"Tahun ini, kami berhasil membuat dan menjalankan program kerja bersama yang ditujukan untuk industri penunjang dalam negeri mulai dari proses penilaian kemampuan dengan mekanisme pembinaan hingga keterlibatan dalam proses pengadaan sesuai ketentuan yang berlaku," kata Pelaksana Tugas Deputi Pengendalian Pengadaan SKK Migas Rudi Satwiko dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Baca juga: SKK Migas dan kontraktor sepakati 248 inisiatif optimalisasi biaya Hasil dari pelaksanaan program kerja tersebut diharapkan mampu meningkatkan daya saing industri penunjang ddalam memenuhi barang dan jasa kebutuhan proyek serta operasi usaha hulu migas.
Rudi optimistis melalui program itu target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) gas bisa tercapai pada 2030.
"Kami mengajak industri penunjang untuk memperluas jangkauan ke pasar internasional dengan menampilkan produk barang dan jasa unggulan melalui beberapa kegiatan internasional pada 2022, yaitu bergabung dalam Indonesian Pavilion di Abu Dhabi International Petroleum and Conference (ADIPEC) 2022 dan Oil & Gas Asia (OGA) 2022," ujar Rudi.
Baca juga: SKK Migas: Cadangan migas ditemukan di lepas pantai Natuna Timur Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa dukungan tersebut akan menciptakan industri penunjang hulu migas yang andal, bahkan dapat bersaing di pasar internasional.
Kontraktor migas dapat menggunakan produk pabrikan yang sudah terkualifikasi dalam program business match making untuk memenuhi kebutuhan proyek hulu migas.
Direktur Pembinaan Program Minyak dan Gas Kementerian ESDM Dwi Ismukurnianto Anggoro mengatakan sektor hulu migas masih memiliki fungsi dan pengaruh besar terhadap negara, sekaligus berkontribusi sebagai pondasi ketahanan energi nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi baik secara nasional maupun daerah.
Berdasarkan data pengadaan tahun 2020 hingga kuartal III 2021 dari Kementerian ESDM, kegiatan hulu migas telah memberikan sumbangsih investasi sebesar Rp103,3 triliun. Kontribusi terbesar diberikan pada komoditas utama dan penunjang migas sebesar Rp87,8 triliun.
"Dengan harga minyak mentah dunia yang mulai mendaki mengarah ke angka 70 dolar AS diharapkan dapat meningkatkan geliat aktivitas usaha hulu migas," ucap Dwi.