Perlu fokus capai bonus demografi yang hanya terjadi sebentar
20 Desember 2021 12:26 WIB
Potret Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo (nomor enam dari kanan) yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin (20/12/2021). ANTARA/HO-BKKBN.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menegaskan penting bagi semua pihak untuk fokus mencapai bonus demografi Indonesia yang hanya terjadi dalam waktu singkat.
“Kalau kualitas sumber daya manusia tidak unggul, maka akan berat sekali. Bonus demografi itu celah dan hanya terjadi sebentar saja,” kata Hasto dalam keterangan tertulis BKKBN yang diterima di Jakarta, Senin.
Hasto menuturkan proporsi sumber daya manusia di Indonesia saat ini berada pada kondisi di mana negara memiliki masyarakat usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan jumlah warga non-produktif.
Baca juga: BKKBN kukuhkan istri wali kota dan bupati se-Jatim sebagai Bunda Genre
Kondisi itu, kata dia, dapat terlihat dari setiap 100 orang yang bekerja dapat menanggung beban hidup setidaknya 44 orang yang tidak bekerja. Sehingga potensi dari sumber daya manusia unggul tersebut, harus dimanfaatkan semaksimal mungkin supaya pendapatan keluarga dapat meningkat.
Namun, hal tersebut dapat menjadi terancam karena stunting (anak lahir dalam keadaan kerdil) di Indonesia masih berada pada angka yang tinggi, yakni 27,67 persen berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia 2019.
Dalam kesempatan itu, Hasto menyoroti seperti angka prevalensi stunting di Jawa Timur masih sangat tinggi yaitu sebesar 26,9 persen akibat dari tingginya remaja yang menikah dalam keadaan muda.
Sehingga remaja putri tidak memiliki bekal yang cukup untuk menjadi seorang ibu, karena terputusnya pendudukan dan usia yang belum matang untuk menghadapi dunia pernikahan.
Akibat dari tingginya jumlah anak stunting itu, kemudian dapat mengancam sumber daya manusia bangsa. Karena menyebabkan anak lahir dengan tubuh yang pendek, kemampuan intelektual terganggu, serta mudah terkena penyakit seperti kardovaskuler disease, metabolic disorder dan keropos tulang.
“Kalau tidak menikah di usia muda, pendidikan bagus, pekerjaan bagus. Sehingga di hari tua sudah secure dalam hal ekonomi, maka kita akan mendapatkan bonus demografi. Karena bonus demografi menjadi berkah atau musibah itu ditentukan oleh sumber daya manusia remaja kita yang produktif,” kata dia.
Baca juga: BKKBN: Pemahaman gaya hidup yang salah sebabkan remaja putri anemia
Baca juga: BKKBN minta masyarakat pentingkan prakonsepsi dibanding "pre-wedding"
Baca juga: BKKBN fokus pada upaya pencegahan tengkes sejak dini
“Kalau kualitas sumber daya manusia tidak unggul, maka akan berat sekali. Bonus demografi itu celah dan hanya terjadi sebentar saja,” kata Hasto dalam keterangan tertulis BKKBN yang diterima di Jakarta, Senin.
Hasto menuturkan proporsi sumber daya manusia di Indonesia saat ini berada pada kondisi di mana negara memiliki masyarakat usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan jumlah warga non-produktif.
Baca juga: BKKBN kukuhkan istri wali kota dan bupati se-Jatim sebagai Bunda Genre
Kondisi itu, kata dia, dapat terlihat dari setiap 100 orang yang bekerja dapat menanggung beban hidup setidaknya 44 orang yang tidak bekerja. Sehingga potensi dari sumber daya manusia unggul tersebut, harus dimanfaatkan semaksimal mungkin supaya pendapatan keluarga dapat meningkat.
Namun, hal tersebut dapat menjadi terancam karena stunting (anak lahir dalam keadaan kerdil) di Indonesia masih berada pada angka yang tinggi, yakni 27,67 persen berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia 2019.
Dalam kesempatan itu, Hasto menyoroti seperti angka prevalensi stunting di Jawa Timur masih sangat tinggi yaitu sebesar 26,9 persen akibat dari tingginya remaja yang menikah dalam keadaan muda.
Sehingga remaja putri tidak memiliki bekal yang cukup untuk menjadi seorang ibu, karena terputusnya pendudukan dan usia yang belum matang untuk menghadapi dunia pernikahan.
Akibat dari tingginya jumlah anak stunting itu, kemudian dapat mengancam sumber daya manusia bangsa. Karena menyebabkan anak lahir dengan tubuh yang pendek, kemampuan intelektual terganggu, serta mudah terkena penyakit seperti kardovaskuler disease, metabolic disorder dan keropos tulang.
“Kalau tidak menikah di usia muda, pendidikan bagus, pekerjaan bagus. Sehingga di hari tua sudah secure dalam hal ekonomi, maka kita akan mendapatkan bonus demografi. Karena bonus demografi menjadi berkah atau musibah itu ditentukan oleh sumber daya manusia remaja kita yang produktif,” kata dia.
Baca juga: BKKBN: Pemahaman gaya hidup yang salah sebabkan remaja putri anemia
Baca juga: BKKBN minta masyarakat pentingkan prakonsepsi dibanding "pre-wedding"
Baca juga: BKKBN fokus pada upaya pencegahan tengkes sejak dini
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: