Benghazi, Libya (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Perusahaan minyak terbesar Libya menyatakan tidak akan melanjutkan memproduksi minyak apapun sebelum konflik berakhir.

Abdel Talil Mayuf, juru bicara perusahaan milik negara Arabian Gulf Oil Company(AGOC), mengatakan kepada Xinhua bahwa produksi perusahaan minyak benar-benar ditutup demi keamanan ladang minyak dan pekerja.

Mayuf mengatakan perusahaan mengurangi 70 persen dari kapasitas produksinya setelah demonstrasi anti-pemerintah berskala besar pecah di seluruh negeri sejak Februari.

Namun semua produksi telah dihentikan pada 4 April pada ladang minyak di Misla dan beberapa daerah lainnya yang diserang pasukan yang setia kepada pemimpin Muammar Gaddafi.

Mayuf mengatakan, perusahaan itu bisa melanjutkan produksi minyaknya tak lama setelah konflik berakhir.

Perusahaan minyak terbesar di Libya, AGOC berpangkalan di Benghazi memiliki kapasitas produksi 450 ribu barel per hari, sekitar 30 persen dari kapasitas keseluruhan di seluruh negeri. Sebagian besar ladang minyak AGOC berada di bagian timur yang dikuasai pemberontak Libya.

Mayuf mengatakan saat ini hampir seluruh produksi minyak di Libya ditangguhkan. Namun daerah yang dikuasai oposisi tidak menghadapi kekurangan pasokan bahan bakar karena pasokan dari Qatar telah tiba.

Libya memiliki kapasitas produksi minyak 1,6 juta barel per hari sebelum kerusuhan yang merobek negeri itu.(*)
H-AK/A023