Jakarta (ANTARA News) - Perwakilan FIFA yang hadir di Kongres PSSI, Thierry Regenass, menjelaskan alasan organisasi sepak bola dunia itu menolak George Toisutta dan Arifin Panigoro dalam pencalonan pengurus PSSI periode 2011-2015.
"Tidak hanya dua nama yang dilarang maju dalam pencalonan, tapi empat. Semua dinilai tidak memenuhi syarat," kata Regenass setelah didesak pemilik suara Kongres PSSI di Hotel Sultan Jakarta, Jumat.
Menurut dia, keempat calon termasuk Nurdin Halid dan Nirwan D Bakrie dilarang maju dalam pencalonan karena dinilai memecah belah federasi sepak bola Indonesia.
Potensi memecah belah PSSI dinilai dari adanya kompetisi diluar kontrol dari federasi sepak bola resmi yang diakui oleh FIFA (Liga Primer Indonesia) seperti yang diputuskan oleh Komite Banding. Bagi federasi sepak bola dunia hal tersebut tabu.
Liga Primer Indonesia (LPI) merupakan kompetisi yang diprakarsai oleh salah satu kandidat yang dilarang maju dalam pencalonan, yaitu Arifin Panigoro. Kompetisi ini sebelumnya merupakan tandingan Indonesia Super League (ISL) bentukan PSSI.
Namun demikian, berdasarkan surat FIFA per tanggal 4 April, LPI yang dinilai tabu harus segera dikendalikan jika Indonesia tidak ingin mendapatkan sanksi tegas dari FIFA.
Akhirnya Komite Normalisasi yang dibentuk FIFA untuk mengambil alih kepengurusan PSSI melakukan tindakan dengan mengakomodasi atau merangkul LPI hingga usainya kompetisi serta terbentuknya kepengurusan PSSI periode 2011-2015.
"Keputusan ini diputuskan oleh EXCO FIFA. Jadi bukan keputusan individu," kata Direktur Pengembangan Asosiasi FIFA itu.
Regenass mengatakan, calon yang dinilai tidak memenuhi syarat masih punya peluang untuk kembali maju pada Kongres PSSI empat tahun mendatang.
Setelah menjelaskan tuntutan pemilik suara terjadi perdebatan yang cukup sengit dengan pimpinan sidang. Akhirnya sidang diskor selama kurang lebih satu jam.
(B016/R014)
FIFA Jelaskan Penolakan Terhadap George dan Arifin
20 Mei 2011 19:05 WIB
Suasana usai pembukaan Kongres PSSI di Jakarta, Jumat (20/5) (OTO ANTARA/Ismar Patrizki)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011
Tags: