Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan tidak ada peluang untuk terjadinya kudeta militer di Indonesia.

Di hadapan para editor senior dari berbagai media massa Amerika Serikat di Kantor Kepresidenan di Jakarta Kamis, Presiden Yudhoyono mengatakan bahwa tidak ada peluang kudeta militer karena 85 persen masyarakat Indonesia percaya bahwa negara saat ini sudah berada pada jalur yang benar.

"Tidak ada peluang kudeta militer, bahkan 85 persen orang Indonesia yakin bahwa negara mereka berada pada arah yang benar," ujarnya saat menerima para editor senior yang tergabung dalam program International Reporting Programme (IRP) dari Universitas John Hopkins itu.

Presiden mengatakan, institusi negara yang dibangun setelah masa reformasi amat stabil dan kuat, sedangkan demokratisasi juga semakin berkembang.

Hal itu, lanjut dia, dapat terlihat dari pemilu yang rutin digelar setiap lima tahun sekali, kebangkitan masyarakat sipil, serta kebebasan pers yang hidup dan dinamis.

Di hadapan para tamunya dari Amerika Serikat yang berkunjung selama sepuluh hari di Indonesia, Presiden Yudhoyono membanggakan demokratisasi yang bertambah kuat serta tidak bisa berbalik mundur lagi.

"Keadaan sekarang ini kontras dengan periode 1998 hingga 2001 ketika kami hampir berganti presiden setiap tahun," ujarnya.

Menurut dia, Indonesia saat ini terus memperkuat prinsip-prinsip demokrasi, membangun kembali ekonomi, serta berupaya menegakkan hukum serta memberantas praktik korupsi.

Presiden juga menegaskan bahwa Indonesia telah berhasil melalui ujian sejarah setelah melewati krisis multidimensi yang terjadi pada 1997-1998.

"Sejujurnya, saat itu terjadi banyak kekacauan dan gangguan keamanan, tetapi kami tetap selamat dari ujian sejarah itu. Saya yakin selama sepuluh tahun terakhir kami telah mencapai banyak hal, tetap masih banyak yang harus dilakukan pada tahun-tahun mendatang," tuturnya.

IRP adalah program yang diselenggarakan oleh Universitas John Hopkins di Amerika Serikat yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan saling pemahaman antara media massa Amerika Serikat dan Indonesia melalui program kunjungan.

Selama sepuluh hari, editor senior dari berbagai media massa Amerika Serikat telah berkunjung ke Jakarta, Yogyakarta, dan Kalimantan Barat untuk mengunjungi perkampungan Suku Dayak.

(D013/R007)