usianya sudah 57 tahun waktu itu, sudah saatnya saya pensiun. Sekarang pak Andrias dan timnya PT Eatwell Culinary akan melestarikan kuliner Indonesia di seluruh Indonesia dengan brand Dapur Solo dimana rata-rata semua orang sudah kenal dengan makanan Jawa kan?" lanjutnya.
Lebih lanjut, Swan juga mengatakan bahwa dia merasa bersyukur karena dengan bergabung bersama PT Eatwell Culinary Indonesia, bisnisnya pun dapat diteruskan dan dibesarkan hingga saat ini. Meskipun bukan berasal dari garis keturunannya, namun Swan tetap merasa senang masakan khas Indonesia khususnya Jawa tetap dilestarikan.
"Ini yang saya sangat boleh dibilang bersyukur. Di saat saya sudah pensiun, ada penerus walaupun bukan dari garis keturunan saya, ini tetap partner bisnis," tutur Swan.
Tak hanya itu, Swan juga memaparkan bahwa kini dirinya telah bermitra bersama para UMKM dan petani lokal untuk sama-sama berkembang dibidang bisnis kuliner Indonesia. Dia pun juga turut membagikan pengalaman dan ilmunya kepada para UMKM agar bisa mensukseskan bisnis.
"Saya sendiri sekarang bisa bermitra untuk membagikan ilmu saya ke UMKM. Dan PT Eatwell pun support ya. Kita akan bekerja sama dengan UMKM, petani-petani lokal. Buktinya semua bahan dari Dapur Solo pun dari petani-petani lokal," ujar Swan.
"Jadi banyak bahan-bahan itu sebenarnya dari UMKM juga. Jadi baik yang bahan semi jadi ya, itu kita ambil dari UMKM yang nggak cuma di Jakarta ya. Ada juga yang dari Solo, Jawa Timur, macam-macam," kata Andrias menambahi.
Di sisi lain, Andrias mengatakan bahwa pihaknya akan tetap optimis untuk bertahan di dunia kuliner. Meskipun di tengah maraknya makanan-makanan Korea dan Jepang yang banyak digemari generasi milenial, Andrias bertekat untuk terus menghadirkan makanan lokal yang juga akan disukai para generasi muda.
"Di tengah-tengah banyak K-food, Japanese food yang sangat populer, kita nggak boleh lupa sama makanan asli Indonesia sendiri. Dan fokusnya memang untuk Dapur Solo itu masakan Jawa," kata Andrias.
"Karena masakan Jawa itu juga lebih dari sekedar rawon. Sangat banyak dan banyak yang belum dieksplorasi. Banyak anak-anak muda tuh belum begitu tau nasi ayam Semarang tuh kayak apa sih yang otentik," lanjutnya.
Terakhir, Swan pun memberikan tips untuk dapat memulai bisnis yang sukses. Swan menegaskan bahwa poin utama yang harus dilakukan untuk dapat memiliki bisnis yang sukses adalah fokus terhadap produk dari bisnis itu sendiri.
Itulah yang menjadi alasan Swan hanya berfokus untuk menghadirkan kuliner-kuliner khas Jawa. Sebab menurutnya, jika dia mencampur dengan menu makanan khas daerah lainnya, maka hal itu pun dapat menghilangkan cita rasa otentik dari masakan tersebut.
Selain itu dengan fokus, pengunjung pun akan lebih terkesan dengan produk yang disajikan. Misalnya jika seseorang ingin menikmati makanan khas Jawa, mereka pun akan terpikir untuk mengunjungi Dapur Solo.
"Suksesnya terutama untuk membangun itu satu, kita harus fokus. Fokus bisnis kita apa. Saya di kuliner Indonesia makanan Jawa. Itu saja kita fokus. Kedua harus ada tim yang ulet dan ketiga harus disupport oleh keuangan yang bagus," kata Swan.
Selain itu, Swan pun menegaskan untuk tak perlu terlalu larut dalam tren. Sebab hal itu dapat membuat fokus bisnis dapat menghilang. Jika bisa fokus menciptakan suatu produk yang berkualitas, tentunya hal ini juga akan diikuti dengan minat masyarakat dengan bisnis tersebut.
"Terus ulet. Kalau tren 2022 gimana ya fokus saja. Terserah. Nanti kalau pemerintah mau support kita ya Alhamdulillah," kata Swan.
Dari Swan kita dapat belajar bahwa usaha apapun bila ditekuni dengan ulet, kerja keras dan semangat, tentu akan berbuah manis.
Baca juga: Dapur Solo resmi hadir di Neo Soho Mall
Baca juga: Tiga resep makanan penutup untuk sambut pergantian tahun
Baca juga: Menu dan restoran yang banyak dibicarakan tahun 2021
Kisah Swan Kumarga dirikan Dapur Solo
Oleh Lifia Mawaddah Putri
20 Desember 2021 17:36 WIB
Kisah Swan Kumarga pendiri Dapur Solo (ANTARA/Lifia Mawaddah Putri)
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021
Tags: